Penderitaan
bisa terjadi bahkan ketika seseorang hidup benar karena imannya, misalnya
penderitaan karena dampak pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.
Penderitaan juga bisa terjadi ketika seseorang yang hidup benar karena imannya
mendapat tekanan hidup dari dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Seorang pekerja
yang hidup benar karena imannya bisa mendapat penindasan dan perlakuan tidak
adil dari majikannya bahkan dari rekan-rekan kerjanya, bahkan justru karena
imannya tersebut. Belajarlah dari nasihat Rasul Petrus kepada para budak, "Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah
dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah,
tetapi juga kepada yang bengis". Mengapa demikian? Bacalah surat 1
Petrus 2:18:25.
Penundukan diri yang dikatakan Rasul Petrus tentunya bukan menuruti perintah secara buta, apalagi menuruti perintah yang melawan Allah. Saat itu, kekristenan telah menyentuh semua lapisan masyarakat termasuk para budak. Sebagai budak hak mereka sering diabaikan dan "diperlakukan tidak manusiawi" oleh majikannya. Apalagi bila budaknya itu hidup sebagai orang beriman, sering diperlakukan lebih kejam lagi, seakan-akan hidup kekristenannya itu adalah sebuah kesalahan. Apa nasihat Rasul Petrus?
"Sebab adalah kasih karunia.." (ayat 19-20). Bagi Rasul Petrus bila jemaah harus menderita karena ketaatan kepada Allah, justru itu adalah kasih karunia. Kasih karunia (kemurahan hati) memang tidak selalu mewujud dalam kenikmatan hidup. Dalam penderitaan pun, bila itu dialami karena sadar sedang melakukan kehendak (menghormati) Allah, itu pun kasih karunia. Rasul Petrus menguatkan para budak yang menderita ini dengan memberikan gambaran mengenai Yesus Kristus.
"Karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (bacalah ayat 21-23). Yesus Kristus telah menjadi teladan mereka dalam hidup-Nya. Semua yang dilakukan Yesus di dunia, seperti yang ditulis dalam keempat kitab Injil, adalah suatu teladan yang sempurna untuk ditaati. Akan tetapi, Ia terutama adalah teladan dalam cara Ia menanggapi penderitaan yang harus ditanggung-Nya, walaupun Ia benar-benar tidak berdosa dan berkuasa mengatasi semua keadaan. Yesus membuktikan bahwa seseorang dapat berada dalam kehendak Allah, dapat sangat dikasihi oleh Allah, tetapi ia masih dapat mengalami penderitaan secara tidak adil. Para budak tersebut diselamatkan bukan dengan mengikuti teladan Kristus dalam menanggung penderitaan, karena mereka memang manusia berdosa yang memerlukan Juruselamat. Akan tetapi, setelah seseorang diselamatkan, ia akan bersedia bertindak megikuti jejak-Nya dan meniru teladan Kristus; bertindak karena memandang Allah.
"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib" (bacalah ayat 24). Yesus menjadi pengganti mereka dalam kematian-Nya. Kata "memikul" berarti "menjadi korban" (bacalah kitab Yesaya 53:5-7, 9,12). Yesus mati di kayu salib dan menanggung kutuk hukum Taurat karena dosa-dosa mereka (bacalah Galatia 3:13). Kristus terluka supaya mereka sembuh. Ia mati supaya mereka hidup. Mereka mati bersama dengan Yesus, dan dengan demikian "mati bagi dosa" (surat Roma 6) sehingga mereka "hidup untuk kebenaran". Kesembuhan yang sebutkan oleh Rasul Petrus dalam ayat ini adalah kesembuhan rohani bagi jiwa (bacalam Mazmur 103:3), bukan kesembuhan jasmani atas penyakit yang sementara ini mereka tanggung di dunia.
"Sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu" (bacalah ayat 25). Yesus menjadi Gembala yang memelihara di dalam sorga. Kata "pemelihara" semata-mata berarti "seorang yang menjaga, yang mengawasi". Dalam kitab Perjanjian Lama, domba mati bagi gembalanya; tetapi di Bukit Golgota, Gembala mati bagi domba-Nya (bacalah Injil Yohanes 10). Gembala itu pergi mencari domba yang sesat dan menyelamatkannya (Injil Lukas 15:1-7). Dunia yang jatuh dalam dosa sedang memperhatikan mereka, tetapi Gembala yang di sorga juga memeilhara mereka; jadi mereka tidak perlu merasa takut. Mereka dapat tunduk kepada Allah dan mengetahui bahwa Ia akan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka dan bagi kemuliaan-Nya.
Jadi, sementara Saudara hidup dengan saleh, dan tunduk pada masa penderitaan, Saudara sedang mengikuti teladan Kristus dan makin menjadi serupa dengan Dia. Hidup saleh tidak dipengaruhi oleh situasi. Bahkan ketika diperlakukan tidak adil, bukan hanya tidak membalas melainkan mengampuni dan berbuat kebajikan. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd080910)
No comments:
Post a Comment