“Bersediakah Kau mengulanginya kembali melalui saya?”
Pada tahun 1940, Profesor Edwin Orr (School of World Missions, di Fuller Theological Seminary), membawa sekelompok tim mahasiswa dari Amerika ke Inggris untuk mengunjungi tempat-tempat religius di Kerajaan Inggris. Mereka tiba di Lincolnshire, rumah John Wesley (28 Juni 1703 – 2 Maret 1791). Dan ketika ia membawa para mahasiswa ke rumah Wesley, mereka mengunjungi dapurnya Wesley biasa makan. Mereka pergi ke ruang belajar Wesley, dan beberapa buku-buku Wesley masih dibiarkan di rak bukunya. Dan kemudian mereka pergi ke lantai dua ke sebuah ruangan kecil di mana Wesley tinggal; itu adalah kamar tidurnya.
Di kamar tidur Wesley, mereka melihat di atas lantai berkarpet ada dua lekukan di atas lantai. Dan sang profesor menjelaskan kepada murid-muridnya, “Kedua lekukan ini terbentuk oleh lutut John Wesley dimana ia berlutut di lantai dan meninggalkan bekas lekukan di lantai.” Para murid itu terinspirasi karena disitu John Wesley berlutut berseru kepada Allah untuk suatu kebangunan. Inilah John Wesley, tergabung dalam umat Allah dalam doa syafaat, berseru bagi suatu kebangunan rohani, untuk sebuah restorasi! Tidak heran pada masa Wesley, terjadi kebangunan rohani yang mengubah secara harafiah hidup puluhan ribu orang, ratusan ribu; kota-kota dan desa-desa dibuat berbalik pada Yesus! Suatu kebangunan rohani dicurahkan, kebangunan rohani Wesley.
Dan kemudian profesor Edwin Orr memberitahukan murid-muridnya, “Waktunya sudah habis!” Mereka kembali ke bus. Profesor menghitung murid-muridnya sebelum berangkat dan ada satu murid hilang. Jadi dia kembali ke dalam rumah. Murid yang hilang itu tidak ada di dapur, tidak juga di ruang belajar. Profesor naik ke kamar tidur dan disitu muridnya berada sedang berlutut di samping ranjang John Wesley, dan kedua lututnya ada di lekukan yang sama dimana Wesley berlutut sebelumnya. Dan sang profesor dengan diam-diam berdiri di belakangnya. Dia bisa mendengar doa-doa muridnya itu. “Tuhan, maukah Kau melakukannya kembali? Bersediakah Kau mengulanginya kembali? Bersediakah Kau mengulanginya kembali melalui saya?” Itulah kunci untuk sebuah kebangunan rohani, itulah kunci untuk membangun Gereja yang memuridkan. Itulah kunci untuk pengudusan.
Bayangkan, Saudara gambar sebuah lingkaran di lantai (lingkaran imajinasi), dan kemudian katakan, “Tuhan, bersediakah Engkau membangkitkan segalanya dalam lingkaran ini?” dan Saudara melangkah masuk ke dalam lingkaran itu. “Tuhan, bersediakah Kau bangkitkan saya dalam lingkaran ini? Mulailah dengan saya – satu korban persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah!” Dan ketika Saudara melakukan hal tersebut, ketika Saudara berseru kepada Allah, ketika Saudara menguduskan hidup bagi Dia, kebangunan rohanipun mulai. Itulah kunci menuju Gereja yang memuridkan!
Dan kemudian sang profesor menyentuh murid itu dan berkata, “Sudah waktunya untuk berangkat, anakku.” Bangkit dari lututnya, Billy Graham muda keluar dan Allah melakukannya kembali! Ada curahan urapan yang kuat atas Billy Graham dalam hidup dan pelayanannya.
"Allah yang kekal dan Bapa Sorgawi, mulailah kembali kebangunan rohani melalui kami. Kami menyesal sudah menambah rumit banyak hal. Kembalikan kami Tuhan.. dengan sebuah kekudusan, kekudusan pelayanan, pelayanan yang sehati, pelayanan yang rohani untuk memuridkan “Gereja”, untuk menjadi sebuah “Gereja” yang memuridkan. Bersediakah Kau memulainya dari saya, Tuhan? Lakukanlah lagi, Tuhan. Lakukanlah lagi melalui saya. Tolonglah kami untuk kembali menguduskan diri kami sehingga Kau boleh memulai dengan setiap kami. Dalam nama Yesus Kristus. Amin!”
(disadur dari
khotbah Rev. Edmund Chan, IDMC 2021 Indonesia, 12/06/2021)