Renungkan kembali peristiwa yang terjadi di bulan Juni 2.500-an tahun yang lalu, sekitar tanggal 25 Juni 474 Sebelum Masehi. Umat Tuhan yang terbuang di 127 daerah kekaisaran Persia, mulai dari India sampai Etiopia, saat itu bersukacita karena akhirnya Tuhan menyelamatkan mereka dari ancaman pembunuhan dan pemusnahan. Tuhan, Raja segala raja mengubah tangis umat-Nya menjadi sukacita. Bacalah Kitab Ester 8:1-17.
Perhatikan ayat 1-2. Memang Haman sudah binasa. Namun surat perintah yang dikeluarkan Raja atas tipuan Haman untuk membinasakan umat Tuhan (3:12-13) masih berlaku. Jika tidak ada perubahan, dalam 9 bulan berikutnya orang-orang Persia akan menyerang umat Tuhan dan memusnahkannya dari muka bumi. Sebagai minoritas, mereka bisa dibinasakan, tetapi Tuhan menyertai umat-Nya dengan kuasa mayoritas. Tuhan telah membawa Ester dan Mordekhai ke dalam kerajaan di “waktu yang tepat”, dan mereka siap untuk bertindak. Raja mengambil kembali cincin kerajaannya (3:10), lambang otoritas takhta (8: 8, 10; 3:12), dan dia memberikannya kepada Mordekhai sebagai perdana menteri. Dengan Ratu seorang Yahudi dan Perdana Menteri seorang Yahudi di istana, berarti umat Tuhan di Kekaisaran Persia berada dalam posisi yang lebih baik daripada sebelumnya.
Perhatikan ayat 3-6. Dengan anugerah dan hikmat Tuhan, Ester terus memperjuangkan keselamatan bangsanya. Tuhan telah meninggikan Ester, gadis yatim piatu di pembuangan, menjadi Ratu, mendapat kasih yang berlimpah-limpah dan dicintai banyak orang (2:15, 17), hidup tentram dalam istana dan tidak kekurangan suatu apa pun. Namun berkali-kali Ester mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang-orang sebangsanya (5:2; 8:3-6). Kekayaan, prestise, dan keamanan pribadi tidak membuat Ester berpuas diri ketika umat Tuhan dalam bahaya.
Ester tidak bisa melakukan segalanya, tetapi dia bisa melakukan sesuatu, dan apa yang bisa dia lakukan, dia melakukannya. Dengan hikmat, Ester menyampaikan kepada Raja alasan 4 rangkap: 1) “jikalau baik pada pemandangan raja”, 2) “jikalau hamba mendapat kasih raja”, 3) “dipandang benar oleh raja”, 4) “raja berkenan kepada hamba”. Dan Raja Ahasyweros memberikan jawaban yang menjadi jalan dbatalkannya surat perintah sebelumnya yang sudah mencekam umat Tuhan.
Perhatikan ayat 7-14. Sebelumnya, Mordekhai adalah orang yang melolong-lolong dengan nyaring dan pedih, mengoyakkan pakaiannya dan mengenakan kain kabung serta abu di atas kepalanya (4:1). Sekarang, Tuhan mengangkatnya menjadi orang penting yang memakai cincin meterai Raja (8:2,15). Ia dulu ditindas melalui cincin meterai Raja (3:12), sebaliknya sekarang menyelamatkan rakyatnya dengan cincin meterai Raja; membuat Surat Undang-undang yang baru untuk membatalkan surat sebelumnya (8:9-10). Surat itu dipersiapkan dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Haman (3:12-15). Dibuat tanggal 25 Juni tahun 474 sM (bulan Siwan: pertengangah Mei – pertengahan Juni), sekitar dua bulan lebih sesudah ketetapan pertama dikeluarkan, sehingga memberikan waktu lebih dari delapan bulan bagi umat Tuhan untuk mempersiapkan pertahanan mereka (ayat9). “Pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan” (ayat 10); secara khusus ditekankan kecepatan dengan mana surat-surat ketetapan Mordekhai disebarkan, bahkan mungkin lebih cepat dari penyebaran surat ketetapan yang dibuat oleh Haman. Inti dari suratnya adalah memungkinkan umat Tuhan saat itu “mempertahankan nyawanya” atas semua musuhnya (ayat 11).
Perhatikan ayat 15-17. Tuhan mengubahkan kegentaran dan ratap tangis di bawah kekuasaan Haman menjadi sorak-sorai kegembiraan di bawah kekuasaan Mordekhai (3:15; 8:15). Dimulai dengan Ratu Ester dalam air matanya (8:3), tetapi berakhir dengan orang-orang sebangsanya yang bersukacita dalam perjamuannya (8:15-17). Mereka yang “berkabung”, “berpuasa”, “menangis” dan “meratap” (4:3), tetapi sekarang beroleh “kelapangan hati”, “sukacita”, “kegirangan” dan “kehormatan” (8:16). Dan terakhir tertulis “dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi” (8:17).
Saudara... percayalah bahwa Tuhan, Raja segala raja mengubah ratap tangis umat-Nya menjadi sukacita. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd100621).