Tuesday, 3 August 2021

 


[Injil Yohanes 11:1-44]
Senin, 2 Agustus 2021

“Yesus, Allah yang berinkarnasi, yang telah menyerahkan diri disalib, 
mengerti bahasa tetesan air mata. Dia berkuasa dan bertindak 
mengasihi Saudara; percayalah!”
(Renungan Injil Yohanes 11:1-44)

Banyak orang mengalami penderitaan dan dukacita dalam Pandemi Covid-19 saat ini. Bagaimana tetap memiliki pengharapan dan percaya bahwa Allah hadir di tengah-tengah penderitaan dan dukacita? Renungkan kisah Yesus menolong orang-orang yang dikasihi-Nya; membangkitkan Lazarus saudara Maria dan Marta. Bacalah Injil Yohanes 11:1-44.

Kisah Yesus membangkitkan Lazarus yang dicatat di Injil Yohanes adalah puncak tanda mujizat ke-7 yang dilakukan Yesus dalam 3,5 tahun pelayanan-Nya (pasal 1-12). Sebelum akhirnya, Yesus ditangkap menuju salib, mati, bangkit dan dimuliakan naik ke surga (pasal 13-21). Fokus dari Injil Yohanes adalah Yesus Mesias, supaya orang mengenal dan percaya kepada-Nya serta memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:30-31).

“Ada seorang yang sedang sakit, lalu meninggal” (ayat 1,14). Inilah krisis yang sedang dialami Maria dan Marta karena saudaranya yang bernama Lazarus (“Allah telah menolong”) sakit dan akhirnya meninggal. Maria, Marta dan Lazarus adalah orang-orang yang dikasihi Yesus (ayat 5). Saat Lazarus sakit, Maria dan Marta mengirim kabar kepada Yesus. Sehari perjalanan, akhirnya kabar itu sampai juga kepada Yesus. Bagaimana respon Yesus?

Perhatikan ayat 6,14, 17-18. Tetapi Yesus tidak segera pergi ke rumah Maria dan Marta. Yesus sengaja menunggu 2 hari, tetap tinggal di tempat di mana Ia berada. Hari berikutnya (sehari perjalanan), barulah Yesus tiba di tempat mereka. Lazarus sudah meninggal. Perhatikan, bagaimana respon Marta dan Maria?

Perhatikan ayat 19-27. Sudah banyak orang yang datang untuk memberikan penghiburan kepada Marta dan Maria. Marta menghadapi realita tragis yang tak dapat dielakkan yaitu kematian dari orang yang dikasihinya. Ketika berjumpa dengan Yesus, tersirat Marta mengatakan “mengapa terlambat, sayang sekali...coba lebih awal?” (ayat 21). “Walaupun terlambat, tidak seperti yang aku harapkan, aku akan tetap percaya” (ayat 22). Selanjutnya, bagaimana respon Maria, ketika Marta berbisik padanya bahwa Yesus telah hadir?

Perhatikan ayat 28-32. Maria tersungkur di dapan kaki Yesus dan berkata kepada Yesus persis seperti yang dikatakan Marta, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati" (ayat 21,32). Sekarang perhatikan, bagaimana Yesus menanggapi perkataan Marta dan Maria tersebut?

Perhatikan ayat 25-27. Jawab Yesus kepada Marta: “Akulah kebangkitan dan hidup” (ayat 25). Yesus tahu bahwa Lazarus sudah meninggal dan Dia memang akan membangkitkannya. Jadi, ini bukanlah rencana yang mendadak (karena yang pertama gagal), tetapi sejak awal memang Yesus akan membangkitkan Lazarus (bacalah kitab Yesaya 55:8-9). Yesus melakukan hal ini supaya mereka percaya kepada-Nya yang berkuasa bukan sekedar atas penyakit (ayat 4,25). Yesus menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya; ada kebangkitan dan hidup setelah kematian (1 Tesalonika 4:13-14). Yesus menghendaki supaya Marta tidak sekedar percaya berdasar pengetahuan adanya kebangkitan di akhir zaman, tetapi pengakuan iman yang keluar dari hatinya sendiri dan kepercayaan yang sungguh kepada Yesus yang berkuasa membangkitkan Lazarus sesuai rencana-Nya. Yesuslah kebangkitan dan hidup. Bagi orang yang percaya kepada-Nya, kehidupan kekal adalah realita, bukan sekedar peristiwa di masa mendatang.

Perhatikan ayat 33-38. Ketika melihat Maria menangis, Yesus sangat terharu, hati-Nya masygul dan menangislah Dia lalu pergi ke kubur. Dia bukan sekedar Allah yang berkuasa dan punya rencana, tetapi juga Allah yang bertindak di dalam kasih yang penuh kepedulian. Yesus tahu Lazarus mati dan bahkan akan membangkitkannya, tetapi Dia juga sanggup merasakan kepedihan bersama mereka. Bacalah surat Ibrani 5:7.

“Masygul” (“Embrimesato”) adalah sikap menegur dengan keras (bandingkan Markus 14:5). Alkitab interlinier bahasa Yunani tertulis, “merasa sedih bercampur marah dalam roh-Nya dan mengharukan diri-Nya”  (ayat 33). Mengapa Yesus digambarkan marah ketika sedih?

Yesus geram ketika melihat dampak dari dosa yang menimbulkan masalah begitu besar bagi hidup manusia yaitu kematian. Geram karena manusia ada dalam konsekuensi yang tidak bisa dielakkan. Yesus akan membangkitkan Lazarus dan untuk tindakan ini Dia akan segera menggantikan Lazarus; siap menghadapi kematian di kayu salib untuk menggantikan manusia yang berdosa.

“Terharu” (“Tarasso”) bisa berarti “gelisah” (lihat Injil Yohanes 13:21; 14:1,27). Sejak peristiwa membangkitkan Lazarus, para pemimpin agama berniat untuk membunuh Yesus (ayat 53). Kematian Yesus sendiri semakin mendekat.

Perhatikan ayat 39-44. Yesus berseru dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” (ayat 43). Dan Lazarus yang sudah 4 hari mati itu dibangkitkan. Suara keras Yesus (yang mati bangkit dan hidup) menegaskan bahwa Dia siap menghadapi kematian untuk menggantikan manusia yang berdosa. Yesus menegaskan kepastian, keyakinan, ketaatan dan ketangguhan, hati yang didorong oleh kasih yang besar untuk menyerahkan diri-Nya di salib bagi manusia berdosa. Allah yang mengasihi, mengerti segala pergumulan, tetapi juga telah bertindak menyerahkan diri-Nya untuk disalibkan. Bacalah surat Roma 8:32

Dalam dukacita Marta dan Maria, Yesus mengajar mereka serta para murid untuk memiliki 2 sikap percaya kepada-Nya: 1) percaya kepada rencana Allah yang berkuasa, dan 2) percaya kepada kasih Allah yang bertindak. Saudara ada dalam rencana Allah yang berkuasa yang ditujukan untuk maksud baik bagi setiap orang yang dikasihi-Nya. Kasih Allah adalah kasih yang bertindak sudah dinyatakan ketika Yesus memberi diri-Nya disalibkan bagi Saudara, mati dan bangkit mengalahkan maut.

Yesus, Allah yang berinkarnasi, yang telah menyerahkan diri disalib, mengerti bahasa tetesan air mata. Dia berkuasa dan bertindak mengasihi Saudara; percayalah dan milikilah hidup yang kekal! Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd020821)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...