Wednesday, 5 May 2021



[Nehemia 8:1-18]
Rabu, 5 Mei 2021

”Akhir dari Proses ialah Allah Sendiri”
(Nehemia 8:1-18]

Allah selalu menyatakan diri-Nya di tengah-tengah visi yang telah Dia ciptakan. Ketika Dia melakukannya, biasanya perhatian bergeser dari apa yang sudah dicapai kepada siapa  yang mendorong pencapaian itu.

Kembali ke kisah Nehemia. Bukan hanya Sanbalat dan teman-teman sejawatnya yang mengetahui bahwa Allah telah bertindak mewakili Israel. Rakyat Israel mengetahuinya juga. Namun, tampaknya mereka agak sedikit lambat memahaminya. Begitu tembok sudah diselesaikan, para pekerja kembali ke rumah mereka di kota-kota dan dusun-dusun sekitarnya. Ada panenan tahun depan yang harus dipikirkan.

Tembok itu diselesaikan enam hari sebelum tahun baru dimulai (akhir tahun ketika panen dituai). Akan tetapi, pada hari tahun baru yang khusus ini, hati nurani bangsa ini memerlukan perhatian. Seminggu setelah seluruh tembok Yerusalem selesai dibangun, secara spontan, tanpa dorongan dari Nehemia, rakyat meninggalkan rumah mereka di kota-kota dan dusun sekitarnya serta mulai berkumpul di Yerusalem.

Perhatikan ayat 1-3, apakah adanya pesta perayaan karena tembok Yerusalem telah dibangun kembali? Mereka meminta Ezra, ahli Taurat, membawa kitab hukum Taurat dan membacakannya bagi mereka, sehingga mereka memahami firman Tuhan. Selain tembok, apa yang telah dibangun kembali?

Sekarang sudah waktunya untuk memberi Dia perhatian dan penyembahan yang layak Dia terima. Perhatikan, bagaimana respon mereka ketika mendengar hukum Taurat yang dibacakan, ”...kemudian mereka membungkukkan badan dan meyembah Tuhan dengan wajah mereka menatap ke tanah.” (ayat 6-7). Nehemia mengatakan mereka  menangis ketika Kitab Suci sedang dibacakan (ayat 9).

Menariknya, apa yang terjadi pada hari berikutnya? Mengapa harus mengadakan perayaan yang telah ratusan tahun mereka abaikan (ayat 18)? Mengapa mereka harus berkemah selama seminggu di atas atap rumahnya, di pekarangan mereka sendiri (ayat 16-17)? Dan setiap mereka taat membuat pondok-pondok tersebut. Allah telah menjadikan pesta ini sebagai alat bantu visual – sarana pengingat secara fisik -  dari kesediaan-Nya untuk memelihara, melindungi, dan melakukan intervensi demi mereka yang mengikuti Dia. Bagaimana jika Saudara harus melakukannya saat ini?

Apabila Allah ikut campur, berhatian bergeser kepada Dia. Intervensi ilahi, jika disadari akan menghasilkan pemyembahan otentik dan ketaatan tanpa banyak pertanyaan. Inilah agenda Allah yang utama bagi visi yang telah diberikan-Nya kepada Saudara. Visi Allah bagi Saudara adalah kedewasaan. Kedewasaan rohani diukur dari seberapa siap Saudara merespon pribadi Allah dibandingkan janji-Nya.

Bagaimana dengan intervensi ilahi dalam hidup Saudara? Bagaimana Allah semakin dimuliakan? Penyembahan yang otentik dan ketaatan kepada-Nya tanpa keraguan? Akhir dari visi yang ditetapkan Allah adalah Allah sendiri. Ketika Dia melakukan campur tangan, Saudara pun juga akan bertanya, ”Mengapa saya Tuhan?”

Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...