Penderitaan menjadi tema hidup banyak orang dalam masa pandemi Covid-19 saat ini. Bagaimana hidup dalam penderitaan dengan sikap hidup yang benar? Belajarlah dari surat 1 Petrus. Bacalah 1 Petrus 1:1-2 dan 5:10.
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi. Petrus memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat di dalam masyarakat yang berdosa. Pokok utama surat Petrus ini adalah “hiduplah dengan penuh pengharapan di dalam Kristus”. Mereka mungkin mengalami penderitaan karena iman mereka, tetapi mereka dapat hidup dengan penuh pengharapan di dalam Kristus. Di mana ada Kristus, di situ ada pengharapan. Bagaimana Petrus memulai suratnya?
“Dari Petrus, rasul Yesus Kristus” (ayat 1a). Nama Petrus (bahasa Aram: Kefas) artinya “batu karang”, nama yang diberikan oleh Yesus (Yohanes 1:42; Matius 16:18). Nama aslinya adalah Simon, seorang nelayan yang meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus, menjadi murid-Nya (Lukas 5:11). Simon menyangkal Yesus (Matius 26:35,75; Markus 14:29,72; Lukas 22:33,61; Yohanes 18:27), tetapi Yesus mengasihi dan mengampuninya. Petrus hidup bagi Yesus Kristus sepanjang hidupnya walaupun harus mengalami penderitaan. Menurut tradisi gereja, Petrus mati sebagai martir di Roma; disalib dengan kepala di bawah. Yesus Kristus-lah kekuatan dan pengharapan Petrus. Kepada siapa Petrus menuliskan suratnya?
“strangers in the world, scattered” (orang-orang asing dalam dunia, tersebar) (ayat 1b, versi NIV). Kata diaspora (penyebaran) pada jaman para Rasul menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang hidup di luar Palestina (Yohanes 7:35). “orang-orang pendatang” berasal dari kata Yunani “parepidemoi” yang menekankan “temporary residence” (tempat tinggal sementara). Kata ini digunakan hanya 3 kali dalam Perjanjian Baru (Ibrani 11:13; 1 Petrus 1:1; 2 Petrus 2:11). Orang-orang Yahudi Kristen ini tersebar di luar Palestina, menunjukkan bahwa mereka sedang mengalami penderitaan dan penganiayaan.
Dalam surat ini Petrus menulis sekurang-kurangnya 15 kali mengenai penderitaan; dan dia memakai kata Yunani yang berbeda-beda untuk mengungkapkan hal ini. Beberapa di antara orang-orang Kristen ini mengalami penderitaan karena mereka hidup saleh serta berbuat baik dan benar (2:19-23; 3:14-18; 4:1-4, 15-19). Sedangkan yang lain dinista karena nama Kristus (4:14) dan dicaci maki oleh orang-orang yang belum diselamatkan (3:9-10). Tetapi, bukan sekedar tema penderitaan, surat Petrus justru berbicara tema kemuliaan (1:7-8,11,21; 2:12; 4:11-16; 5:1,4,10-11). Hidup penuh pengharapan di dalam Kristus yang mengubah penderitaan menjadi kemuliaan (1:6-7; 4:13-14; 5:10) karena kasih karunia-Nya.
“To God’s elect” (kepada orang pilihan Allah) (ayat 2a, versi NIV). Ini merupakan penghiburan bagi mereka. Mereka menderita tetapi sekarang diingatkan, bahwa dari sudut Allah, mereka adalah orang pilihan Allah. Penghiburan ini mulai dengan Allah (Efesus 1:3-4) karena pemilihannya bukan didasarkan atas apa yang mereka kerjakan, bukan pula didasarkan atas apa yang diharapkan Allah dari keadaan atau perbuatan mereka. Pemilihan Allah itu semata-mata didasarkan atas kasih karunia dan kasih-Nya. Mereka tidak dapat menjelaskannya, tetapi mereka dapat bersukacita di dalamnya (Roma 11:33-36).
“sesuai dengan rencana Allah”. Kata “rencana” istilah Yunaninya adalah “prognosin” dan terjemahan hurufiahnya adalah “foreknowledge” (pengetahuan lebih dulu). Dalam Alkitab, “merencanakan” ini berarti “mengasihi seseorang/beberapa orang secara pribadi”. Allah memilih mereka karena Ia telah mengasihi mereka lebih dulu, dan ini menjadi pengharapan kekal bagi mereka. “Berdirilah dengan teguh di dalamnya” (5:12).
“dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus” (ayat 2b). Istilah “dikuduskan" di sini berarti “dipisahkan dari dunia untuk Allah”. Allah memilih untuk menyelamatkan mereka dengan tujuan supaya mereka taat kepada Yesus Kristus. Bahkan ketika mereka sedang mengalami penderitaan pun tidak lepas dari kewajiban untuk taat.
“Dan menerima percikan darahNya” (ay 2b). Ini menunjuk pada pengampunan dosa dan keselamatan yang diterima hanya karena pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Hal ini memberikan penghiburan yang paling kuat; di atas penderitaan yang sedang mereka hadapi saat itu, bahkan kematian pun, ada jaminan hidup kekal dan keselamatan bagi mereka.
Dan Petrus mengakhiri salam kepada mereka yang sedang mengalami penderitaan dengan mengatakan “Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu”. Kata “kasih karunia” dipakai dalam setiap pasal dari surat Petrus ini (1:2,10,13; 2:19,20; 3:7; 4:10; 5:10,12). Apabila mereka bergantung pada kasih karunia Allah, mereka dapat bertahan dalam penderitaan, bahkan dapat mengubah penderitaan itu menjadi kemenangan. Apa pun yang dimulai dengan kasih karunia Allah akan selalu membawa mereka kepada kemuliaan.
“Dan Allah,
sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada
kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan
mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya” (5:10).
Kiranya kebenaran Alkitab ini memberikan penghiburan, kekuatan dan pengharapan di tengah pandemi Covid-19 saat ini. “Yang menentukan pengharapan bukanlah kenyataan hidup, melainkan iman di dalam Allah”. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd070821)