Saudara, kenyataannya setiap orang mengalami pergumulannya sendiri-sendiri; khususnya dalam masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini. Apakah Saudara merasa bahwa segala usaha yang sudah Saudara kerjakan tidak membuahkan hasil seperti yang Saudara harapkan? Apakah Saudara merasa frustasi menghadapi pergumulan hidup? Belajarlah dari kegagalan Nabi Elia dan bagaimana Allah menolong dirinya. Bacalah kitab 1 Raja-raja 19:1-8, 10, 14, 18.
Nabi Elia sudah dipelihara secara ajaib oleh Allah selama 3,5 tahun masa kekeringan. Dia sendiri sudah mengalami kemenangan dalam pergumulan spiritual yang berat dan spektakuler di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46)? Tetapi, mengapa akhirnya dia ketakutan dan bahkan ingin mati saja? Memang Nabi Elia adalah manusia biasa sama seperti Saudara (Surat Yakobus 5:17), tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi?
Perhatikan ayat 1-2. Tersirat bahwa semua yang telah dikerjakan Allah dengan dahsyat dan ajaib melalui Nabi Elia yang taat, tidak membuat raja Ahab dan Isebel berbalik meninggalkan dewa Baal dan menyembah Allah saja. Raja Ahab tetap lemah dan tidak membela Allah. Isebel tidak bertobat. Tersirat justru Isebel melawan Allah dan berencana membunuh nabinya Allah (bacalah surat 2 Korintus 4:4).
Perhatikan ayat 3. Dalam peristiwa sebelumnya di gunung Karmel, Nabi Elia yakin apa yang akan terjadi dan melihat sendiri bagaimana Allah bertindak menunjukkan kuasa-Nya. Dia berharap apa yang sudah terjadi bisa mengubah orang-orang untuk meninggalkan dewa Baal dan kembali kepada Allah. Tetapi sekarang, kenyataan yang dilihatnya berbeda dengan apa yang diharapkannya. Nabi Elia menjadi takut kepada perempuan penyembah dewa Baal itu dan lari supaya tidak dibunuh (ingat sebelumnya, 450 nabi Baal telah dikalahkan dan dibunuh). Ia melarikan diri menjauh 152 km ke arah Selatan, bukan atas perintah Allah (bandingkan 1 Raja-raja 17:5, 8-10; 18:1-2, 36). Dalam ketakutannya, Nabi Elia merasa bertanggung jawab atas keamanan dirinya sendiri, bukan pada Allah. Nabi Elia berkecil hati dan melarikan diri dari apa yang harus diselesaikannya.
Perhatikan ayat 4-5a. "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku". Nabi Elia mengatakan "Cukuplah itu!" dan "ambillah nyawaku". Tersirat bahwa ia kecewa dengan hasil pelayananan yang tidak seperti harapannya sendiri. Ia kecewa dengan hal yang seharusnya tidak terjadi pada dirinya sebagai nabi Allah. Ribka, Rahel, Ayub, Nabi Musa, Salomo, Yunus dan Rasul Paulus juga mengungkapkan "ambillah nyawaku" di tengah pergumulan hidup mereka (Kejadian 27:46, 30:1; Ayub 3:11; Bilangan 11:15; Pengkhotbah 2:17; Yunus 4:3; 2 Korintus 1:8). Merasa terbebani dengan energi emosional dan fisik yang berlebihan membuatnya memikirkan hal yang terburuk. Nabi Elia melupakan bagaimana Allah sudah dan terus bekerja memeliharan dan memakai dirinya (bacalah kitab Mazmur 23).
Perhatikan ayat 10, 14, 18. "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan..; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku". Nabi Elia menjawab Allah dua kali dengan kalimat yang sama. Tersirat bahwa Nabi Elia juga tertekan dengan perasaan "hanya aku seorang diri" melayani Allah. Sebenarnya, masih ada 100 nabi Allah yang diselamatkan oleh Obaja, kepala istana raja Ahab (1 Raja-raja 18:3-4). Allah sendiri menegaskan bahwa karena pekerjaan-Nya maka masih ada 7.000 orang di Israel yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak menciumnya.
Perhatikan ayat 5b-8. Berita baiknya adalah Allah bersabar, peduli dan memperhatikan Nabi Elia sepenuhnya. Pergumulan yang telah menekan jiwa maupun fisik/tubuhnya diperhatikan oleh Allah. Melalui 2 kali sentuhan malaikat ketika dirinya berbaring dan tidur, Allah hadir dan menghibur Nabi Elia. Alih-alih berbicara tentang kesalahan spiritual dan emosional Nabi Elia, Allah melayani Nabi Elia dan menyediakan "roti bakar dan air" yang membuatnya kuat lagi. Allah tidak pernah meninggalkan Nabi Elia. Allah merestorasi Nabi Elia, membuatnya kuat berjalan lagi 40 hari 40 malam lamanya (400 km) sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb; di sanalah firman Allah datang kembali kepadanya.
Saudara, banyak orang merasa pergumulannya terlalu besar sehingga Allah yang Maha Besar kelihatan sangat kecil. Ingatlah pesan Rasul Paulus, 4 hal tentang pencobaan: pencobaan-pencobaan yang dialami adalah pencobaan-pencobaan yang biasa, tidak melebihi kekuatan dan dapat menanggunnya, Allah setia, dan ada jalan keluarnya (1 Korintus 10:13). Allah tidak pernah meninggalkan Saudara, percayalah dan berjuanglah (bacalah Ibrani 4:14-16). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd160222).