"Janganlah takut dan janganlah tawar hati." Apakah perkataan ini ada hubungannya dengan hidup Saudara saat ini? Perhatikan, itu adalah perkataan Tuhan sendiri. Mengapa Tuhan mengatakannya?
Perhatikan peristiwa sebelumnya (Yosua 7). Kekalahan yang memalukan bagi bangsa Israel atas kota Ai dan kejadian-kejadian tragis di antara keluarga Akhan menyebabkan Yosua patah semangat dan menjadi ketakutan. Kesuraman dan keputusasaan menyelinap ke seluruh perkemahan bangsa Israel. Keputusasaan atas masa lalu dan ketakutan akan masa depan adalah dua reaksi yang sering menyertai kegagalan.
Sekarang perhatikan. Dan karena Yosua melaksanakan semua yang diperintahkan Tuhan mengenai peristiwa Akhan, "Lalu surutlah murka TUHAN yang menyala-nyala itu" (Yosua 7:26). Setelah itu, Tuhan sendiri mengambil langkah yang meyakinkan Yosua kembali bahwa Dia sungguh-sungguh menyertainya dan akan menolongnya memimpin bangsa Israel menuju ke kemenangan-kemenangan berikutnya.
"Janganlah takut dan janganlah tawar hati; bawalah seluruh tentara dan bersiaplah, majulah ke Ai. Ketahuilah, Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya, dan haruslah kaulakukan kepada Ai dan rajanya, seperti yang kaulakukan kepada Yerikho dan rajanya." (Yosua 8:1,2a). Renungkan...bagaimana perasaan Yosua setelah mendengar perkataan Tuhan ini? Bagaimana firman Tuhan ini menjadikan Yosua merasa aman?
"Janganlah takut dan janganlah tawar hati" adalah perkataan yang diucapkan Musa bertahun-tahun sebelumnya kepada bangsa Israel sesaat sebelum Musa mengirim kedua-belas pengintai ke tanah Kanaan (Ulangan 1:21). Perkataan tersebut sama dengan perkataan yang diucapkan Musa kepada Yosua 40 tahun setelah masa itu ketika Musa menyerahkan kendali kepemimpinan kepada anak muda yang mengikuti pengalaman perjalanan Israel mengarungi padang pasar ini (Ulangan 31:8). Sekarang Tuhan mengingatkan kembali. Dosa Akhan (arti nama: masalah), betapa seriusnya, juga setelah kekalahan yang memalukan yang dialaminya, tidak membuat Tuhan meninggalkan Israel. Begitu pula dengan ketidakdewasaan Yosua, tidak membuat Tuhan memecat Yosua sebagai seorang pemimpin pilihan-Nya yang dipakai untuk memimpin bangsa Israel.
Perhatikan ayat 2. Bahkan Tuhan meyakinkan Yosua bahwa mereka akan mampu menawan kota Ai sama seperti mereka menawan kota Yerikho walaupun dengan strategi yang berbeda. Menariknya, sekarang mereka diperbolehkan merampas barang-barang dari kota Ai. Renungkan... sungguh ironis yang dialami Akhan dan keluarganya (Yosua 7:24-25). Andaikan saja Akhan bisa mengontrol dirinya dan tidak egois serta serakah, dia akan ikut diperbolehkan mengambil semua yang diinginkannya dan yang dibutuhkannya dari kota Ai. Tetapi Akhan melanggar hukum Tuhan dan mati bersama seluruh keluarganya.
Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara dengan sengaja hidup di luar kehendak Tuhan? Dan jika sesuatu yang buruk terjadi, Saudara takut dan tawar hati; bahkan meninggalkan Tuhan karena mengira Dia telah membiarkan Saudara sendiri? Tuhan berkata, "Janganlah takut dan janganlah tawar hati." Tidak peduli seberapa parah Saudara telah gagal, Saudara selalu dapat bangkit dan memulai kembali, karena Tuhan kita adalah Tuhan yang menepati janji-Nya, dan kasih setia-Nya selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23). Bertobat dan percayalah. Tuhan menyertai Saudara untuk pekerjaan dan kemenangan selanjutnya yang sudah disediakan-Nya.
"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dan saat Yesus Kristus memberikan Amanat Agung-Nya kepada para murid-Nya, Dia berjanji, "Dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20). Beritakan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd040221)