Monday, 19 June 2023



 Permasalahan hidup bukanlah akhir perjalanan tetapi

perjalanan menuju kebahagiaan yang disediakan Allah.

Jangan menyerah; tabah dan berserahlah kepada-Nya.

(Renungan Kitab 1 Samuel 1:1-28; 2:18-21)

 

Di dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, kitab 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Kitab 1 Samuel sendiri meliputi hampir 100 tahun sejarah Israel (1105-1010 sebelum Masehi) dan merupakan mata rantai sejarah yang utama munculnya raja Israel. Kitab ini diberi nama menurut nabi Samuel, hakim terakhir dan terbesar bagi bangsanya dan yang pertama  dari garis nabi baru setelah Nabi Musa (Kisah Para Rasul 3:24; 13:20) serta dianggap tokoh terbesar setelah nabi Musa (Kitab Yeremia 15:1). Dia dipakai Allah untuk mengusung datangnya kerajaan besar bagi bangsanya; melantik Daud menjadi raja yang besar (Kitab 1 Samuel 16:1-23; 19:18-24). Dari keturunan Daud akan lahir Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) (Injil Matius 1:1). Menariknya, kisah ini diawali dengan kisah duka nestapa, kisah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, menderita dari tahun ke tahun. Perempuan itu bernama Hana (“kesayangan, belas kasihan”), ibunya Nabi Samuel. Bacalah kitab 1 Samuel 1:1-28 dan 2:1-10, 18-21.

Perhatikan 1:1-8. Kesulitan hidup yang harus dijalani. Elkana (suami Hana) tampaknya bukan seorang laki-laki biasa. Silsilah keluarga (ayat 1) menyiratkan kehormatan keluarga Elkana yang kaya dan terpandang. Hal ini diperkuat dengan jenis dan jumlah persembahan yang dibawa oleh Elkana ke rumah Allah setiap tahun (ayat 4-5, 24-25). Tetapi Hana harus menerima keadaan bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya wanita yang dinikahi oleh suaminya. Kenyataan bahwa Penina (madunya) memiliki anak sedangkan dirinya tidak, bahkan tidak bisa memiliki anak karena mandul (ayat 2) semakin menyedihkan hatinya. Jika suaminya meninggal, tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk kelangsungan hidupnya. Saat itu, istri yang mandul dianggap menerima kutukan Allah. Madunya selalu menyakiti hatinya (karena mandul) supaya gusar (hati yang bergejolak dan kacau), dari tahun ke tahun. Seharusnya Hana bersukacita setiap tahun pergi ke Bait Allah tetapi justru menjadi neraka karena madunya menyakiti hatinya (perlakuan yang tidak sepantasnya). Hana menangis dan tidak mau makan (ayat 6-7). Hana semakin sedih karena pernyataan suaminya yang terkesan egois karena mengutamakan keberhargaan dirinya sendiri (ayat 8). Perhatikan, bagaimana sikap Hana ketika menjalani penderitaan dalam hidupnya dan merasa tidak memiliki masa depan karena mandul?

Perhatikan ayat 9-18. Tabah, setia kepada Allah dan mencari-Nya. Hana tidak menyerah. Dia tetap tabah dalam pengertian sabar menjalani situasi hidup yang dialaminya. Penganiayaan dari madunya terhadap Hana mendorong Hana untuk mencari Allah (ayat 9-10). Hana menjalani hidup dengan keyakinan pada pemeliharaan Allah. "Tuhan semesta alam" adalah nama ilahi yang dipakai untuk pertama kalinya di dalam kitab nabi-nabi mulai dari kisah Hana ini (ayat 11). Gelar ini menyatakan kedaulatan Allah atas alam semesta dan meyakinkan Hana untuk tidak meninggalkan Allah dan tetap setia pada-Nya di tengah penderitaan yang dialami bertahun-tahun lamanya. Bertahun-tahun Hana menjalani penderitaan, bertahun-tahun juga Hana lewati dengan tetap datang ke Bait Allah "Tuhan semesta alam" (ayat 7). Hana dengan bebas dan sungguh-sungguh mencurahkan hatinya kepada Allah (ayat 13, 15; baca kitab Mazmur 142:2-3).

Perhatikan ayat 19-20. Buah penderitaan. Kecaman imam Eli kepada Hana berubah menjadi berkat. Hana pergi meninggalkan Bait Suci Allah dengan ketenangan hati (ayat 17-18). Allah menjawab doa Hana dan ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Samuel ("didengar Allah") (ayat 19-20). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya, meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah (ayat 11).

Perhatikan ayat 21-28 dan 2:18-21. Kesetiaan kepada janji. Setelah bertahun-tahun dalam penderitaan dan berdoa kepada Allah, Hana yang mandul akhirnya diingat Allah dan melahirkan seorang anak laki-laki. Tetapi ia tetap setia pada janjinya. Atas persetujuan suaminya, setelah menyapih Samuel, Hana membawa anaknya yang masih kecil itu ke Bait Suci Allah (ayat 11, 21-24). Hana bertemu anaknya hanya setahun sekali pada saat ia memberinya pakaian yang dijahitnya sendiri (2:19). Perhatikan penjelasan Hana tentang nama anaknya; Samuel adalah anak yang diminta Hana dari Allah dan sekarang diserahkan kepada Allah apa yang diminta sesuai kehendak-Nya (ayat 17, 27-28). Hana terus mengungkapkan pujian, rasa syukur dan penyembahan kepada Allah (2:1-10). Dan Allah mengindahkan Hana, ia melahirkan 5 anak lagi (3 laki-laki, 2 perempuan); sementara itu Samuel tumbuh makin besar di hadapan Allah untuk melayani Dia (2:18-21).

Kisah Hana ("belas kasihan") adalah kisahnya Allah sendiri yang dengan kasih dan anugerah-Nya menyelamatkan manusia berdosa yang menderita dan yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Berserahlah kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd19062023).

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...