Sunday, 11 July 2021



[1 Raja-raja 19]
Minggu, 11 Juli 2021.

“Protokol Ketangguhan dalam Masa Krisis; 
pelajaran dari kehidupan Nabi Elia”.
(Renungan Kitab 1 Raja-raja 19)

Dalam kitab 1 Raja-raja 19, diceritakan Nabi Elia sedang dalam keadaan stres; padahal baru saja memperoleh kemenangan rohani yang besar di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46). Ia merasa sangat kelelahan luar biasa. Orang yang memiliki keberanian dan iman yang hebat itu, sekarang ketakutan luar biasa. Elia lari sekitar 120 km ke Betsyeba, ke padang gurun dan di bawah pohon arar berdoa, “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku” (ayat 1-3). Bagaimana Tuhan menolong Elia menjadi semakin tangguh pada saat dia mengalami stres?

Perhatikan ayat 4. Istirahat dan retreat. Elia melakukan retreat dengan pergi sendirian ke dalam keheningan padang gurun, pelayanannya pun ia tinggalkan. Di dalam keheningan, ia berbicara kepada Tuhan dan beristirahat. Saat pandemi Covid-19 sekarang ini, nikmatilah retreat mendekatkan diri dan berbicara kepada Tuhan.

Perhatikan ayat 5a. Tidur. Setelah Elia berkata pada Tuhan bahwa sudah cukup dan dia ingin mati, kemudian berbaringlah dia dan tertidur. Sepertinya ia tertidur dengan cepat di tempat yang tenang ini. Kemudian ia bangun dan tertidur lagi. Tidurlah yang cukup, jangan kelelahan.

Perhatikan ayat 5b,7. Sentuhan. Malaikat menyentuh Elia sampai dua kali. Sentuhan malaikat meyakinkan Elia bahwa ia tidak sendirian karena masih ada orang lain yang peduli. Yesus juga menyentuh orang-orang, atau mengizinkan mereka menyentuh-Nya, termasuk mereka yang tidak bisa disentuh atau tidak tahir (Matius 9:20; Lukas 7:37-38; 8:54).Kehadiran dan sentuhan Sahabat menenangkan. Membelai anjing peliharaan atau bunga-bunga di taman menimbulkan kenyamanan.

Perhatikan ayat 5-7. Makanan yang baik. Malaikat memberikan Elia roti dan air. Beberapa waktu sebelumnya, Elia diberi makan oleh burung gagak (1 Raja-raja 17:6). Walaupun orang Yahudi menganggap gagak adalah burung yang tidak tahir. Dan sekarang, Tuhan mengirimkan malaikat untuk membuatkan roti bakar bagi Elia saat ia tidur; roti yang masih hangat. Elia menghirup aroma roti hangat itu, ia makan, dan ia minum lagi untuk memperoleh kekuatan bagi perjalanan selanjutnya.

Perhatikan ayat 8. Olahraga. Bagian Alkitab ini menjelaskan bahwa Elia berjalan 40 hari dan 40 malam ke gunung Tuhan, yakni gunung Horeb. Perjalanan itu menempuh jarak sekitar 320 kilometer, jadi sekitar delapan kilometer per hari. Elia berjalan dengan lebih santai sehingga menghabiskan waktu lebih banyak. Jangka waktu itulah yang mungkin membantunya untuk mulai pulih dari keadaan depresinya. Pada hari-hari terakhir kehidupannya di bumi ia berjalan dari Gilgal ke Betel ke Yerikho dan menyeberang sungai Yordan (2 Raja-raja 2:1-8). Perjalanan itu menempuh paling sedikit 64 kilometer, lumayan bagi yang sudah tua, meskipun kebanyakan adalah jalan menurun.

Perhatikan ayat 9-14. Menceritakan kisahnya. Tuhan bertanya kepada Elia, “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 9). Dan Elia menceritakan kisahnya. Empat ayat kemudian, Tuhan bertanya lagi, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 14). Dan Elia menceritakan kembali kisahnya untuk kedua kalinya, menggunakan kata-kata yang sama persis dengan yang sebelumnya. Tuhan tentu tidak lupa atau mengabaikan saat Elia pertama kali bercerita. Tuhan tahu bahwa baik bagi Elia untuk menceritakan kisahnya lebih dari sekali. Bercerita tentang Tuhan dan kasih-Nya, menyegarkan hati dari perasaan terisolasi dan bersalah serta mengantarkan pada pemulihan.

Perhatikan ayat 10,14. Dukungan. Elia berkata kepada Tuhan, “Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup”. Elia merasa terisolasi serta menjadi satu-satunya yang tersisa di seluruh Israel dan berpikir akan segera dibunuh sehingga pelayanannya (dan kehidupannya) selama ini adalah membuang-buang waktu. Dan Tuhan memberikan respons dengan mengatakan kepada Elia untuk mendelegasikan tugasnya, bahwa Elisa akan meneruskan pekerjaannya. Tuhan mendukung Saudara; bertolong-tolonglah menanggung beban (Galatia 6:2).

Perhatikan ayat 8, 12-18. Suara kecil lembut: suara dalam keheningan. Elia pergi ke gunung Horeb yang adalah tempat suci, dikenal sebagai “gunung Allah” (ayat 8).  Di sinilah Tuhan telah menampakkan diri kepada Musa dalam semak yang terbakar (Keluaran 3:1-2), memukul batu dan air keluar (Keluaran 17:6), muncul api yang menghanguskan di puncak gunung itu (Keluaran 24:17). Tetapi tidak seperti yang dipikirkan dan diinginkan Elia, sekarang Tuhan tidak ada di dalam angin, gempa bumi, atau api; tetapi Tuhan datang dalam bisikan, suara yang lembut, atau suara keheningan. Hal ini penting dalam membangun ketangguhan dalam diri Elia.

Perhatikan ayat 19-21. Ditugaskan kembali. Tuhan memberikan tugas yang baru kepada Elia, yaitu memuridkan dan mengurapi Elisa. Hal ini menjadi awal yang baru baginya, yang sebelumnya merasa telah gagal. Ditugaskan kembali  dapat meningkatkan semangat Elia, karena ternyata masih ada yang harus dikerjakan, memuridkan orang lain untuk melanjutkan pelayanannya.

Saudara, dalam pandemi Covid-19 saat ini, banyak orang menjadi stres. Jika Saudara mengalaminya, ingatlah kisah Nabi Elia dan menjadi tangguh kembali. Dengarkan suara Tuhan yang lembut, yang hadir bersama Saudara, yang memimpin Saudara untuk langkah hidup selanjutnya. Selamat hari Minggu, hari kebangkitan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd110721)


Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...