Perhatikan ayat 9-12. Bani Ruben, bani Gad dan setengah suku Manasye akan kembali ke seberang sungai Yordan, ke tanah yang telah mereka pilih; di mana istri dan anak-anak mereka sudah menunggu setelah 7 tahun ditinggalkan. Sebelum menyeberangi sungai Yordan, mereka menyempatkan diri mendirikan “mezbah” yang besar bangunannya. Terdengarlah oleh 9 suku Israel yang lainnya. Mereka marah dan bersiap maju memerangi bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu. Bayangkan, perang saudara yang bisa terjadi.
Perhatikan ayat 24; apakah tujuan pendirian “mezbah” tersebut sesuatu yang tidak baik? Mengapa menimbulkan kemarahan dan memicu perang saudara? Perhatikan ayat 16-20 (Ulangan 12:13-14, Ulangan 13; Imamat 17:3-9; Bilangan 25); apakah alasan kemarahan dan peringatan 9 suku Israel yang lain adalah sesuatu yang tidak baik?
Perhatikan ayat 24-25. Bagaimana sikap suku bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu? Bukankah sebenarnya anak-anak mereka sendiri yang bisa bermasalah dengan pengaruh buruk dari bangsa-bangsa di sekitar mereka? Tetapi mereka menyalahkan anak-anak dari 9 suku yang sekarang tinggal di Tanah Perjanjian, yang akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Bahkan mereka menuduh Tuhan yang menciptakan masalah sejak awal! “Bukankah TUHAN telah menentukan sungai Yordan sebagai batas antara kami dan kamu” (ayat 25). Sebenarnya, mereka sendirilah yang menjadikan sungai Yordan sebagai garis pemisah! Mereka memisahkan diri dari bangsanya sendiri dan dari tanah yang telah Tuhan berikan kepada mereka semua; memilih untuk tinggal di sebelah timur sungai Yordan yang kelihatan baik buat mereka.
Perhatikan ayat 26-27. Tidak ada kejelasan informasi disampaikan kepada Yosua dan Imam Besar tentang pembangunan “mezbah”. Yang dibangun bukanlah mezbah untuk mempersembahkan korban tetapi mezbah sebagai saksi. “Saksi” macam apa tumpukan batu besar yang mereka bangun tersebut? Mereka berbicara dengan saleh tentang anak-anak mereka, tetapi kekayaan merekalah yang benar-benar memotivasi keputusan mereka untuk tinggal di sebelah timur Sungai Yordan. "Mezbah" mereka bertentangan dengan mezbah yang didirikan Yosua untuk kemuliaan Allah. Ingat, di dekat “mezbah saksi” yang mereka bangun, ada dua belas batu yang dibawa orang-orang itu dari tengah Sungai Yordan (Yosua 4: 20-24). Itu mengingatkan orang bangsa Israel bahwa mereka telah menyeberangi sungai dan mengubur masa lalu mereka selamanya.
Perhatikan ayat 34. Mereka menamai mezbah ” Saksi, karena inilah saksi antara kita, bahwa TUHAN itulah Allah”. Tetapi jika Tuhan adalah Tuhan, mengapa mereka tidak menaati-Nya dan tinggal di tanah yang telah Tuhan tentukan untuk mereka? Dikelilingi oleh bangsa-bangsa kafir dan dipisahkan dari saudara dan saudari mereka di seberang sungai, mereka dengan cepat jatuh ke dalam penyembahan berhala dan akhirnya menjadi buangan oleh Asyur (1 Tawarikh 5: 25–26).
Perhatikan ayat 13-20. Untung 9 suku di tanah Kanaan melakukan tabayyun, sehingga terhindar dari kekacauan perang saudara. Mereka marah atas kesalahan saudaranya, tetapi mengasihi mereka dan memperingatkannya. Pengalaman mentaati kebenaran firman Tuhan telah menuntun perbuatan baik mereka. Mereka memberikan nasihat bijak: “Datanglah dan tinggallah bersama kami, karena kami memiliki Kemah Tuhan di tanah kami” (22:19, parafrase). Tidak ada mezbah buatan manusia yang dapat menggantikan kehadiran Tuhan di antara umat-Nya di bait-Nya. Sayang sekali, bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu tidak menerima nasihat ini dan mengklaim warisan mereka di dalam tanah yang telah Tuhan janjikan akan diberkati-Nya (Ulangan 11: 10–32).
Bagaimana dengan hidup Saudara? Adakah melihat ”Kebaikan tanpa kebenaran yang berbahaya” dalam diri orang-orang yang Saudara kasihi (pasangan, anak, saudara, sahabat), bahkan dalam diri Saudara sendiri? Sadarilah! Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd170221)