Memasuki Februari 2022, Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 2 tahun belum juga berakhir. Bahkan angka kasusnya melonjak lagi. Bagaimana tetap tangguh menghadapinya dengan protokol kesehatan yang benar? Belajarlah dari pergumulan hidup Nabi Elia. Bacalah kitab 1 Raja-raja 19.
Diceritakan bahwa Nabi Elia sedang dalam keadaan tertekan; padahal baru saja memperoleh kemenangan rohani yang besar di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46). Ia merasa sangat kelelahan luar biasa. Orang yang memiliki keberanian dan iman yang hebat itu, sekarang ketakutan luar biasa. Nabi Elia lari sekitar 120 km ke Betsyeba, ke padang gurun dan di bawah pohon arar berdoa, “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku” (ayat 1-3). Bagaimana Tuhan menolong Nabi Elia menjadi semakin tangguh pada saat dia mengalami tekanan hidup?
Ayat 4. Istirahat dan retreat. Nabi Elia mengalami retreat dengan pergi sendirian ke dalam keheningan padang gurun, pelayanannya pun ia tinggalkan. Di dalam keheningan, ia berbicara kepada Allah dan beristirahat. Saat pembatasan karena pandemi Covid-19 sekarang ini, nikmatilah relasi dan berbicara kepada Allah lebih akrab lagi.
Ayat 5a. Tidur. Setelah Nabi Elia berkata pada Allah bahwa sudah cukup dan dia ingin mati, kemudian berbaringlah dia dan tertidur. Sepertinya ia tertidur dengan cepat di tempat yang tenang ini. Kemudian ia bangun dan tertidur lagi. Tidurlah yang cukup, jangan kelelahan.
Ayat 5b,7. Sentuhan. Malaikat menyentuh Nabi Elia sampai dua kali. Sentuhan malaikat meyakinkan Nabi Elia bahwa ia tidak sendirian karena masih ada orang lain yang peduli. Yesus juga menyentuh orang-orang, atau mengizinkan mereka menyentuh-Nya, termasuk mereka yang tidak bisa disentuh atau tidak tahir (Matius 9:20; Lukas 7:37-38; 8:54). Kehadiran dan sentuhan Sahabat menenangkan.
Ayat 5-7. Makanan yang baik. Malaikat memberikan Nabi Elia roti dan air. Beberapa waktu sebelumnya, Nabi Elia diberi makan oleh burung gagak (1 Raja-raja 17:6); walaupun orang Yahudi menganggap gagak adalah burung yang tidak tahir. Dan sekarang, Allah mengirimkan malaikat untuk membuatkan roti bakar bagi Nabi Elia saat ia tidur; roti yang masih hangat. Nabi Elia menghirup aroma roti hangat itu, ia makan, dan ia minum lagi untuk memperoleh kekuatan bagi perjalanan selanjutnya.
Ayat 8. Olahraga. Nabi Elia berjalan 40 hari dan 40 malam ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Perjalanan itu menempuh jarak sekitar 320 km, jadi sekitar 8 km per hari. Nabi Elia berjalan dengan lebih santai sehingga menghabiskan waktu lebih banyak. Jangka waktu itulah yang mungkin membantunya untuk mulai pulih dari keadaan tertekannya. Pada hari-hari terakhir kehidupannya di bumi ia berjalan dari Gilgal ke Betel ke Yerikho dan menyeberang sungai Yordan (2 Raja-raja 2:1-8). Perjalanan itu menempuh paling sedikit 64 km, lumayan bagi yang sudah tua, meskipun kebanyakan adalah jalan menurun.
Ayat 9-14. Menceritakan kisahnya. Allah bertanya kepada Nabi Elia, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 9). Dan Nabi Elia menceritakan kisahnya. Empat ayat kemudian, Allah bertanya lagi, "Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 14). Dan Nabi Elia menceritakan kembali kisahnya untuk kedua kalinya, menggunakan kata-kata yang sama persis dengan yang sebelumnya. Allah tentu tidak lupa atau mengabaikan saat Nabi Elia pertama kali bercerita. Allah tahu bahwa baik bagi Nabi Elia untuk menceritakan kisahnya lebih dari sekali. Bercerita tentang Allah dan kasih-Nya, menyegarkan hati dari perasaan terisolasi dan bersalah serta mengantarkan pada pemulihan.
Ayat 10,14. Dukungan. Nabi Elia berkata kepada Allah, “Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup”. Nabi Elia merasa terisolasi serta menjadi satu-satunya yang tersisa di seluruh Israel dan berpikir akan segera dibunuh sehingga pelayanannya (dan kehidupannya) selama ini adalah membuang-buang waktu. Dan Allah memberikan respons dengan mengatakan kepada Nabi Elia untuk mendelegasikan tugasnya, bahwa Elisa akan meneruskan pekerjaannya. Tuhan mendukung Saudara; bertolong-tolonglah menanggung beban (Galatia 6:2).
Ayat 8, 12-18. Suara kecil lembut: suara dalam keheningan. Nabi Elia pergi ke gunung Horeb yang adalah tempat suci, dikenal sebagai “gunung Allah” (ayat 8). Di sinilah Allah telah menampakkan diri kepada Musa dalam semak yang terbakar (Keluaran 3:1-2), memukul batu dan air keluar (Keluaran 17:6), muncul api yang menghanguskan di puncak gunung itu (Keluaran 24:17). Tetapi tidak seperti yang dipikirkan dan diinginkan Nabi Elia, sekarang Allah tidak ada di dalam angin, gempa bumi, atau api; tetapi Allah datang dalam bisikan, suara yang lembut, atau suara keheningan. Hal ini penting dalam membangun ketangguhan dalam diri Nabi Elia.
Ayat 19-21. Ditugaskan kembali. Allah memberikan tugas yang baru kepada Nabi Elia, yaitu memuridkan dan mengurapi Elisa. Hal ini menjadi awal yang baru baginya, yang sebelumnya merasa telah gagal. Ditugaskan kembali dapat meningkatkan semangat Nabi Elia, karena ternyata masih ada yang harus dikerjakan, memuridkan orang lain untuk melanjutkan pelayanannya.
Saudara, dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini, ingatlah kisah pergumulan Nabi Elia dan tetaplah tangguh menghadapinya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd110222)