Tuesday, 27 July 2021



[Ratapan 3:31-33]
Senin, 26 Juli 2021

“Walaupun Dia mendatangkan kedukaan, Dia akan berbelaskasihan 
sesuai dengan kebaikan-Nya yang berlimpah-limpah”
(Renungan Kitab Ratapan 3:31-33)

Bagaimana mungkin, di tengah penderitaan dan kedukaan karena Pandemi Covid-19 saat ini, masih bisa bertahan dan berharap? Percaya bahwa Allah setia, hadir dan mengasihi umat-Nya; kenyataan inilah yang memampukan seseorang untuk bisa bertahan dan berharap di dalam penderitaannya. Bacalah kitab Ratapan 3:31-33.

Ditengah ratapan karena penderitaan yang mendalam, umat Allah di kitab Ratapan mengatakan:

“Sebab Tuhan (“Adonai: Allah yang perkasa”) tidak akan mencampakkannya selama-lamanya; karena walaupun Dia mendatangkan kedukaan, Dia akan berbelaskasihan sesuai dengan kebaikan-Nya yang berlimpah-limpah”  (ayat 31-32, versi ILT). 

1) Bahwa, walaupun dihajar, mereka tidak dibuang. Seorang ayah yang menghajar anaknya bukan berarti merampas hak warisnya.

2) Bahwa meskipun mereka mungkin tampak dibuang untuk sementara waktu, ketika penghiburan-penghiburan jasmani ditangguhkan dan keselamatan-keselamatan yang diinginkan ditunda, namun mereka tidak benar-benar dibuang, karena tidak untuk selama-lamanya mereka dikucilkan.

3) Bahwa, kesedihan apa pun yang tengah meliputi mereka, itu sudah ditetapkan Allah untuk mereka, dan tangan-Nya bekerja di dalamnya. Dialah yang menyebabkan kesedihan, dan karena itu mereka bisa yakin bahwa itu sudah diatur dengan bijak dan penuh rahmat. Dan hanya seketika, ketika diperlukan, mereka berdukacita (bacalah 1 Petrus 1:6).

4) Bahwa Allah menyediakan belas kasihan dan penghiburan bahkan bagi orang-orang yang telah dibuat-Nya berduka.

5) Bahwa, ketika Allah kembali untuk berlaku rahmat kepada mereka, itu bukan menurut jasa-jasa mereka, melainkan menurut kasih setia-Nya, menurut kebesaran, kelimpahan, kasih setia-Nya. Begitu tidak layaknya mereka sehingga tidak ada hal lain selain kasih setia yang melimpah yang akan menolong mereka. Jadi apa lagi yang tidak bisa mereka harapkan dari kasih setia yang seperti itu? Dan sekalipun Allah membuat mereka berduka, itu sama sekali tidak boleh mematahkan harapan-harapan mereka akan kasih setia-Nya.

“Sebab dari hati-Nya Dia tidak menyengsarakan atau mendukakan anak-anak manusia” (ayat 33).

Bahwa, apabila Allah betul-betul menyebabkan kesedihan, itu demi tujuan-tujuan yang bijak dan kudus, dan Allah tidak bersuka dalam melapetaka-malapetaka yang menimpa mereka. Ia memang menindas, dan merisaukan anak-anak manusia. Semua kerisauan dan penindasan mereka sebenarnya ada dalam kedaulatan-Nya. Ia tidak melakukannya dengan rela hati, tidak dari hati, demikian kata yang dipakai.

1) Allah tidak pernah menindas mereka kecuali memberi-Nya alasan untuk melakukannya. Jika Ia menuliskan hal-hal yang pahit melawan mereka, itu memang karena mereka layak mendapatkannya dan juga memerlukannya.

2) Allah tidak menindas dengan senang hati. Ia tidak bersuka dalam kematian orang-orang berdosa, atau kegelisahan orang-orang kudus, tetapi menghukum dengan enggan dan berat hati. Ia sama sekali tidak bersuka dalam segala penderitaan mereka sehingga Ia sendiri menderita, dan jiwa-Nya berduka atas kesengsaraan umat-Nya.

3) Allah mempertahankan kebaikan-Nya terhadap umat-Nya sekalipun Ia sedang menindas mereka. Jika Ia tidak dengan rela hati merisaukan anak-anak manusia, apalagi dengan anak-anak-Nya sendiri. Apa pun itu, Allah itu baik bagi mereka (bacalah Mazmur 73:1), dan mereka dengan iman dapat melihat kasih di dalam hati-Nya bahkan sekalipun mereka melihat kernyit di dahi-Nya dan cambuk di tangan-Nya.

Pandemi Covid-19 memang berat, tetapi lihatlah Allah dan ingatlah siapa Dia, Allah yang penuh belas kasihan kepada anak-anak-Nya. Allah tidak membuang umat-Nya dan melupakannya. Terkadang Dia harus menghukum atau mengoreksi Saudara, tetapi Dia tidak akan membuang Saudara sepenuhnya. Bahkan jika Saudara harus melalui beberapa rasa sakit karena Saudara telah membuat kesalahan, atau mengalami kesedihan karena sakit atau kehilangan; Allah akan menghibur Saudara. Allah tidak menikmati penghukuman-Nya sendiri, tetapi Dia merasakan sakit Saudara. Allah tidak bersukacita atas rasa sakit Saudara, seperti orang tua akan sedih jika Saudara menyakiti diri Saudara sendiri. Tuhan Yesus Kristus mengasihi Saudara. (erd260721)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...