Seorang bijak berkata bahwa kesulitan hidup bisa terjadi tidak selalu karena dosa, tetapi dosa selalu menimbulkan kesulitan hidup. Memasuki tahun 2022, apakah Saudara mengalami kesulitan hidup? Bagaimana Saudara menghadapinya? Renungkanlah kisah kesulitan hidup yang pernah dialami umat Allah. Bacalah kitab 1 Raja-raja 18:16-22.
Waktu itu, Raja Ahab yang lebih jahat dari raja-raja bangsa Israel sebelumnya, beribadah kepada dewa Baal dan sujud menyembah kepadanya (1 Raja-raja 16:30-34). Akhirnya, Allah di atas segala illah menjatuhkan hukuman atas Raja Ahab dan bangsa Israel. Selama 3 tahun, embun atau hujan tidak turun dan terjadilah kekeringan serta penderitaan. Namun bukan berarti Allah meninggalkan umat-Nya. Ingat, Allah memelihara secara ajaib Nabi Elia di tepi sungai Kerit dan di rumah janda Sarfat, bahkan anak janda yang sudah mati dihidupkan kembali (1 Raja-raja 17:6,12,16,22). Obaja, kepala istana yang sungguh-sungguh takut akan Allah, menyelamatkan 100 orang nabi Allah dalam gua (1 Raja-raja 18:3-4). Bagaimana dengan bangsa Israel yang mengalami kekeringan dan penderitaan?
Perhatikan 1 Raja-raja 17:1 dan 18:1. Sebelumnya, Nabi Elia berkata"Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." Kemudian sesudah beberapa lama, datanglah firman Allah kepada Nabi Elia dalam tahun yang ketiga: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi." Allah mendatangkan penghukuman tetapi juga pemulihan dan pengampunan. Tetapi bagaimana respon raja Ahab dan bangsa Israel sendiri?
Perhatikan ayat 17-18. Raja Ahab tidak mengakui dosanya, bahkan menyalahkan Nabi Elia, "Engkaulah itu, yang mencelakakan Israel?" Tersirat bahwa Raja Ahab tidak taat dan lebih percaya kepada dewa Baal (dewa kesuburan/pertanian). Menurutnya, karena Nabi Elia-lah maka dewa Baal marah dan tidak menurunkan berkat. Dan dengan berani, Nabi Elia menyatakan kebenaran "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal". Allah sudah berfirman bahwa kekeringan akan datang kepada Israel yang tidak taat (kitab Ulangan 28:15,23-24). Bagaimana dengan bangsa Israel sendiri?
Perhatikan ayat 20-21. Seluruh rakyat Israel berkumpul di gunung Karmel. Lalu Nabi Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Nabi Elia peduli dan memperhatikan apa yang dialami oleh bangsa Israel. Frasa "berapa lama lagi" menyiratkan bahwa Allah mengasihi mereka dan menantikan pertobatan mereka. Sikap mereka yang "berlaku timpang" dan "tidak menjawab sepatah katapun" menunjukkan bahwa mereka saat itu terombang-ambing antara Allah dan Baal, tidak memiliki keberanian untuk mengambil posisi yang benar tetapi menggabungkan keduanya dalam hidup mereka. Mereka menyembah Allah untuk menyenangkan para nabi Allah, tetapi juga menyembah Baal untuk mendapat berkatnya dan menyenangkan Izebel yang telah membunuh nabi-nabi Allah (lihat 2 Raja-raja 17:33). Namun Allah menentang dengan keras sikap seperti ini. Mereka tidak bisa hidup dengan mendua hati, kecuali hanya hidup sepenuhnya bagi Allah (bandingkan Yosua 24:15, Injil Matius 6:24).
Raja Ahab dan bangsa Israel tentu berharap kekeringan dan penderitaan yang mereka alami selama 3 tahun itu segera berakhir, dan mereka menantikan doa Nabi Elia (ingat 1 Raja-raja 17:1). Memang nantinya, Nabi Elia sungguh-sungguh berdoa kepada Allah dan akhirnya turunlah hujan yang lebat (1 Raja-raja 18:45) mengakhiri kekeringan dan penderitaan yang mereka alami. Namun perhatikan hal yang penting, sebelum semuanya itu terjadi, Allah menuntun mereka pada pertobatan yang sesungguhnya. Penderitaan yang mereka alami menjadi alat kasih Allah untuk menuntun mereka kembali kepada-Nya. Di gunung Karmel, tempat keramat bagi dewa-dewa, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya di atas segala illah dan menunjukkan kasih-Nya kepada mereka (perhatikan ayat 19, 22).
Saudara, bertobat dan percayalah bahwa kesulitan hidup menjadi alat Allah untuk menuntun Saudara kembali kepada-Nya dan menikmati kasih-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd210122)