Tuesday, 9 November 2021



[1 Petrus 3:17-18] 
Selasa, 9 November 2021

"Mereka yang merenungkan luka-luka Kristus 
akan dikuatkan merasakan luka-luka mereka sendiri"
(Surat 1 Petrus 3:17-18)

Apakah Saudara merasa bahwa Saudara adalah orang yang paling menderita di dunia ini? Saudara merasa paling malang dan kurang beruntung? Kehilangan pengharapan dan merasa bahwa Allah sudah meninggalkan Saudara? Renungkanlah nasihat Rasul Petrus yang dituliskannya dalam surat 1 Petrus!

Surat 1 Petrus ditulis untuk orang-orang beriman yang sedang berada di perantauan (1:1-2) di tengah-tengah bangsa yang tidak beriman (2:12). Perantauan ini bukan hanya secara harfiah, tetapi juga secara rohani (1:17 “selama kamu menumpang di dunia ini”). Di tengah situasi seperti ini, mereka dituduh (2:12, 15), difitnah (3:16; 4:4), bahkan diperlakukan secara tidak adil (3:9; 4:14). Bagaimana respon yang tepat terhadap penderitaan yang mereka alami? Bacalah surat 1 Petrus 3:17-18.

"Ingatlah, jika Allah menghendaki Saudara menderita, lebih baik menderita karena perbuatan baik, daripada menderita karena perbuatan jahat"  (ayat 17) Mereka sudah berbuat baik dan mengupayakan perdamaian (3:11,13), tetapi tetap saja ada sebagian orang yang bertindak jahat kepada mereka (3:14,17). Situasi seperti ini memang kadangkala tidak terelakkan. Dalam kedaulatan Allah, realitas penderitaan tetap menjadi pergumulan orang beriman. Rasul Petrus mengingatkan mereka supaya tidak mengeluh maupun berputus asa;  ada kekuatan dan penghiburan ilahi dari kebenaran firman Allah.

"Kristus juga menderita. Ia mati satu kali untuk kita, orang-orang berdosa, meskipun Ia sendiri tidak pernah bersalah, supaya Ia dapat membawa kita dengan selamat ke rumah Allah. Tetapi, walaupun tubuh-Nya mati, roh-Nya tetap hidup" (ayat 18, terjemahan Alkitab FAYH/Firman Allah Yang Hidup). Rasul Petrus mengajarkan bahwa mereka perlu melihat penderitaan mereka dari perspektif penderitaan Kristus (perhatikan kata "juga").

"Kristus juga menderita" - Yesus Kristus sendiri tidak bebas dari penderitaan-penderitaan dalam kehidupan ini, meskipun Ia sendiri tidak bersalah dan dapat menolak segala penderitaan jika mau. Kristus adalah contoh utama penderitaan karena melakukan apa yang benar. Rasul Petrus menyadarkan mereka yang saat itu mengalami penderitaan bahwa sejatinya Kristus sudah menderita jauh lebih buruk bagi mereka ketika Dia tidak pantas mendapatkannya.

"Ia mati satu kali untuk kita, orang-orang berdosa, meskipun Ia sendiri tidak pernah bersalah" - Kristus yang kehidupan-Nya tanpa dosa (lihat 1 Petrus 1:19; 2:22) dikorbankan atas nama orang-orang yang penuh dosa. Kristus telah menggantikan tempat mereka, dan menanggung kesalahan-kesalahan mereka. Penderitaan dan hukuman dijalani-Nya untuk menebus dan membuat pendamaian bagi dosa mereka (lihat 1 Petrus 2:24). Kristus adalah pengorbanan yang sempurna, efektif, sekali-diberikan untuk dosa (bacalah surat Roma 6:10)! Korban-korban hukum Taurat diulangi dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun. Tetapi korban Kristus, sekali dipersembahkan, sudah membersihkan dosa (lihat surat Ibrani 7:27; 9:26,28; 10:10,12,14).

"supaya Ia dapat membawa kita dengan selamat ke rumah Allah"  - Ini merujuk pada "akses" atau "pengantar" untuk Allah (lihat Roma 5:2; Efesus 2:18; 3:12). Kematian Yesus mengembalikan hubungan dengan Allah yang telah hilang dalam kejatuhan/dosa. Gambar Allah dalam manusia dipulihkan melalui Kristus. Orang-orang yang beriman kepada-Nya memiliki kemungkinan keintiman dengan Allah sebagaimana dialami oleh Adam dan Hawa di Eden sebelum kejatuhan dalam kitab Kejadian pasal 3.

"Tetapi, walaupun tubuh-Nya mati, roh-Nya tetap hidup" - Penderitaan dan kematian Kristus bukanlah titik akhir; masih ada kebangkitan, ada kemenangan. Ada kontras (paralelisme) antara tubuh fisik Yesus (lihat 1 Petrus 4:1) dan kehidupan rohani-Nya (lihat 1 Petrus 4:6; 1 Korintus 15:45). Duduk perkara dan peristiwa penderitaan Kristus, berkenaan dengan diri-Nya sendiri, adalah bahwa Ia dihukum mati menggantikan orang-orang berdosa, dalam kodrat-Nya sebagai manusia, tetapi dihidupkan dan dibangkitkan lagi oleh Roh.

Jadi, Rasul Petrus mengingatkan untuk tidak perlu berkecil hati pada saat Saudara menghadapi penderitaan karena kebenaran; Saudara tidak sendirian dalam menghadapinya. Penderitaan yang Saudara alami bahkan tidak seberat yang dihadapi oleh Kristus. Kristus telah mengalami sekaligus mengalahkan penderitaan dan kematian. Hal yang sama akan dilakukan oleh Allah bagi Saudara. Melalui semua kesakitan yang Saudara alami, Saudara semakin disadarkan tentang kedalaman kasih Kristus kepada Saudara. Saudara memiliki jaminan kemenangan yang bersumber dari karya penebusan Kristus yang sempurna. Kristus telah menang dan membawa Saudara aman kepada Allah. Bersyukurlah atas persekutuan Saudara di dalam penderitaan dan kematian Kristus. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd091121)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...