"Meskipun memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui, Hagar memiliki ketangguhan dan keberanian memulai lembaran baru dalam pertolongan Tuhan"(Kitab Kejadian 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21 )
Setiap orang didorong untuk mengembangkan ketangguhan diri dan mempersiapkan diri terhadap berbagai tantangan yang akan muncul dalam kehidupan mereka di dunia yang semakin sulit. Ketangguhan berarti memiliki kekuatan untuk memenuhi panggilan Tuhan yang diberikan-Nya kepada seseorang, bahkan sekalipun panggilan itu akan menyakitkan dan sulit. Ketika orang lain mengecewakan, orang tersebut ditopang oleh Tuhan yang telah memanggilnya. Biasanya lebih sulit untuk tetap tangguh saat seseorang mengalami sakit, nyeri, berada dalam kelemahan, keletihan, kelaparan atau mengalami kesulitan bernafas. Aspek fisik menjadi bagian dari gambaran utuh tentang ketangguhan seseorang. Tetapi ingatlah bahwa ada sebagian orang tetap memiliki ketangguhan rohani dan psikologi yang luar biasa meskipun mereka memiliki kesulitan fisik seperti penyakit ataupun kecacatan. Bacalah kisah seorang perempuan bernama Hagar di kitab Kejadian 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21.
Kita membaca dalam kitab Kejadian bahwa karena Abram ("bapak yang ditinggikan/dimuliakan") belum memiliki anak di usia 85 tahun, istrinya yang bernama Sarai ("putri") meminta Abram untuk menghampiri hambanya, yang bernama Hagar ("terbang/mengembara"), supaya mereka mendapatkan anak. Abram melakukannya, dan Hagar mengandung. Lalu Sarai menjadi cemburu dan menindas Hagar.
Tanggapan Hagar terhadap perlakuan seperti itu bersifat fisik. Ia melarikan diri ke padang gurun dan berhenti dekat suatu mata air, yang disebut sumur Lahai-Roi (Kejadian 16:6-8, 14). Seorang malaikat menjumpainya dan bertanya apa yang sedang ia lakukan di sana (mirip dengan cara malaikat menjumpai nabi Elia di padang gurun, dan Tuhan bertanya kepada Elia tentang apa yang sedang ia lakukan; kitab 1 Raja-raja 19:4-11). Malaikat ini menyuruh Hagar untuk kembali kepada nyonyanya, dan berjanji bahwa Tuhan akan memberikan keturunan yang sangat banyak kepada Hagar, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya (Kejadian 16:9-10).
Hagar kembali pada Sarai dan Abram. Hagar sadar akan indra fisiknya dan menyebut Tuhan sebagai "Tuhan yang melihat aku" (Kejadian 16:13) dan menamai anaknya Ismael, yang artinya "Tuhan mendengar". Ismael di sunat ketika berusia 13 tahun (Kejadian 17:24-25). Setahun kemudian Sarai (sekarang dikenal sebagai Sara: "perempuan bangsawan"; Kejadian 17:15) mendapatkan seorang anak laki-laki, dan diberi nama Ishak yang artinya "tertawa". Tuhan mengadakan perjanjian-Nya dengan Ishak menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya (Kejadian 17:19). Ketika Ishak disapih, Sara melihat Ismael mengolok-olok anaknya (Kejadian 21:9, dalam berbagai terjemahan), maka Sara meminta Abram (sekarang Abraham "ayah dari banyak bangsa/bapak orang beriman", Kejadian 17:5) untuk mengusir Hagar dan Ismael (Kejadian 21:10).
Setelah mendengar dari Tuhan, Abraham memberikan Hagar makanan dan menyuruhnya pergi bersama Ismael. Terkadang orang yang tangguh tetap tinggal sewaktu krisis, dan terkadang mereka pergi. Hagar pergi meninggalkan situasi tersebut. Ia berjalan ke padang gurun, membawa makanan dan minuman di bahunya – menunjukkan kekuatan fisik di waktu kerapuhan. Ketika mereka kehabisan air, Hagar berpikir anaknya akan mati dan ia tidak tahan untuk melihatnya. Allah memperlihatkan kepada Hagar sebuah sumur di dekatnya, dan ia dapat memberi minum Ismael (Kejadian 21:19). Mereka terus hidup di padang gurun, dan Hagar (sekarang orang tua tunggal) mencari makan untuk mereka berdua.
Saat itu, Hagar hidup dalam masyarakat di mana perempuan tidak memiliki banyak hak dan diharapkan untuk bergantung kepada laki-laki untuk menyediakan kebutuhan mereka. Perempuan tanpa laki-laki yang melindungi mereka bisa dianggap sebagai tidak terhormat dan sering dilecehkan. Hagar telah diperlakukan dengan buruk. Ia dipakai untuk seks. Hagar sudah terbiasa dengan kerja keras secara fisik. Pertama, ia seorang hamba, dan kemudian ketika ia terlantar dan tidak memiliki tempat tinggal, ia harus bekerja untuk mendapatkan tempat teduh dan makanan bagi dirinya dan anaknya.
Hagar itu tangguh meski nampaknya tidak mendapat dukungan dari orang lain. Meskipun memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui, Hagar memperlihatkan ketangguhan fisik dan keberanian serta mendengarkan Tuhan. Dengan pertolongan Tuhan ia bisa menghidupi dirinya dan anaknya. Hanya ada beberapa ayat Alkitab saja tentang Hagar; jadi kita tidak tahu banyak tentang dia. Hagar diingat sebagai perempuan yang memiliki kekuatan untuk meninggalkan situasi sulit dan memulai lembaran baru; membesarkan anak laki-lakinya menjadi bapak leluhur dari bani Ismael.
Apakah Saudara memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui? Milikilah ketangguhan dan keberanian berserah pada Tuhan serta mentaati firman-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd15092023)