"Kebetulan" bukan sekedar peristiwa yang sering terjadi dalam sinetron-sinetron atau Film Televisi (FTV), tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Apakah Saudara punya pengalaman pribadi tentang kebetulan? Misalnya, saat Saudara kehilangan sesuatu, kebetulan ada hal baru yang ditemukan dan ternyata justru memberikan yang lebih baik? Ya, bagi Saudara itu mungkin kebetulan, tetapi tidak bagi Allah. Perhatikan kisah Rut dan Naomi; bacalah kitab Rut 2:1-3, 20.
Ingat kisah Rut 1:1-22. Karena terjadi kelaparan, Naomi, suami dan kedua anaknya meninggalkan Betlehem, memilih pindah ke Moab, negeri asing. Di Moab, Naomi kehilangan suaminya dan kedua anak laki-lakinya serta harapan hidupnya. Dengan pahit dan tangan kosong, Naomi kembali ke Betlehem (ayat 20-21). Tetapi Naomi tidak sendirian, Rut ikut kembali ke Betlehem. Dengan status "janda tanpa keturunan" mereka tidak tahu bagaimana seharusnya melanjutkan hidup mereka, setidaknya untuk makan, karena mereka tidak memiliki apa-apa. Apalagi Rut adalah perempuan Moab, bangsa yang memiliki sejarah pahit dengan Israel (Kejadian 19:30-38; Ulangan 4:3-4; 23:3-6; Bilangan 22-24; 25:1-3; Yosua 22:17; Mazmur 106:28; Hosea 9:10). Bagaimana kisah selanjutnya?
Perhatikan Rut 2:1-3. “Kebetulan ia (Rut) berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh” (ayat 3). “Kebetulan” tersebut mencakup masuknya Rut ke ladang milik Boas yang ternyata (tidak diketahui oleh Rut) adalah kerabat (saudara jauh) Elimelekh, mertua laki-lakinya. Boas seorang yang kaya raya (ayat 1). Nama Boas berarti “di dalam dia ada kekuatan”. Boas digambarkan sebagai orang yang kaya raya (gibbor hayil) dalam 2:1. Kata “gibbor hayil” dapat dikenakan pada pahlawan perang (Yosua 6:2-3; Hakim-hakim 6:12), orang yang berkuasa (1 Samuel 9:1; 1 Raja 11:28), orang kaya (2 Raja 15:20). Dengan kata lain, Boas adalah orang yang sangat berpengaruh di Betlehem. Ternyata, Allah memelihara melalui orang yang tepat.
Perhatikan, ada kebetulan lain yang terjadi sebelumnya: ”Kebetulan" Naomi dan Rut tiba di Betlehem pada permulaan musim menuai jelai (1:22). Ingat, beberapa tahun sebelumnya keluarga Naomi meninggalkan Betlehem dan pindah ke Moab, mereka berada dalam kondisi kelaparan. Namun kali ini Naomi memasuki Betlehem dengan suasana baru yaitu panen jelai. Panen jelai merupakan panen pertama dalam siklus kalender orang Israel (Ima 23:4-22) yang ditandai dengan perayaan hari raya Paskah. Jelai merupakan makanan pokok orang Israel yang harganya sangat terjangkau (lebih murah dari gandum), mudah ditanam di berbagai jenis tanah serta waktu penanaman hingga penuaian tidak terlalu jauh (3-4 bulan). Ternyata, Allah memelihara pada waktu yang tepat.
Masalahnya, Naomi dan Rut tidak memiliki ladang ataupun mata pencaharian yang akan pasti. Bersyukurlah, “kebetulan” Allah telah lebih dahulu memberlakukan hukum “gleaning” pada orang Israel. Hukum “gleaning” adalah hukum yang mewajibkan para tuan tanah untuk tidak memetik hasil panen dengan sengaja sampai benar-benar habis dan memberikan hak kepada orang miskin, janda, orang asing untuk memungut ceceran hasil panen yang entah tersisa/terjatuh (Imamat 19:9-10; 23:22; 25:23; Ulangan 24:19-21). Orang kaya memiliki tanggung jawab moral terhadap orang miskin. Ternyata, Allah memelihara melalui sistem yang tepat.
Perhatikan ayat 20. “Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setiaNya ..” dalam terjamahan lain ditulis “Tuhan belum berhenti menunjukkan kebaikan-Nya” Tadinya Naomi mengira bahwa Tuhan sudah berhenti menunjukkan kebaikan-Nya (1:13,20,21). Tetapi sekarang, ia tahu bahwa Tuhan masih tetap memberikan kebaikan kepadanya. Naomi mengerti bahwa dibalik kebetulan tersebut adalah tangan Tuhan. Itu adalah bagian dari rencana kekal Allah yang akan dipenuhi-Nya. Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan membawa berkat ke seluruh dunia (Kej. 12: 1–3). Rut bertemu dengan Boas dan Boas tertarik kepada Rut dan menikahinya. Rut tidak tahu bahwa dari keturunannya akan lahir Mesias, Juruselamat dunia (Matius 1:5).
Sekarang Naomi tahu bahwa di dalam kegelapanpun Tuhan tetap menyertai dan memimpin mereka. Banyak peristiwa besar yang terjadi karena hal-hal kecil, peristiwa-peristiwa kecil, yang tampaknya tidak penting dan kebetulan bagi Saudara, tetapi diarahkan oleh Allah dalam rancangan-Nya (Amsal 16:9). Bagaimana dengan Saudara? Dalam masa pandemi Covid-19 dan pergumulan hidup saat ini, apakah Saudara bersedia percaya bahwa "Allah dibalik "kebetulan"... Dia bekerja dalam keseharian Saudara"? Bacalah Roma 8:28-30. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd090321)