Tuhan Yesus sudah naik ke sorga, murid-murid memulai hidup baru sebagai saksi-Nya tanpa kehadiran-Nya di tengah-tengah mereka.
Perhatikan, rasul-rasul kembali ke Yerusalem (ayat 12). Bukankah di Yerusalem ada banyak musuh mereka, musuh yang sudah menyalibkan Yesus Kristus? Realitanya, mereka akan mengalami penganiayaan yang berat dalam waktu dekat, bahkan salah seorang diantara mereka, Yakobus, akan kehilangan nyawa karena Kristus (Kisah Para Rasul 12:1-2). Bahkan, Tuhan Yesus pun pernah berkata, “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala” (Matius 10:16). Tetapi, murid-murid taat dan siap menjadi saksi Kristus di Yerusalem (ayat 8). Bagaimana mereka menghadapi tantangan penganiayaan yang akan mereka alami? Bacalah Kisah Para Rasul 1:12-14.
Mereka saling percaya. Semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama (Kisah Para Rasul 1:14; 2:46). Frasa “dengan sehati” menjadi kuncinya. Perhatikan, kelompok orang percaya yang mula-mula itu sungguh bermacam-macam. Bahkan disebutkan beberapa perempuan bersama-sama mereka, bukan hanya laki-laki; dan bukan hanya para rasul tetapi juga orang “awam”.
Saudara-saudara Tuhan Yesus (Injil Matius 13:55; Injil Markus 6:3), tidak percaya kepada-Nya semasa pelayanan-Nya di bumi ini (Injil Yohanes 7:5); tetapi mereka menjadi percaya sesudah kebangkitan-Nya. Dan sekarang mereka ikut serta dalam penyembahan dan doa bersama-sama dengan yang lainnya. Maria juga hadir dalam kelompok itu. Saat itu, keluarga Tuhan Yesus mungkin saja menginginkan perlakuan khusus, tetapi mereka tidak melakukannya.
Mungkin saja Petrus dikritik karena kepengecutannya dan pernah menyangkal Tuhan Yesus. Atau, Petrus dapat juga menyalahkan Yohanes karena dialah yang membawa Petrus ke halaman istana Imam Besar (Yohanes 18:15-16). Yohanes sendiri mungkin mengingatkan yang lain bahwa dengan setia ia telah berdiri di dekat salib, dan telah dipilih oleh Tuhan Yesus untuk merawat ibu-Nya. Tetapi semua itu tidak terjadi, mereka berkumpul dengan sehati dalam doa bersama-sama.
Perhatikan; bagaimana Matius, mantan pemungut cukai bisa berkumpul bersama mereka. Mungkin saja yang lain mengucilkannya, karena pekerjaannya yang dulu itu dianggap bagian dari pemerintah Romawi, musuh yang menjajah mereka. Pemungut cukai dimasukkan golongan orang berdosa, bahkan disejajarkan dengan perempuan-perempuan sundal (Injil Matius 21:31). Sangat mungkin terjadi perselisihan dengan Simon orang Zelot. Zelot adalah sejenis partai fanatik saat itu, golongan orang-orang Yahudi yang mati-matian menentang kuasa penjajah Romawi, berjuang untuk kebebasan politik. Tetapi perselisihan itu tidak terjadi. Matius dan Simon bisa berkumpul dengan sehati dalam doa bersama-sama.
Jadi, tak seorang pun yang mempersoalkan tentang siapa yang terbesar di antara mereka; bukan saatnya untuk menanyakan “Siapa yang terbesar?” atau “Siapa yang paling berdosa?” Yang menjadi pusat dalam persekutuan mereka adalah Kristus yang bangkit, dan mereka semua mengasihi serta mengagungkan Dia. Bagi mereka, saat itu adalah waktu untuk berdoa bersama dan berdiri bersama di dalam Tuhan. Mereka telah diberi tanggung jawab yang serius untuk membawa kesaksian kepada dunia yang terhilang, dan tidak seorang pun dari mereka yang dapat melakukannya seorang diri. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, mempersiapkan diri melakukan pekerjaan yang ada di hadapan mereka dengan segala tantangan bahkan penderitaannya.
Dan kita tahu, mulai dari mereka lah tanggung jawab sebagai saksi Kristus dikerjakan di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi, seperti yang dikehendaki-Nya (Kisah Para Rasul 1:8).
Bagaimana dengan Saudara bersama-sama dengan gereja, persekutuan, komunitas dan keluarga Saudara sendiri? Apakah kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, menyatukan hati bersama-sama dalam doa dan menjadi saksi-Nya? Di tengah-tengah pergumulan, tantangan dan penderitaan sebagai saksi-Nya, masihkah ada mementingkan diri sendiri? Tidak cukup bagi orang Kristen untuk beriman kepada Tuhan saja, mereka harus saling percaya; dan Tuhan menyertainya sampai kepada akhir zaman (ayat terakhir Injil Matius 28:20). Tuhan Yesus Kristus memberkati.