Perhatikan ayat 1-8. Menghadapi ancaman pemusnahan atas diri mereka, semua orang Yahudi berpuasa selama 3 hari. Dan Ratu Ester (orang benar) melakukan persiapan serta bertindak dengan hikmat. Tuhan membimbing dan memelihara mereka di tengah ketegangan yang ada. Sangat kontras dengan Haman (orang fasik) dengan apa yang dilakukannya. Bacalah bagian berikutnya, ayat 9-14; tindakan yang sombong dan emosional.
Perhatikan ayat 9 dan 13, kerapuhan kesuksesan duniawi. Dengan kekuasaan dan kehormatan yang diperoleh dari raja Ahasyweros, Haman bisa hidup dengan hati yang riang dan gembira. Tetapi seketika bisa lenyap ketika melihat Mordekhai, orang buangan yang dibencinya; sangat panas hatinya (ayat 9). Kata Haman, “Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu” (ayat 13).
Perhatikan ayat 10-12, kebodohan orang sombong. Sungguh suatu kehormatan bagi Haman menghadiri perjamuan khusus dengan Raja dan Ratu sendirian di tempat istimewa pada saat itu! Mustahil setiap pejabat di istana dihormati seperti itu, dan Haman membanggakannya. Fakta bahwa ratu mengundang Haman ke perjamuan kedua hanya meningkatkan kepercayaan diri manusia jahat ini, dan itulah respons yang diinginkan Ester.
Kesombongan orang fasik. Dengan percaya diri, Haman meninggalkan istana dan kembali ke rumah dengan hati yang menyenangkan. Bangga dengan makan malam ekslusif bersama Raja dan Ratu, dan mengantisipasi perjamuan kedua pada malam berikutnya, apa yang diceritakan Haman kepada sahabat-sahabat dan isterinya ketika pulang ke rumah? Perhatikan jumlah kata ganti pribadi maskulin di sini: hatinya, rumahnya, sahabat-sahabatnya, isterinya, kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki (10 anak, Ester 9:7-10), kebesarannya, kenaikan pangkatnya, dan “kecuali aku”. Banyak penafsir Alkitab yang meyakini bahwa "ke-aku-an"/kesombongan adalah esensi dari dosa (lihat Kejadia 3:4-5).
Perhatikan ayat 9b, 13-14. Haman "dipenuhi dengan kemarahan terhadap Mordekhai" dan meracuninya sehingga dia bahkan tidak bisa menikmati kebesaran diri yang dibicarakannya! "Tetapi semua itu tidak berarti, selama masih kulihat Mordekhai, orang Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana." Rasul Paulus membandingkan dendam dan kebencian seperti ragi, dari yang sangat kecil tetapi berangsur-angsur tumbuh mengkamirkan seluruh adonan (1 Korintus 5:8). Dendam dan kebencian dalam hati orang Kristen bisa mendukakan Roh Kudus Allah dan ahrus dikeluarkan dalam hidup mereka (Efesus 4:30-32; Kolose 3:8).
Haman telah menginfeksi istri dan semua sahabatnya dengan kebenciannya yang berdosa terhadap orang-orang Yahudi, dan mereka menyarankan agar Haman meminta izin raja untuk menggantung Mordekhai. Dan tanpa pertimbangan yang matang, Haman segera menuruti saran mereka membuat tiang gantungan. Ironi, realitanya perjamuan yang dirancang Ester tersebut justru menjadi alat Tuhan untuk menyatakan kebenaran dan menjatuhkan hukuman mati kepada Haman. Haman dihukum mati di tiang gantungan yang dibuatnya; bahkan kesepuluh anak laki-laki Haman mati terbunuh juga (Ester 7: 6,10; 9:12).
Jadi Saudara... waspadalah, "ke-aku-an" adalah dosa yang mematikan. Sadarlah dan mintalah hikmat Tuhan dalam setiap langkah Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd210521).