Saturday, 10 July 2021



[Mazmur 13]
Jumat, 9 Juli 2021.

Ketika malas dan sulit berdoa kepada Tuhan, justru saat itulah 
Saudara harus berdoa. Yakin bukan karena siapa Saudara 
tetapi karena siapa Tuhan yang Saudara sembah.
(Renungan Mazmur 13)

Dalam pergumulan menghadapi pandemi Covid-19 saat ini, pernahkah Saudara merasa seolah-olah Tuhan tidak mendengar dan menjawab doa-doa Saudara? Belajarlah dari mazmur ratapan. Bacalah Mazmur 13.

Perhatikan ayat 1-3. “Berapa lama lagi” diucapkan sampai empat kali dalam dua kalimat mazmur ini. Daud mengeluh, seolah-olah Tuhan tidak mendengar dan mempedulikan dirinya. Tetapi perhatikan, Daud tetap mengarahkan keluhannya langsung kepada Tuhan, dengan keyakinan bahwa keluhannya berarti bagi Tuhan. Tetapi bukan saja mengeluh, Daud juga berdoa mengajukan permohonan kepada Tuhan. Bagaimana permohonan doa Daud?

Perhatikan ayat 4-5. Permohonan doa Daud disampaikan kepada Tuhan dalam bahasa perintah, menunjukkan keseriusan permohonannya. Kata “supaya jangan” diucapkan dua kali dan tersirat satu kali. Hal ini menunjukkan bahwa Daud memberikan alasan mengapa Tuhan seharusnya menjawab doanya. Perhatikan, ada tiga alasan dalam doa.

Alasan pertama, berkaitan dengan karakter dan janji Tuhan Sekarang, Daud tidak hanya memanggil “ya Tuhan (Jehovah)” tetapi juga “Allah-ku (Elohim)”. Selain menggambarkan relasi yang dekat, panggilan ini juga dikaitkan dengan kehadiran (immanensi) Tuhan sebagai Allah perjanjian dan dikaitkan dengan kebesaran (transendensi) Tuhan. Doa dilandaskan atas pemahaman tentang sifat dan karakter Tuhan yang kasih dan adil (baca Kejadian 18:24-25; Keluaran 32:13).

Alasan kedua, berkaitan dengan keadaan umat Tuhan. Keadaan umat Tuhan dibawah ancaman hukuman karena membuat patung anak lembu emas, mendorong Musa berdoa kepada Tuhan (bacalah doanya di Keluaran 32:11). Keadaan umat Tuhan yang tertindas di tanah mereka sendiri, mendorong Nemehia berdoa bago bangsanya kepada Tuhan (bacalah doanya di Nehemia 9:36).

Alasan ketiga, apa kata dunia tentang Tuhan dan umat-Nya? Doa diarahkan pada reputasi dan kemuliaan Tuhan sendiri., bukan pada diri sendiri. Musa memohonkan keselamatan bagi bangsa Israel dengan berkata tentang Tuhan, “Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi?”  (Keluaran 32:12).

Memang Tuhan tidak membutuhkan alasan Saudara, tetapi Saudara perlu memberikan alasan dalam doa supaya Saudara mengerti apa yang Saudara doakan. Hal ini akan menolong Saudara berdoa dengan motivasi yang lebih baik.

Perhatikan 3 permintaan Daud dalam doanya. Ada serangkaian tiga imperative (permohonan): pandanglah, jawablah, cerahkanlah. Pertama, "Pandanglah aku," permohonan agar Tuhan memusatkan perhatian pada hamba-Nya dan memeriksa dia. Daud merasa bahwa Tuhan telah menyembunyikan wajah-Nya, dan dia ingin Dia memalingkan wajah-Nya lagi. Kedua, supaya Tuhan menjawabnya dan mengirimkan semacam dorongan. Daud merasa bahwa dia telah ditinggalkan dan doanya tidak menghasilkan apa-apa. Ketiga, "Buatlah mataku bercahaya." Daud meminta kebijaksaan Tuhan untuk dapat melihat pergumulan yang dihadapinya dengan lebih baik dan benar. Kekuatan iman sangat penting bagi Daud.

Perhatikan ayat 6. Kata “goyah” di ayat 5 menggambarkan goncangan bak gempa bumi atau tsunami yang membongkar hancurkan segala sesuatu sampai ke dasarnya. Namun justru dalam kegoncangan dahsyat seperti itu, iman Daud bangkit dan mengakhiri mazmurnya dengan mengatakan “Ia telah berbuat baik kepadaku". Keadaan Daud belum berubah, tetapi Tuhan telah mengubahkan dia, dan itu terjadi ketika Daud berhenti memandang masalah hidupnya dan dengan iman mulai mencari Tuhan. Kepastian iman bukan lahir dari kekuatan mental ataupun berpikir positif, melainkan anugerah dari Tuhan sendiri yang kasih setia-Nya (hesed) tidak pernah berakhir dalam menjawab umat-Nya. Bukan iman Daud yang hebat tetapi obyek iman Daud yang hebat.

Saat putus asa melanda hidup Saudara karena merasa Tuhan tidak kunjung menjawab, saat itulah Saudara perlu berseru seperti Daud. Merataplah dan berdoalah kapada Tuhan. Dia setia menanti Saudara mengekspresikan emosi dan keluhan Saudara kepada-Nya; dan penuh kasih karunia menjawab doa Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd090721)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...