Thursday, 11 March 2021



[Rut 2:1-3]
Kamis, 11 Maret 2021

Bacaan: Rut 2:1-3

Seringkali, pergumulan hidup yang berat membuat seseorang berhenti berharap dan bertindak. Bagaimana dengan Saudara? Apakah pandemi Covid-19 saat ini membuat Saudara kehilangan pengharapan dan iman percaya kepada Allah? “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17). Bagaimana hidup dengan iman kepada Allah? Bacalah Rut 2:1-3.

Ingat kisah sebelumnya dalam Rut 1. Naomi kehilangan suami dan kedua anak laki-lakinya; hidup di Moab (negeri asing) dalam kemiskinan. Hidupnya terasa pahit, tangan Tuhan teracung padanya, menyebut dirinya Mara (“kepahitan”) dan kembali ke Betlehem dengan tangan kosong. Dengan status “janda tanpa keturunan”, kembali ke Betlehem bukanlah sesuatu yang mudah saat itu. Tetapi Rut, perempuan Moab itu bersikeras mengikuti Naomi kembali ke Betlehem karena beriman kepada Allah Israel, dengan mengatakan “bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16-17).

Perhatikan 1:22 – 2:1. “Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai. Naomi itu mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas.”  Nama Boas berarti “di dalam dia ada kekuatan.” Tersirat, ada harapan baru; Allah memperhatikan kepahitan hidup mereka. Allah telah memberikan perintah kepada bangsa Israel tentang memperlakukan orang miskin dengan adil dan dengan kemurahan hati (Keluaran 23:3, 6; Imamat 19:9-10, 15). Allah juga peduli pada para janda miskin dan memerintahkan bangsa Israel untuk memperhatikan mereka (Keluaran 22:22-24). "Allah membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian" (Ulangan 10:18). Perhatikan, Rut bukan hanya seorang janda miskin, tapi dia juga seorang asing. Tetapi, apa yang dilakukan Rut?

Perhatikan 2:2. Tidak ada penjelasan bahwa Naomi dan Rut meminta ataupun mendapat bantuan dari kerabatnya. Rut tidak minta ijin kepada Naomi untuk kembali ke tanah Moab lagi, karena tidak ada yang memperhatikan mereka; sementara di rumah orangtuanya sendiri ada cukup roti. Tetapi permintaannya kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku" sehingga mereka memiliki sesuatu untuk dimakan. Ini adalah langkah iman di pihak Rut, berdasarkan perintah Allah kepada bangsa Israel yang disampaikan sebelumnya (bacalah Imamat 19: 9-10; 23:22; Ulangan 24: 19–22). Rut pergi untuk mengumpulkan bulir-bulir jelai bersama orang-orang miskin di sekitarnya. Perempuan Moab itu menunjukkan kerendahan hatinya. Perhatikan Rasul Paulus, pemimpin yang berkarisma itu mengatakan dengan iman, "aku telah belajar dalam keadaan apapun...aku tahu bagaimana direndahkan" (Filipi 4:11-12)

Tidak ada penjelasan apakah Rut sudah berkenalan dengan para kerabat Naomi dan tempat baru baginya. Tersirat, tindakan Rut pergi ke ladang adalah tindakan imannya. Sebagai orang asing, Rut tidak tahu ke ladang siapa dia akan pergi. Selanjutnya, sebagai wanita dan orang asing, Rut sangat rentan dan dia harus berhati-hati kemana dia pergi. Perhatikan, tindakan iman berhadapan dengan berbagai resiko. Apa yang terjadi dengan Rut karena tindakan imannya?

Perhatikan 2:3. ’Kebetulan’ dalam ayat ini adalah ’kebetulan’ yang luar biasa karena Rut tidak tahu ladang siapa itu. Dia juga tidak punya alasan untuk pergi ke ladang tersebut lebih dari yang lain. Ketika Rut melangkah dalam imannya, Allah mengarahkan langkahnya ke ladang milik Boas. Dan kisah selanjutnya, Rut berjumpa dengan Boas dan Boas tertarik dengan Rut serta menikahinya. Dengan menjadi isteri Boas, Rut masuk ke keluarga penebus ("goel" – bahasa Ibrani), sehingga mendapatkan perlindungan dan jaminan hidup baginya (Rut 4). Jadi, Rut pergi ke ladang untuk memungut bulir-bulir jelai, tetapi Allah memakainya untuk penggenapan rancangan-Nya. Bukan hanya memulihkan dan memelihara hidup Naomi dan Rut di Betlehem; dari keturunan Rut dan Boas lahirlah Mesias, Juruselamat umat manusia. Boas ("di dalam dia ada kekuatan") adalah tipologi untuk Yesus Kristus sebagai Penebus ("goel") yang memberikan perlindungan dan jaminan hidup.

Perhatikan, hidup dengan iman berarti percaya pada Tuhan atas firman-Nya dan kemudian bertindaklah di atasnya, karena "iman tanpa perbuatan adalah mati" (Yakobus 2:20). Tuhan dengan bijak mengatur apa yang tampaknya peristiwa kecil dan kebetulan, tetapi diarahkan Allah untuk kemuliaan-Nya sendiri dan berkat bagi dunia. Apapun yang terjadi dalam hidup Saudara saat ini, “Hiduplah dengan Iman kepada Allah, bertindak dengan berani dan rendah hati."  Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd110321)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...