Tuesday, 19 December 2023



Renungan Akhir Tahun – Desember 2023

“Ketangguhan Rohani di Masa Sulit”
(Kisah Maria yang melahirkan Mesias)

Apakah  Saudara sedang berada di masa sulit dalam hidup Saudara saat ini, di akhir tahun 2023? Bagaimana menghadapi setiap tantangan dan hambatan yang ada dengan tangguh, kualitas hidup meningkat dan semakin memuliakan Allah dalam perjalanan hidup selanjutnya? Dalam masa Natal ini, belajarlah dari Maria yang memiliki ketangguhan rohani menghadapai setiap tantangan dan hambatan pada saat melahirkan Yesus, Mesias.

Diperkirakan bahwa Maria masih remaja ketika malaikat menampakkan diri kepadanya dan memberitahukannya bahwa ia akan melahirkan seorang bayi – bukan sekadar bayi biasa, tetapi Anak Allah! Mengandung Mesias bukan berarti bahwa segala sesuatunya akan mudah bagi Maria. Tunangannya, Yusuf, hampir memutuskan pertunangan mereka karena kehamilan Maria merupakan sebuah aib (Matius 1:19), dan perlu malaikat datang untuk meyakinkan Yusuf agar menikahi Maria. Kemudian pemerintah Romawi mengumumkan akan mengadakan sensus, jadi Yusuf dan istrinya yang sedang hamil harus melakukan perjalanan yang tidak nyaman ke Betlehem. Tidak ada kamar di tempat penginapan untuk mereka, sehingga bayi itu diletakkan di dalam sebuah palungan. Pasangan ini terlalu miskin untuk memberikan persembahan korban domba yang mahal di Bait Allah, sehingga mereka mempersembahkan dua ekor burung (Lukas 2:24; lihat Imamat 12:7-8).

Cemoohan, ketidaknyamanan, kesakitan dan kemiskinan itu baru permulaan. Simeon menubuatkan kepada Maria bahwa “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 2:35). Raja Herodes ingin membunuh Yesus, sehingga keluarga ini melarikan diri pada malam hari ke Mesir; sebagai pengungsi yang tidak memiliki tempat tinggal (Matius 2:14). Setelah kematian Herodes, mereka sekali lagi dicabut dari akarnya dan pindah kembali ke Nazaret (Matius 2:21-23).

Semua ini terjadi hanya dalam beberapa tahun dan Maria pasti tangguh karena dapat tetap bertahan setelah melewati semuanya. Ketangguhannya diuji sampai batas, ketika ia berdiri dekat salib menyaksikan putra sulungnya meninggal (Yohanes 19:25). Yesus meminta murid-Nya Yohanes untuk menjaga Maria; jadi kita dapat beranggapan bahwa pada waktu itu ia adalah seorang janda (Yohanes 19:26-27). Maria tidak menyerah atau bersembunyi karena takut dengan apa yang mungkin akan terjadi padanya. Di kitab Kisah Para Rasul, setelah kematian dan kebangkitan Yesus, kita membaca bahwa Maria terus tekun berdoa bersama murid-murid yang tersisa (Kisah Para Rasul 1:14).

Kehidupan doa dan imannya tampaknya adalah kunci dari ketangguhannya. Maria tahu bahwa panggilannya adalah melahirkan Mesias. Ia menerimanya dengan ketaatan dan iman, katanya, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan” (Lukas 1:38). Ketika ia mengunjungi sanak saudaranya Elisabet, Maria menyanyikan sebuah pujian yang menggemakan pujian Hana ketika ia juga mendapatkan seorang putra:


     Jiwaku memuliakan Tuhan,
           dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku…
          dan nama-Nya adalah kudus.
     Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia…
          Ia mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
     Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahtanya
          dan meninggikan orang-orang yang rendah;
     Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
          dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa.
                                                                                      (Lukas 1:46-53)

Sebelum Yesus melakukan mukjizat-Nya yang pertama, dalam perka-winan di Kana, Maria menunjukkan pengharapan dan keyakinannya bahwa Ia dapat membuat mujizat. Maria berkata kepada pelayan-pelayan, “Lakukan apa saja yang dikatakan-Nya kepadamu” (Yohanes 2:5 versi FAYH). Ketika mereka melakukannya, mujizat terjadi dan air berubah menjadi anggur.

Maria menunjukkan karakteristik utama ketangguhan rohani: keyakinan akan pengharapan, panggilan dan makna; rasa syukur dan pujian; percaya, beriman; dan bergantung pada belas kasihan dan pengampunan Allah. Ia hidup dalam ketaatan kepada Allah, dan ia berdoa. Ia mengambil waktu untuk berdiam diri dan merenungkan di dalam hatinya, memikirkan apa yang Allah kerjakan; “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Lukas 2:19); “Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Lukas 2:51).

Mungkin Maria dipilih untuk melahirkan Mesias karena ia sangat berbakti dan berserah kepada Allah dan penuh iman. Ketangguhan rohani, ketaatan dan iman menolong Saudara menghadapi setiap tantangan dan hambatan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd151223)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...