Apakah Saudara sedang berada di masa sulit dalam hidup Saudara saat ini, di akhir tahun 2023? Bagaimana menghadapi setiap tantangan dan hambatan yang ada dengan tangguh, kualitas hidup meningkat dan semakin memuliakan Allah dalam perjalanan hidup selanjutnya? Dalam masa Natal ini, belajarlah dari Maria yang memiliki ketangguhan rohani menghadapai setiap tantangan dan hambatan pada saat melahirkan Yesus, Mesias.
Diperkirakan bahwa Maria masih remaja
ketika malaikat menampakkan diri kepadanya dan memberitahukannya bahwa ia akan
melahirkan seorang bayi – bukan sekadar bayi biasa, tetapi Anak Allah!
Mengandung Mesias bukan berarti bahwa segala sesuatunya akan mudah bagi Maria.
Tunangannya, Yusuf, hampir memutuskan pertunangan mereka karena kehamilan Maria
merupakan sebuah aib (Matius 1:19), dan perlu malaikat datang untuk meyakinkan
Yusuf agar menikahi Maria. Kemudian pemerintah Romawi mengumumkan akan
mengadakan sensus, jadi Yusuf dan istrinya yang sedang hamil harus melakukan
perjalanan yang tidak nyaman ke Betlehem. Tidak ada kamar di tempat penginapan
untuk mereka, sehingga bayi itu diletakkan di dalam sebuah palungan. Pasangan
ini terlalu miskin untuk memberikan persembahan korban domba yang mahal di Bait
Allah, sehingga mereka mempersembahkan dua ekor burung (Lukas 2:24; lihat
Imamat 12:7-8).
Cemoohan,
ketidaknyamanan, kesakitan dan kemiskinan itu baru permulaan. Simeon
menubuatkan kepada Maria bahwa “suatu
pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 2:35). Raja Herodes ingin
membunuh Yesus, sehingga keluarga ini melarikan diri pada malam hari ke Mesir;
sebagai pengungsi yang tidak memiliki tempat tinggal (Matius 2:14). Setelah
kematian Herodes, mereka sekali lagi dicabut dari akarnya dan pindah kembali ke
Nazaret (Matius 2:21-23).
Semua
ini terjadi hanya dalam beberapa tahun dan Maria pasti tangguh karena dapat
tetap bertahan setelah melewati semuanya. Ketangguhannya diuji sampai batas, ketika
ia berdiri dekat salib menyaksikan putra sulungnya meninggal (Yohanes 19:25).
Yesus meminta murid-Nya Yohanes untuk menjaga Maria; jadi kita dapat
beranggapan bahwa pada waktu itu ia adalah seorang janda (Yohanes 19:26-27).
Maria tidak menyerah atau bersembunyi karena takut dengan apa yang mungkin akan
terjadi padanya. Di kitab Kisah Para Rasul, setelah kematian dan kebangkitan
Yesus, kita membaca bahwa Maria terus tekun berdoa bersama murid-murid yang
tersisa (Kisah Para Rasul 1:14).
Kehidupan
doa dan imannya tampaknya adalah kunci dari ketangguhannya. Maria tahu bahwa
panggilannya adalah melahirkan Mesias. Ia menerimanya dengan ketaatan dan iman,
katanya, “Sesungguhnya aku ini adalah
hamba Tuhan” (Lukas 1:38). Ketika ia mengunjungi sanak saudaranya Elisabet,
Maria menyanyikan sebuah pujian yang menggemakan pujian Hana ketika ia juga
mendapatkan seorang putra:
Sebelum Yesus melakukan mukjizat-Nya yang pertama, dalam perka-winan di Kana, Maria menunjukkan pengharapan dan keyakinannya bahwa Ia dapat membuat mujizat. Maria berkata kepada pelayan-pelayan, “Lakukan apa saja yang dikatakan-Nya kepadamu” (Yohanes 2:5 versi FAYH). Ketika mereka melakukannya, mujizat terjadi dan air berubah menjadi anggur.
Maria
menunjukkan karakteristik utama ketangguhan rohani: keyakinan akan pengharapan, panggilan dan makna; rasa syukur dan
pujian; percaya, beriman; dan bergantung pada belas kasihan dan pengampunan Allah.
Ia hidup dalam ketaatan kepada Allah, dan ia berdoa. Ia mengambil waktu
untuk berdiam diri dan merenungkan di dalam hatinya, memikirkan apa yang Allah
kerjakan; “Tetapi Maria menyimpan segala
perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Lukas 2:19); “Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di
dalam hatinya” (Lukas 2:51).
Mungkin
Maria dipilih untuk melahirkan Mesias karena ia sangat berbakti dan berserah
kepada Allah dan penuh iman. Ketangguhan rohani, ketaatan dan iman menolong
Saudara menghadapi setiap tantangan dan hambatan. Tuhan Yesus Kristus
memberkati. (erd151223)