Ratapan kesedihan dalam penderitaan, pergumulan yang berlanjut seperti tidak ada ujungnya, perasaan bahwa Tuhan melupakan dan mengabaikan; itukah yang Saudara alami saat ini? Saat pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman nyawa ataupun pergumulan hidup lain yang menyertainya? Bacalah dan renungkan Mazmur 13, mazmur ratapan.
Kitab Mazmur adalah bagian Alkitab yang banyak berisi pikiran-pikiran manusia ketika berbicara kepada Tuhan. Bukan saja penyembahan kepada Tuhan, tetapi juga ungkapan pada masa kesulitan dan kesedihan. Seperti Mazmur 13, Daud berbicara kepada Tuhan mengenai kesulitan hidupnya dengan tulus dan tidak berpura-pura. Daud mengalami banyak kesulitan dan pergumulan hidup, bahkan nyawanya terancam juga, dan dia datang kepada Tuhan. Perhatikan, walaupun dalam bentuk lagu, mazmur ini sebenarnya merupakan doa yang dinyanyikan dengan kuat secara langsung kepada Tuhan. Ada lima bagian dalam mazmur ratapan ini dan ada pergerakan yang penting di dalamnya. Mulai dengan keluhan emosional dan pergumulan, tetapi berakhir dengan pujian kepada Tuhan. Bukan ratapan kosong. Jadi, Tuhan mengijinkan Saudara membawa ratapan Saudara kepada-Nya. Perhatikan lima hal penting dalam ratapan ini.
Pertama, ayat 1-2. Mengeluh kepada Tuhan dengan mengatakan “Ya..TUHAN”. Hal ini penting; dalam pergumulannya, Daud percaya bahwa pergumulannya berarti bagi Tuhan. Daud berbicara secara langsung kepada Tuhan dengan asumsi Dia mendengarkan. Setiap orang yang menerima Kristus diberikan kuasa menjadi anak-anak Tuhan, mempunyai Seseorang dimana mereka bisa mencurahkan hati dan mempercayakan pergumulan mereka. Tuhan Yesus Kristus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil Matius 11:28). Mereka diundang untuk berani menghampiri hadirat Tuhan (Ibrani 4:16; 10:19). Inilah yang dilakukan Daud dalam pergumulannya; datang langsung kepada Tuhan dan percaya disambut dalam hadirat-Nya. Jadi, pemazmur mulai dengan menujukan lagu ratapannya kepada Tuhan.
Kedua, ayat 2-3. “Berapa lama lagi..., Tuhan?”. Banyak orang tidak senang mendengar keluhan orang lain, tetapi Daud percaya bahwa Tuhan memahami isi hatinya. Kondisi masalah Daud tidak tertulis jelas, tetapi tersirat yang menjadi kekhawatiran terbesarnya adalah kekhawatiran-kekhawatiran itu sendiri. “Berapa lama lagi?” dikatakan sampai empat kali, sepertinya pergumulan akan terus berlangsung dalam hidupnya. Seakan-akan Tuhan melupakan dia, Tuhan menyembunyikan wajah-Nya, tidak peduli pada kesedihannya, dan musuhnya ditinggikan. Inilah hal berat yang dialaminya hingga akhirnya mengeluh. Satu tantangan besar dalam kehidupan adalah tidak mengerti sepenuhnya apa yang dilakukan Tuhan sepanjang waktu. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan” (Kitab Yesaya 55:8). Walaupun mengerti apa yang sedang dialaminya, tetapi Daud tidak mengetahuai apa yang Tuhan sedang kerjakan dengan hal tersebut.
Ketiga, ayat 4-5. “Pandanglah...jawablah,” pemazmur tidak hanya meminta Tuhan melihat persoalannya, tetapi juga untuk terlibat dalam pergumulannya dan menjawab kebutuhannya. “Buatlah mataku bercahaya,” ini berarti membiarkan orang lain untuk memilih jalannya. Daud meminta kebijaksanaan bagaimana harus merespon pergumulan yang dihadapinya dengan baik. Tuhan adalah Tuhan yang penuh dengan kebijaksanaan dan Dia ingin agar setiap orang menjalani kehidupan dengan bijaksana (bacalah Yakobus 1:5). Ketika menghadapi tantangan, yang terbaik adalah datang kepada Tuhan dan meminta kebijaksanaan, karena Dia pasti memberikannya seperti janji-Nya sendiri. Kebijaksanaan Tuhan diberikan melalui Alkitab, pimpinan Roh Kudus, dan bisa juga datang melalui orang-orang yang bijaksana. Menariknya, ketika Daud meminta Tuhan memberikan kebijaksanaan, hal ini menjadi titik peralihan dari mazmurnya.
Keempat, ayat 6a. “Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya.” Ini membuka pintu pemahaman yang baru, ketika Daud beralih dari kebimbangan kepada kepercayaan. Keadaan Daud sebenarnya belum berubah, tetapi ketika dia merenungkan kebaikan Tuhan di masa lalunya, dia bisa melihat masa depannya. Kebijaksanaan yang diterima Daud menghasilkan perspektif, melihat dan merenungkan kasih Tuhan untuk bertindak. Pada waktu muda, ketika Daud dengan sukarela melawan Goliat yang sudah menakutkan semua orang, Daud berefleksi kepada kasih Tuhan pada masa lampau. Tuhan memampukan Daud mengalahkan singa dan beruang yang mengancam dombanya, maka sekarang dia percaya melawan Goliat, orang Filistin yang tidak bersunat, yang telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup (1 Samuel 17:34-37). Dan itulah yang sekarang dilakukannya. Kelihatannya Tuhan tidak menyelamatkan Daud pada saat ini, tetapi Daud tahu pasti bahwa Tuhan akan menyelamatkan. Tuhan setia pada masa lampau dan tetap setia, dan karenanya akan menyelamatkan Daud sekarang. Dan Daud menyembah Tuhan karena kesetiaan-Nya itu. Daud beralih dari mempertanyakan Tuhan kepada percaya dan berserah kepada Tuhan. Inilah komponen penting dalam mazmurnya ini, dari ratapan kepada melihat kasih Tuhan dengan hati yang bersukacita.
Terakhir, ayat 6. Apakah kondisi yang dialami Daud nampak sudah berubah? Tetapi, mulai dengan keluhan dan berakhir dengan pujian. Daud sadar bahwa Tuhan hadir di masa sulitnya walaupun dia tidak tahu apa yang dilakukan Tuhan untuk menyelesaikan masalahnya. “Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku”.
Kiranya mazmur ini meneguhkan Saudara saat ini. Datanglah kepada-Nya yang sedia mendengarkan ratapan Sauadara dan menolong Saudara. Ketika Saudara berani dengan jujur datang bergumul dengan Tuhan, iman Saudara akan diperkuat. Yakin bukan karena siapa diri Saudara tetapi karena siapa Tuhan yang Saudara sembah. Ketika Saudara menghadapi pergumulan, ketika Saudara menyatakan diri pada kebijaksanaan Tuhan, Saudara diingatkan akan kebaikan dan kesetiaan Tuhan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd070721)