“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota" (Amsal 16:18, 32).
Amsal di atas tersirat jelas dalam kisah Raja Ahasyweros di awal Kitab Ester. Kitab Ester diawali dengan ayat-ayat yang menggambarkan adegan pamer kekuasaan, kejayaan dan tentu saja kekayaan seorang raja yang telah menguasai 127 daerah mulai dari India sampai ke Etiopia. Ahasyweros mengadakan pesta bagi para pembesar, tentara dan bangsawan berhari-hari lamanya, sampai 180 hari. Diadakan juga pesta meriah selama 7 hari bagi seluruh rakyatnya di istana kerajaan. (lihat Ester 1:1-9).
Sekarang perhatikan Ester 1:10-22, apa yang terjadi di akhir pesta raja Ahasyweros? Hari terakhir perjamuan itu yang seharusnya menjadi hari yang paling menggembirakan berubah menjadi hari yang penuh kegeraman dan murka yang berapi-api (ayat 10, 12, 21). Raja yang berkuasa kehilangan penguasaan diri dan terjadi ironi berkenaan dengan kekuasaannya. Raja yang berpengaruh dan berkuasa itu tunduk di bawah anggur, istri dan bawahannya.
Anggur telah menaklukkan akal sehatnya dan menjadikannya tidak berpikir dengan jernih (ayat 11). Ahasyweros yang ditakuti oleh 127 bangsa mulai dari India hingga Etiopia, ternyata tidak ditakuti di rumahnya sendiri. Ia memiliki kekuasaan, tetapi Wasti memiliki karakter (ayat 12). Ahasyweros menerima usulan Memukan (salah satu dari tujuh pakar hukum dan undang-undang yang dianggap arif bijaksana) untuk membuat titah raja. Tetapi, titah baru yang dibuat Ahasyweros justru membuat seluruh daerah mengetahui bahwa dirinya telah gagal menjadi teladan sebagai kepala rumah tangga yang baik (ayat 13-20).
Ahasyweros, raja perkasa yang dapat mengendalikan segalanya kecuali dirinya sendiri. Dia membangun benteng besar di Susan, tetapi tidak bisa membangun karakternya sendiri. "Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya" (Amsal 25:28). Tersirat dengan jelas adanya keterbatasan kuasa manusia dan kebodohan kuasa manusia.
Bagian awal kitab Ester bukan sekedar bercerita tentang keterbatasan kuasa dan kebodohan kuasa raja Ahasyweros. Yang lebih penting, Tuhan Raja di atas segala raja, berkuasa bahkan atas raja yang paling berkuasa di dunia ini. Tuhan sedang mempersiapkan masa depan bagi umat-Nya dengan sempurna, menggenapi rencana-Nya melalui kebodohan manusia (Ahasyweros).
Tuhan mempersiapkan pengangkatan Ester menjadi Ratu di kerajaan Persia dan berperan besar bagi pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya. Ester (bahasa Persia: "bintang") adalah anak yatim piatu yang diasuh oleh bapak angkatnya di pembuangan bangsa asing (Ester 2:7, 15).
Saudara... percayalah bahwa Tuhan berdaulat atas segala kuasa di dunia ini. Jika Tuhan memakai kebodohan manusia (Ahasyweros) untuk menggenapi rencana-Nya dengan sempurna, Tuhan juga memakai apapun juga yang terjadi saat ini untuk menggenapi rancana-Nya bagi Saudara. Tindakan-tindakan Tuhan dalam hidup Saudara mungkin tersembunyi dan tidak transparan, tetapi Ia tetap hadir dalam hidup Saudara setiap hari, setiap peristiwa. Tuhan Yesus Kristus memberkati.