Pandemi Covid-19 sejak setahun yang lalu, sudah mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia, melahirkan era baru. Di dalamnya banyak pergumulan, dukacita dan penderitaan. Muncullah istilah “new normal”, “normal baru”, “kenormalan baru”, “tatanan kehidupan baru” yang semuanya menunjuk pada suatu keadaan normal yang baru yang sebelumnya belum ada atau tidak biasa. Dalam “new normal” saat ini, bagaimana tetap hidup memiliki pengharapan dalam Allah dan waspada mempertahankan iman; belajarlah dari surat 1 Petrus, Untuk renungan saat ini, bacalah surat 1 Petrus 1:13.
“Sebab itu siapkanlah akal budimu”. Kata “sebab itu” merujuk hal sebelumnya. Mereka hidup dalam penderitaan dan penganiayaan karena iman mereka; tetapi mereka memiliki pengharapan keselamatan karena telah dipilih dan “dilahirkan kembali” (ayat 1-12). Hal ini menjadi pijakan untuk apa yang harus mereka kerjakan selanjutnya. Frasa “siapkanlah akal budimu” dalam teks Yunaninya tertulis “ikatlah pinggang akal budimu” dan beberapa terjemahan menulis “sabukilah pikiranmu untuk bertindak”, “sabukilah pinggang dari pikiranmu”. Latar belakang kata-kata ini adalah pakaian mereka saat itu yang longgar, sehingga untuk bisa bergerak dengan cepat maka pada bagian pinggang harus diketatkan dengan sabuk. Jadi artinya pikiran harus ada dalam keadaan selalu siap untuk melakukan kewajiban, tanggung jawab atau untuk menahan serangan/pencobaan. “Kendalikanlah pikiranmu! Milikilah pikiran yang terlatih”.
Perhatikan, dalam hidup baru mereka di tengah dunia berdosa dengan penderitaannya, tidak puas hanya dengan iman dalam Yesus Kristus yang sudah mereka miliki, tetapi juga terus menerus memperhatikan pikiran mereka. Kata Yunani “dianoia” (“pikiran/akal budi”) adalah kata yang menunjukkan berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan; istilah yang berurusan dengan penggunaan intelek dalam mencapai suatu pengertian tentang berbagai masalah. Mereka memperhatikan pikiran mereka berdasarkan kebenaran Alkitab yang menghasilkan pengharapan, dan menjaga pikiran dari berbagai hal yang menyebabkan pudarnya pengharapan. Hidup dalam pengharapan bukan berdasarkan perasaan (yang bisa goyah) tetapi tindakan berdasarkan pemahaman yang baik atas kebenaran Firman Allah (dasar yang kokoh). Dan mereka tidak bisa berharap untuk menyenangkan Allah jika mereka tidak mau bekerja keras untuk berpikir tentang kebenaran-Nya.
“waspadalah”. Bukan hanya perlu memiliki pikiran yang terkendali, tetapi juga harus memiliki pikiran yang “waspada”. Dalam beberapa terjemahan tertulis “waraslah/kuasailah dirimu/tetaplah waras dalam roh”. Kata ini menggambarkan diri yang tetap sadar dan tidak mabuk karena minuman berakohol. Masalah besar dengan kemabukan adalah mendistorsi kenyataan dengan membuat pikiran tidak sensitif terhadap apa yang benar dan nyata serta berharga. Kata itu berarti “tenang, mantap, terkendali dalam mempertimbangkan persoalan-persoalan”. Jadi, istilah ini menyiratkan kewaspadaan mental dan tingkat kesadaran yang logis; mengevaluasi sesuatu dengan benar, karena mereka melihat dengan jelas, dan pikiran mereka tidak mati rasa dengan pengaruh yang memabukkan (baca juga 1 Petrus 4:7; 5:8).
Selanjutnya, muncul kata kerja utama yang sangat penting dan pertama kalinya tertulis dalam surat Petrus ini, “letakkanlah pengharapanmu seluruhnya/tetapkanlah harapanmu secara penuh/berharaplah sampai akhir”. Hendaknya mereka pun memiliki pikiran optimis, pandangan yang penuh pengharapan; tindakan yang mereka lakukan dengan akal budi/pikiran yang waspada tetapi juga dengan hati.
“atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu/dibawakan bagimu pada waktu penyataan Yesus Kristus”. Akhirnya, Petrus mengingatkan mereka tentang apa obyek harapannya, “anugerah Allah”. Kata Yunani “pheromenen” (“dibawakan bagimu”) bukan berarti menunjuk pada masa yang akan datang, tetapi kasih karunia yang berkepanjangan, tidak henti-hentinya, dan makin lama makin besar. Kasih karunia ini diterima ketika waktu pertama kali mereka “dilahirkan kembali” (ayat 3), dan akan dinyatakan secara luar biasa pada saat Kristus datang keduakalinya (baca 1 Petrus 1:7; 4:13). “Penyataan (“apokalupsis”) Yesus Kristus” merupakan ungkapan yang lain bagi ”hidup yang penuh pengharapan” dan “Yesus Kristus menyatakan diri-Nya”. Mereka hidup dengan pandangan kepada masa yang akan datang; segala tindakan dan keputusannya sekarang dikendalikan oleh pengharapan kepada masa yang akan datang itu. Mereka saat ini hanyalah “menumpang” di dunia ini (1 Petrus 1:17) dan nanti akan “pulang”; hendaklah mereka mengendalikan pikiran dan menguasai diri.
Dalam “tatanan kehidupan baru” saat ini, ingatlah pesan Petrus "Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus”. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd200821)