(Ester
4:1-17)
Ingat Ester 3:1-15, situasi genting yang dihadapi orang-orang Yahudi yang terbuang di Persia pada bulan Nisan (Maret-April) tahun 474 sM. Surat perintah pemusnahan semua orang Yahudi sudah terkirim dengan cepat ke 127 daerah kekuasaan raja Ahasyweros, mulai dari India sampai Etiopia (Ester 3:13). Bagaimana mereka menghadapinya dan akhirnya bisa selamat, bacalah Kitab Ester 4:1-17.
Perhatikan Ester 4:1-3, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis. Mordekhai tampil sebagai orang Yahudi dengan kesedihan yang sangat mendalam (lihat Ayub. 2:12; 2 Samuel 1:11-12; Nehemia 9:1-2; Daniel 9:3), sampai ke depan pintu gerbang istana raja. Dia tidak takut atau malu memberitahukan identitasnya sebagai orang Yahudi dan sikapnya menentang dekrit pembunuhan. Tindakan Mordekhai ini memicu banyak tindakan lain yang tersirat dalam teks ayat 2, 4, 8, 9, 11, 16; sampai pada ketetapan ratu Ester untuk menghadap raja Ahasyweros dengan segala risikonya.
Perhatikan Ester 4:4-8. Mordekhai ingin menekankan keseriusan situasi kepada Ester dan ingin memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Ester. Maka akhirnya, Ester memanggil Hatah, seorang sida-sida raja, dan memerintahkannya untuk menjumpai Mordekhai (ayat 5-6).
Perhatikan, Ester sudah berada di istana raja terpisah dari Mordekhai dan orang-orang Yahudi lainnya. Identitasnya sebagai orang Yahudi pun mungkin belum diketahui oleh istana. Tersirat bahwa Ester tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tetapi sekarang, identitas Ester sebagai orang Yahudi akan terungkap. Setidak-tidaknya, Hatah segera mengetahui hubungan antara Ester dan Mordekhai, apalagi Mordekhai meminta Ester supaya menghadap raja untuk membela bangsanya (ayat 8). Jadi, sudah tiba waktunya Ester membuka rahasia identitas dirinya. Jadi seperti Ester, keterdesakan akan memaksa Saudara untuk meninggalkan zona nyaman Saudara dan melakukan hal yang baru.
Perhatikan Ester 4:9-11, ada permasalahan yang dihadapi di dalam kebutuhan yang mendesak. Ester paham bahwa setiap laki-laki atau perempuan yang menghadap raja tanpa diundang ada resikonya, yakni hukuman mati. Ester sudah menjadi ratu 4 tahun 3 bulan (lihat Ester 2:16; 3:7). Tetapi sekarang masalahnya, sudah 30 hari terakhir ini Ester tidak dipanggil menghadap raja. Di dalam situasi semacam itu, tindakan menghadap raja sangat berbahaya bagi Ester.
Perhatikan Ester 4:12-14, bagaimana respon Mordekhai dan apa yang dikatakannya kepada Ester? Perhatikan kata: “jangan kira hanya engkau yang terluput”, “sekalipun engkau berdiam diri saja”, “siapa tahu, justru untuk saat yang seperti ini.” Tersirat dengan jelas, Mordekhai masih memiliki keyakinan dan pengharapan akan pertolongan serta pemeliharaan Tuhan (14). Maka, Mordekhai berinisiatif membimbing Ester untuk memaksimalkan perannya (10-11, 14). Ia memberikan teguran dan peringatan di samping tantangan untuk beraksi (4-8; 13-14).
Siapa tahu, Allah mengangkat
Ester menjadi ratu justru untuk mengatasi krisis yang ada (lihat Kejadian
50:20). Renungkan, ketika Saudara menghadapi kesulitan, Saudara perlu memikirkan
pernyataan “siapa tahu” ini. Memang
ada hal yang Saudara dapat ketahui, seperti Mordekhai dan Ester mengetahui
(ayat 1, 11 – yada’ ), tetapi ada hal
yang tidak dapat Saudara ketahui sampai Saudara melakukannya (ayat 14).
Perhatikan Ester 4:15-17. “Berpuasalah untuk aku... tiga hari lamanya” (ayat 16). Melalui keyakinan dan pengharapan yang ada, Ester yang telah mejadi sadar mengajak orang Yahudi meratap dan berpuasa bagi perjuangannya sebagai ganti ratap tangis kepedihan (1- 3; 15-17). Ester mengambil keputusan yang bulat dan mengambil risiko, “kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati”. (Ingat peristiwa Sadrakh, Mesakh, Abednego; Daniel 3:17-18). Akhirnya, dalam kedaulatan Allah dan waktu-Nya, pembunuhan orang-orang Yahudi tidak terjadi; tetapi justru Haman yang dihukum mati, bahkan juga kesepuluh anaknya (Ester 7:10; 9:14).
Saudara.. pikirkanlah bagaimana memaksimalkan peran Saudara bagi pergumulan Kristen, apapun yang Saudara alami saat ini. Sadarlah, ada pengharapan, pertolongan dan pemeliharan Tuhan. Kesulitan memaksa Saudara untuk meninggalkan zona nyaman Saudara. Kesulitan sering merupakan kesempatan bagi Saudara untuk melakukan hal yang lebih besar. Jangan lari dari kesulitan – siapa tahu kesulitan ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuk menumbuhkan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd130521)