Thursday, 9 September 2021



[1 Petrus 2:4-5]
Kamis, 9 September 2021

Datanglah kepada Yesus "Batu yang Hidup". Dia mempergunakan 
Saudara sebagai batu hidup untuk membangun rumah rohani 
dan menjadi imamat kudus bagi dunia yang saat ini menderita.
(Renungan surat 1 Petrus 2:4-5)

Sebagai orang beriman, bahkan ketika di tengah pergumulan dan penderitaan hidup, Saudara harus terus bertumbuh dalam kebenaran firman Allah (1 Petrus 2:2). Tidak hanya semakin menikmati kebenaran firman Allah dan terus bertumbuh imannya, Saudara juga harus hidup memuliakan Allah dengan mewartakan berita keselamatan kepada dunia. Perhatikan pesan Rasul Petrus, bacalah surat 1 Petrus 2:4-5.

Ingat, Rasul Petrus menuliskan suratnya ini kepada orang-orang percaya yang tinggal di lima propinsi yang berbeda, hidup dalam penderitaan dan penganiayaan karena imannya (1 Petrus 1:1-2). Meskipun demikian, Rasul Petrus mengatakan bahwa mereka semua menjadi "satu rumah rohani" (1 Petrus 2:5). Ketika Yesus Kristus pertama kali menyebutkan tentang jemaat, Ia membandingkan jemaat dengan sebuah bangunan: "Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Injil Matius 16:18)Orang-orang beriman adalah batu-batu yang hidup dalam bangunan-Nya, seperti sebuah batu yang digali dari dalam jurang dosa dan disemen dengan kasih karunia kepada bangunan "rumah rohani". Sungguh merupakan suatu kehormatan bagi mereka untuk menjadi bagian dari jemaat-Nya, "menjadi tempat kediaman Allah". Namun demikian, bukan hanya kehormatan tetapi juga tanggung jawab bagi mereka.

Yesus Kristus adalah batu yang hidup. Rasul Petrus memanggil-Nya sebagai "batu yang hidup" berdasarkan nubuat dalam kitab Perjanjian Lama: Beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!" (Kitab Nabi Yesaya 28:16). Kekuatan-Nya tidak terkalahkan dan keberadaan-Nya kekal. Hal ini juga mengajar hamba-hamba-Nya bahwa Dia-lah perlindungan dan keamanan mereka dari semua bahaya serta dasar yang di atasnya mereka dibangun. Ia merupakan "batu yang hidup" karena memiliki hidup kekal di dalam diri-Nya, dan menjadi Raja kehidupan bagi seluruh umat-Nya. Mereka harus "datang kepada-Nya" dengan iman.

"Dan datanglah kepada-Nya". Sebelumnya, Rasul Petrus mengatakan bahwa mereka telah mengecap kebaikan Allah; seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani (ayat 2-3), dan mereka sekarang rindu untuk datang kepada-Nya. "Datanglah" dalam teks Yunani dituliskan sebagai kegiatan yang terus menerus dilakukan.

"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup". Hasil dari "datang kepada-Nya" adalah mereka dibentuk menjadi batu-batu hidup untuk digunakan dalam bangunan rohani. Terhubung dengan "batu yang hidup" membuat mereka hidup dan cocok untuk tempat dalam rencana arsitektur-Nya.

"untuk pembangunan suatu rumah rohani". Ketika mereka datang ke "batu yang hidup" dan dibentuk menjadi batu hidup itu sendiri, mereka dibangun menjadi "rumah rohani". Kristus adalah pembangunnya. Dia membangun individu orang beriman ke dalam "rumah rohani". ­Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (Surat 1 Korintus 3:16). Disebut "rumah rohani" karena Roh Allah tinggal di dalamnya.

"bagi suatu imamat kudus". Bukan sekedar "batu-batu hidup" yang dibangun menjadi "rumah rohani" di mana Roh Allah tinggal, mereka juga menjadi "imamat kudus". Dengan kata lain, mereka bukan hanya bangunan pasif di mana Allah berdiam; mereka juga peserta aktif dalam ibadah. Dan bukan hanya peserta biasa, tetapi jenis partisipan khusus, yaitu "para imam". Dalam kitab Taurat dijelaskan bahwa para imam membawa persembahan korban ke dalam "Kemah Suci". Tetapi sekarang, sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, merekalah para imamnya. Mereka memiliki hak istimewa sebagai imam untuk mendekat kepada Allah membawa korban persembahan rohani. Dan sekarang, korban persembahannya telah digantikan oleh Yesus Kristus, yang darah-Nya tercurah mati di kayu salib; dan bangkit sebagai Korban Agung yang hidup.

"yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah". Dan yang terakhir, Rasul Petrus menegaskan kembali kepada mereka bahwa korban persembahan rohani yang dapat diterima oleh Allah hanyalah melalui Yesus Kristus. Jadi, hanya ketika mereka datang kepada Yesus "batu yang hidup", mereka memiliki kehidupan, menjadi batu hidup yang dibangun menjadi "rumah rohani" dan menjadi "imamat kudus", dan menawarkan korban persembahan rohani yang Agung, Yesus Kristus.    

Jadi ingatlah, bahwa ketika datang kepada Yesus "Batu yang Hidup", Saudara memiliki hidup dan dipergunakan-Nya sebagai "batu hidup untuk membangun rumah rohani" dan "menjadi imamat kudus" yang menawarkan Korban Persembahan Agung, Yesus Kristus bagi keselamatan dunia yang saat ini menderita. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd 090921)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...