Dalam realita pergumulan dan penderitaan yang Saudara alami
Bagaimana dalam realita pergumulan dan penderitaan tetapi tetap hidup dalam sukacita yang nyata saat ini dan pengharapan akan masa depan yang pasti? Renungkanlah surat 1 Petrus. Bacalah 1 Petrus 1:8-9.
Pada tulisan/ayat sebelumnya, Petrus sudah mengatakan kepada pembaca suratnya yang sedang mengalami penderitaan untuk berbesar hati karena mengetahui bahwa mereka dilahirkan kembali, dipelihara, dan dipersiapkan untuk menerima kemuliaan (ayat 3-7). Akan tetapi, pengamatan Petrus yang diungkapkan berikutnya ini seharusnya semakin menguatkan mereka. Mereka dapat menikmati kemuliaan itu sekarang, sekalipun berada di tengah-tengah pencobaan. Perhatikan petunjuk Petrus kepada mereka.
Perhatikan ayat 8. Petrus berbicara tentang mengasihi Yesus Kristus, percaya pada-Nya dan bersukacita dalam-Nya. “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya, kamu percaya kepada-Nya” (ayat 8a). Kasih terhadap Yesus Kristus tidak berdasarkan penglihatan jasmaniah (melihat Dia), tetapi berdasarkan hubungan rohani dengan Dia dan apa yang diajarkan firman Allah tentang Dia kepada mereka (bacalah Roma 5:5). Petrus ingin mengatakan bahwa yang terpenting bukan apa yang mereka lihat, tetapi yang pertama dan terutama adalah masalah hati (kasih, kepercayaan, dan sukacita). Mereka melihat Yesus Kristus dengan mata hati, mencintai dan percaya pada-Nya dan bersukacita dengan sukacita yang tidak dapat diungkapkan dan penuh kemuliaan. Ini adalah kekristenan sejati menurut Petrus.
“namun kamu mengasihi-Nya”. Sekalipun tidak melihat Yesus, mereka bisa percaya dan mengasihi Dia (bacalah Yohanes 20:29;Ibrani 11:1; 2 Korintus 5:6-7). Mengasihi Kristus berarti mengalami Kristus yang berharga untuk semua karakter dan kebajikan-Nya. Iman yang benar tidak pernah sendirian, tetapi menghasilkan kasih yang kuat terhadap Yesus Kristus.
“Kamu percaya kepada Dia”. Dalam konteks Ibrani hal ini awalnya merujuk pada seseorang yang ada dalam posisi stabil (kakinya diposisikan sehingga ia tidak dapat ditepis); secara kiasan untuk seseorang yang bisa diandalkan, setia, atau dapat dipercaya. Kata Yunaninya (pistis atau pisteuĊ) diterjemahkan sebagai "iman," "percaya," dan "kepercayaan". Iman atau kepercayaan Alkitabiah terutama bukanlah sesuatu yang mereka lakukan, tapi Seseorang tempat mereka menaruh kepercayaan mereka. Keterpercayaan Allah-lah, dan bukan mereka, yang menjadi fokusnya. Mempercayai Kristus berarti mengalami Kristus yang dapat diandalkan dalam semua janji-Nya dan semua nasihat-Nya. Fokusnya bukan pada kelimpahan atau intensitas iman manusia, tetapi objek dari iman tersebut (bacalah 1:21; 2:6-7).
Perhatikan ayat 8b, “Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”. Mereka bersukacita di dalam Kristus. Ingat, istilah "bergembira" (agalliasthe) ini digunakan sebelumnya dalam ayat 6, yang merupakan suatu istilah yang menunjukkan sukacita yang hebat, bahkan biasanya disertai dengan ekspresi fisik seperti berteriak dan menari. Sukacita, yang dibicarakan oleh Petrus ini, ditemukan bahkan di tengah-tengah penderitaan (bacalah 1 Petrus 4:13, Roma 5:3; 1 Tesalonika 5:16). Sukacita ini adalah salah satu berkat yang tak terduga dari Roh dalam masa pengujian dan penganiayaan. Mereka mungkin tidak dapat bersukacita menghadapi segala situasi, tetapi mereka bisa bersukacita di dalamnya dengan memusatkan hati dan pikiran pada Yesus Kristus yang sangat mulia dan dapat dipercayai. Perhatikan, sukacita yang dihasilkan-Nya begitu dalam dan ajaib sehingga mereka sama sekali tidak dapat mengungkapkannya.
Perhatikan ayat 9, “karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu”. Kata yang digunakan merujuk pada pertandingan di mana sang pemenang menerima atau memakai mahkota atau hadiah dari juri, yang diaraknya dengan berkeliling dalam kemenangan. Teksnya menyiratkan bahwa kebahagiaan mereka bukan hanya suatu penyempurnaan di masa depan, tetapi juga kenyataan saat ini bahkan di tengah-tengah penderitaan karena tindakan Allah atas nama mereka (lihat ayat 2). Memang pantas mereka bersorak-sorak dalam sukacita yang tak terkatakan, sebab setiap hari mereka telah mencapai tujuan iman mereka, yaitu keselamatan jiwa mereka.
Jadi melalui suratnya, Petrus ingin menggambarkan untuk mereka yang sekalipun saat itu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan (ayat 6), perihal apa sebenarnya kekristenan yang sejati itu. Kekristenan sejati adalah mencintai Kristus, mempercayai Kristus dan bersukacita dalam Kristus. Melalui semua itu mereka menerima keselamatan jiwa mereka, dan mengalaminya meskipun mereka belum pernah melihat Kristus secara langsung, seperti Saudara juga. Dalam realita pergumulan dan penderitaan yang Saudara alami, jadilah Kristen sejati. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd130821)