Monday, 3 July 2023



(Kejadian 29:16-35)
Senin, 3 Juli 2023

“Allah sanggup mendatangkan yang terbaik dari penderitaan dan kepedihan yang Saudara alami”.
(Renungan Kitab Kejadian 29:16-35)

Setengah tahun 2023 sudah terlewati. Apakah Saudara mengalami masa-masa sulit, tidak dikasihi, tertolak, diabaikan, dipermainkan, dilukai, direndahkan, menderita? Saudara mengatakan ”Apakah Allah tidak memperdulikan aku yang menderita dengan hati yang hancur ini?” Bacalah Kitab Kejadian 29:16-35; kisah hidup perempuan yang bernama Lea. Perempuan yang tertolak tetapi dikasihi Allah.

Bacalah ayat 16-21. Dalam pengaturan Allah, Yakub (anak Ishaq, cucu Ibrahim) tinggal di rumah Laban (saudara Ishaq). Laban mempunyai dua anak perempuan: yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. ”Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya” (ayat 17). Tersirat kontras dan ada persaingan antara Lea dan Rahel. Yakub memilih lebih mencintai Rahel dan untuk mendapatkannya, Yakub bersedia bekerja 7 tahun pada Laban. Sikap Yakub dan kenyataan yang tidak secantik adiknya, bagi Lea menjadi masa yang menegangkan dan bisa memalukan bagi dirinya selama 7 tahun itu.

Bacalah ayat 22-27. Bayangkan, bagaimana perasaan Lea? Malam itu, Laban yang licik menipu Yakub (penipu ditipu) dan Lea (yang tidak dicintai Yakub) menjadi sarananya, dijadikan istri Yakub. Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea, bukan Rahel! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" (ayat 25). Pagi itu, Lea melihat 2 pria penting dalam hidupnya (ayah dan suaminya) bertengkar di hadapannya. Bagaimana Lea diperlakukan oleh Laban ayahnya sendiri dan  oleh suaminya? Lea menjadi istri yang tidak dikehendaki dan tidak dicintai.

Bacalah ayat 28-30. Akhirnya, Rahel menjadi istri Yakub juga. Istri yang elok sikapnya dan cantik parasnya, serta lebih dicintai suaminya. "Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi" (ayat 30). Bagaimana dengan Lea? Bagaimana kehidupan Lea ke depannya, bersama suami yang tidak menginginkan dirinya, bersama istri kedua yang lebih dicintai suami, dan bersama budak-budak perempuan suaminya di rumahnya? Apalagi dalam dunia kuno saat itu, wanita dipandang rendah dan tidak mempunyai pilihan!

Bacalah ayat 31-35. Allah tidak diam. Allah tahu apa yang terjadi pada Lea. Allah sangat terlibat dalam semua situasi yang dialami Lea. "Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya" (ayat 31). Lea melahirkan anak laki-laki bagi Yakub. Dalam dunia kuno, seorang wanita yang bernilai adalah wanita yang melahirkan anak laki-laki bagi suaminya. Dan Allah menggunakan budaya ini untuk menyatakan kasih-Nya atas Lea untuk menemukan harga dirinya. Tetapi apakah itu cukup untuk Lea mendapat cinta suaminya?

Lea berusaha mendapatkan kasih dan perhatian dari suaminya, sampai kelahiran anaknya yang ke-4. Perhatikan nama yang diberikan untuk setiap anak dan apa yang menjadi alasannya! Ruben: "terlihat" dan kata Lea "sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku" (ayat 32). Simeon: "mendengar" (ayat 33). Lewi: "harapan untuk keterikatan". Lea berkata "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku" (ayat 34). Tersirat, tidak pula Lea dicintai oleh Yakub suaminya. Status sebagai istri yang pertama dan lahirnya anak laki-lakinya tidak menolong apa-apa. Dan lahirlah anak ke-4, Yehuda: "terpujilah Allah". Perhatikan, sekarang Lea tidak lagi fokus mencari perhatian manusia, "Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN" (ayat 35). Kini, Lea mendapat harga diri dalam Allah daripada mencari perhatian dari Yakub suaminya. Tetapi kepedihan berlanjut ke kepedihan berikutnya. Rahel punya anak juga, yaitu Yusuf (Kejadian 30:24). Anak yang paling disayang dalam keluarga ini, karena lahir dari istri tersayang. Ingat, nantinya Yusuf sangat vital perannya bagi kesejahteraan keluarga besar Yakub; saat Yusuf menjadi Pejabat di Mesir (Kejadian 41-50). Bagaimana dengan anak Lea sendiri?

Allah sanggup mendatangkan yang terbaik dari penderitaan dan kepedihan yang dialami Lea. Justru Lea dan Yehuda masuk dalam kisah Yesus Kristus. Lea tidak menyadarinya bahwa dari keturunan Yehuda akan lahir Mesias, Juruselamat. Yehuda akan melahirkan keturunan yang menjadi leluhur Yesus Kristus (baca Injil Matius 1:1-3). Dan yang menarik, pada akhirnya Yakub pun sadar pada akhir hidupnya (Kejadian 49:8-12, 32). Dekat makam siapa Yakub ingin dikuburkan? Dekat Lea, yang tidak dikasihi sepanjang hidupnya tetapi sangat dikasihi oleh Allah.

Seberat apapun pergumulan hidup Saudara saat ini, Allah tidak pernah tinggal diam. Allah sanggup mendatangkan yang terbaik dari penderitaan dan kepedihan yang Saudara alami. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd03072023)

Thursday, 29 June 2023



[Kejadian 22:1-19]
Kamis, 29 Juni 2023

“Kesetiaan hanya teruji dalam ketaatan. Melalui kesulitan dan tantangan hidup, Allah menghidupkan imanku dan memurnikan kesetiaanku”
(Nabi Ibrahim mengurbankan Ishaq - Kitab Kejadian 22:1-19)

Apakah Saudara pernah mengalami situasi yang menekan hidup Saudara dan tidak bisa memahaminya serta berkata “mengapa semua ini harus terjadi menimpa diriku?” Belajarlah dari Nabi Ibrahim yang taat pada perintah Allah mengurbankan Ishaq, anak yang dikasihinya, sebagai kurban bakaran untuk Allah. Bacalah Kitab Taurat, Kejadian 22:1-19.

Ayat 1-2. Sudah kurang lebih 40 tahun Ibrahim mengenal Allah dan hidup bersama-sama Allah, tidak pernah mengalami peristiwa yang mengejutkan seperti ini. Elohim (Allah Pencipta) berfirman: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq... persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran". Kurban bakaran adalah istilah Ibrani "pemusnahan" yang berarti "pengurbanan yang habis terbakar." Perhatikan, ada beberapa hal yang bisa menggoncangkan iman Ibrahim.

Apakah Allah yang dikenal Ibrahim adalah Allah yang mengingkari janji-Nya sendiri; bukan Allah yang setia pada janji-Nya? Sebelumnya, Allah berjanji bahwa keturunan Ibrahim akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Kejadian 12:2). Tetapi sekarang, Allah justru meminta Ibrahim untuk mengorbankan anaknya itu! Apakah Dia penuh cemburu, pembunuh sukacita; bukan Allah yang penuh kasih? Sarah, istri Ibrahim yang sudah lanjut usia itu melahirkan seorang anak laki-laki; ada tawa sukacita kebahagiaan di rumah tendanya. Anak itu diberi nama Ishaq yang artinya “tertawa”. Tetapi sekarang, Allah meminta anak itu!

Apakah Dia menuntut terlalu banyak, bukan Allah yang beranugerah? Bukankah sebelumnya seluruh hidup Ibrahim sudah diperhambakan kepada dan untuk Allah? Sejak 40 tahun silam, saat Ibrahim berusia 75 tahun; dia telah rela dan taat meninggalkan negerinya, rumah bapanya, sanak-saudaranya ke tempat yang ia tidak ketahui. Awalnya, Allah meminta Ibrahim untuk meninggalkan masa lalunya (Kejadian 12). Sekarang, Allah meminta Ibrahim untuk menyerahkan masa depannya (Kejadian 22).

Ayat 3-4. Tetapi, keesokan harinya pagi-pagi benar Ibrahim sudah bangun dan membawa Ishaq ke tempat yang telah ditetapkan Allah untuk dikurbankan. Tiga hari perjalanan yang ditempuhnya, menjadi perjalanan yang berat. Tetapi Ibrahim taat meskipun belum menemukan jawaban atas pergumulan “mengapa Allah memerintahkannya?"

Ayat 5-6. Tersirat bahwa Ibrahim memastikan bahwa dirinya dan Ishaq akan kembali dengan selamat. Ribuan tahun setelah peristiwa tersebut, penulis kitab Ibrani menjelaskan tentang iman Ibrahim (Kitab Ibrani 11:17-19). Ibrahim percaya pada kemahakuasaan dan integritas Allah bahwa Allah itu baik dan dapat disandari. Iman tidak menuntut penjelasan dan tidak bergantung pada perasaan. Iman bertumpu pada Allah dan janji kesetiaan Allah.

Ayat 7,8,14. Betapa gentarnya hati Ibrahim ketika mendengar anaknya bertanya, “tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?” Tetapi dengan iman dan tetap mendaki, Ibrahim menjawab "Yehova Jireh! Allah yang menyediakan”. Meskipun mata Ibrahim tidak melihatnya, tetapi mata imannya melihat Allah menyediakan. Ketaatan memang tidak selalu menyenangkan, bahkan seringkali menyakitkan.

Ayat 10-14. Sesudah itu Ibrahim mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Ibrahim, Ibrahim." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Bayangkan, dengan hati dan tangan yang masih gemetar, Ibrahim memutus tali pengikat Ishaq, mencium peluk anak itu erat-erat. Ibrahim sadar, sebagaimana Ishaq hadir dalam kandungan Sarah juga oleh karena anugerah Allah. Pertolongan Allah hadir tepat pada waktunya, tidak pernah terlambat (bacalah Ibrani 4:16). Yehova Jireh! Allah yang menyediakan apa yang dibutuhkan, seekor domba jantan sebagai korban bakaran ganti Ishaq.

Perhatikan ayat 15-19. Sekali lagi Allah berfirman, “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri... Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku" (ayat 18). Alkitab menyebut Ibrahim sebagai "bapak orang beriman" dan "sahabat Allah" (Roma 4:16; Yakobus 2:21,23).

Bayangkan situasinya, di atas gunung itu Ibrahim memegang pundak anaknya, menunjuk ke langit dan berkata “Allah menguji iman dan kesetiaan kita. Melalui kesulitan dan tantangan hidup, iman kita dihidupkan dan kesetiaan kita dimurnikan, sekalipun itu berarti harus mengorbankan sesuatu yang kita kasihi”

Ishaq merupakan bayangan Kristus yang akan dipersembahkan sebagai Kurban Agung, satu-satunya kurban yang akhirnya bisa dan sepenuhnya menghapus dosa manusia. Yahya pembaptis berkata, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Injil Yahya 1:29; 3:16). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd29062023)

Tuesday, 27 June 2023



[1 Samuel 1-2]
Selasa, 27 Juni 2023


“Memiliki pengenalan yang dalam akan anugerah Kristus Yesus menimbulkan kepuasan hati dan ketangguhan emosi menghadapi apa pun di dalam hidupku"

(Renungan Kitab 1 Samuel 1-2)

 

Beberapa orang berpikir bahwa untuk menjadi tangguh, Saudara entah bagaimana harus bisa mengatasi emosi-emosi Saudara dan tidak dipengaruhi oleh emosi-emosi tersebut. Tetapi sebenarnya, orang yang tangguh dapat menyadari dan menerima emosi-emosi dirinya dan menemukan cara-cara yang sehat untuk menguasai emosi-emosinya.

Di antara orang beriman, ada kecenderungan untuk memiliki keyakinan bahwa "orang beriman yang baik" tidak pernah merasa terpuruk, cemas, frustasi ataupun marah, karena mereka ini selalu penuh dengan sukacita dari Allah. Kenyataannya orang beriman itu memiliki perasaan seperti yang lainnya, tetapi apa yang Saudara buat dengan perasaan-perasaan Saudara, itulah yang menentukan. Yesus sendiri "penuh kesengsaraan, sangat dihina" (Kitab Yesaya 53:3), menangis dalam dukacita (Injil Yohanes 11:35) dan mengalami penderitaan batin yang berat (Injil Lukas 22:44). Tetapi Dia menjalani semuanya dengan tangguh.

Bagaimana kondisi kesehatan emosi Saudara? Apa yang Saudara lakukan apabila Saudara merasa sedih, khawatir atau marah? Bacalah kitab 1 Samuel 1-2; kisah seorang perempuan bernama Hana. Hana adalah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, dan terjadi dari tahun ke tahun. Menariknya, Hana adalah salah satu perempuan yang namanya tercatat di dalam Alkitab dan menjadi bagian penting dalam sejarah kasih Allah menyelamatkan manusia berdosa. Nama Hana berarti "kesayangan atau belas kasihan". Renungkanlah, bagaimana Hana memiliki ketangguhan emosi di tengah penderitaan yang telah dialaminya bertahun-tahun lamanya itu.

Bacalah 1:1-8. Hana memperlihatkan cara bertahan yang berfokus pada emosi yang benar. Karena ia mandul, ia diejek Penina, istri kedua dari suaminya, yang memiliki anak laki-laki dan perempuan. Saat itu, perempuan mandul dianggap mendapat kutukan Allah dan tidak memiliki harapan dalam hidupnya. Ketika Penina mengejeknya, Hana menangis, sehingga suaminya menghiburnya.

Bacalah 1:9-11. Selain menangis tentang kemandulannya, Hana mencari Allah. Dan dengan hati pedih ia berdoa kepada Allah sambil menangis tersedu-sedu. Ia menyampaikan kepada Allah segala perasaan dan keinginannya. Tidak tercatat bahwa Hana mencacimaki Penina (madunya) atau protes kepada Elkana (suaminya).

 

Bacalah 1:11-18. Pada waktu mengunjungi Bait Suci Allah, Hana terus berdoa dengan sungguh-sungguh begitu lama tanpa suara, sampai imam Eli (imam di Bait Suci Allah) menyangka ia sedang mabuk dan menegurnya. Hana memberitahukan kepada imam Eli bahwa ia tidak mabuk, namun “mencurahkan isi hati(nya) kepada Allah” dan berdoa “karena besarnya cemas dan sakit hati” (ayat 15-16). Imam Eli memberkatinya, dan hati Hana dikuatkan kembali.

 

Bacalah 1:19-28. Buah penderitaan dan ketangguhan Hana. Allah mengingat Hana dan menjawab doa Hana. Ia melahirkan seorang anak laki-laki bernama Samuel (“didengar Allah”). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya, meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah. Ia mengungkapkan emosinya lagi saat ia menyerahkan Samuel kepada imam Eli, namun kali ini dengan emosi sukacita.

 

Bacalah 2:1-2. Hana mengungkapkan kepuasan hati dan rasa syukurnya dengan terus berdoa, memuji dan menyembah Allah. Doa Hana "Sukacitaku meluap-luap dengan kabar dari Allah! Seakan aku terbang melayang di udara... menari-nari karena keselamatan dari Allah" (terjemahan versi The Message),

 

Bacalah 2:18-21. Hana sanggup menepati janjinya untuk menyerahkan Samuel yang masih anak-anak untuk melayani di Bait Allah yang berarti bertemu anaknya itu hanya setahun sekali saat Hana memberi Samuel pakaian yang dijahitnya sendiri. Dan perhatikan, Hana diindahkan Allah dan melahirkan 5 anak lagi (3 laki-laki, 2 perempuan).      

 

Di dalam Alkitab, nama Hana disebut hanya di dalam dua pasal saja; tetapi menjadi bagian penting dalam sejarah keselamatan manusia berdosa. Hana melahirkan Samuel yang menjadi nabi dan dianggap tokoh besar setelah Nabi Musa (Kitab Yeremia 15:1). Samuel dipakai Allah untuk mengusung datangnya kerajaan besar; melantik Daud menjadi raja yang besar (Kitab 1 Samuel 16:1-23; 19:18-24). Dan dari keturunan Daud akan lahir Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) (Injil Matius 1:1-6). Bagaimana Saudara meneladani ketangguhan emosi Hana? Berserah kepada Allah, bersandar kepada-Nya dan bersukacita di dalam-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. [erd270623]

Monday, 19 June 2023



 Permasalahan hidup bukanlah akhir perjalanan tetapi

perjalanan menuju kebahagiaan yang disediakan Allah.

Jangan menyerah; tabah dan berserahlah kepada-Nya.

(Renungan Kitab 1 Samuel 1:1-28; 2:18-21)

 

Di dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, kitab 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Kitab 1 Samuel sendiri meliputi hampir 100 tahun sejarah Israel (1105-1010 sebelum Masehi) dan merupakan mata rantai sejarah yang utama munculnya raja Israel. Kitab ini diberi nama menurut nabi Samuel, hakim terakhir dan terbesar bagi bangsanya dan yang pertama  dari garis nabi baru setelah Nabi Musa (Kisah Para Rasul 3:24; 13:20) serta dianggap tokoh terbesar setelah nabi Musa (Kitab Yeremia 15:1). Dia dipakai Allah untuk mengusung datangnya kerajaan besar bagi bangsanya; melantik Daud menjadi raja yang besar (Kitab 1 Samuel 16:1-23; 19:18-24). Dari keturunan Daud akan lahir Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) (Injil Matius 1:1). Menariknya, kisah ini diawali dengan kisah duka nestapa, kisah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, menderita dari tahun ke tahun. Perempuan itu bernama Hana (“kesayangan, belas kasihan”), ibunya Nabi Samuel. Bacalah kitab 1 Samuel 1:1-28 dan 2:1-10, 18-21.

Perhatikan 1:1-8. Kesulitan hidup yang harus dijalani. Elkana (suami Hana) tampaknya bukan seorang laki-laki biasa. Silsilah keluarga (ayat 1) menyiratkan kehormatan keluarga Elkana yang kaya dan terpandang. Hal ini diperkuat dengan jenis dan jumlah persembahan yang dibawa oleh Elkana ke rumah Allah setiap tahun (ayat 4-5, 24-25). Tetapi Hana harus menerima keadaan bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya wanita yang dinikahi oleh suaminya. Kenyataan bahwa Penina (madunya) memiliki anak sedangkan dirinya tidak, bahkan tidak bisa memiliki anak karena mandul (ayat 2) semakin menyedihkan hatinya. Jika suaminya meninggal, tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk kelangsungan hidupnya. Saat itu, istri yang mandul dianggap menerima kutukan Allah. Madunya selalu menyakiti hatinya (karena mandul) supaya gusar (hati yang bergejolak dan kacau), dari tahun ke tahun. Seharusnya Hana bersukacita setiap tahun pergi ke Bait Allah tetapi justru menjadi neraka karena madunya menyakiti hatinya (perlakuan yang tidak sepantasnya). Hana menangis dan tidak mau makan (ayat 6-7). Hana semakin sedih karena pernyataan suaminya yang terkesan egois karena mengutamakan keberhargaan dirinya sendiri (ayat 8). Perhatikan, bagaimana sikap Hana ketika menjalani penderitaan dalam hidupnya dan merasa tidak memiliki masa depan karena mandul?

Perhatikan ayat 9-18. Tabah, setia kepada Allah dan mencari-Nya. Hana tidak menyerah. Dia tetap tabah dalam pengertian sabar menjalani situasi hidup yang dialaminya. Penganiayaan dari madunya terhadap Hana mendorong Hana untuk mencari Allah (ayat 9-10). Hana menjalani hidup dengan keyakinan pada pemeliharaan Allah. "Tuhan semesta alam" adalah nama ilahi yang dipakai untuk pertama kalinya di dalam kitab nabi-nabi mulai dari kisah Hana ini (ayat 11). Gelar ini menyatakan kedaulatan Allah atas alam semesta dan meyakinkan Hana untuk tidak meninggalkan Allah dan tetap setia pada-Nya di tengah penderitaan yang dialami bertahun-tahun lamanya. Bertahun-tahun Hana menjalani penderitaan, bertahun-tahun juga Hana lewati dengan tetap datang ke Bait Allah "Tuhan semesta alam" (ayat 7). Hana dengan bebas dan sungguh-sungguh mencurahkan hatinya kepada Allah (ayat 13, 15; baca kitab Mazmur 142:2-3).

Perhatikan ayat 19-20. Buah penderitaan. Kecaman imam Eli kepada Hana berubah menjadi berkat. Hana pergi meninggalkan Bait Suci Allah dengan ketenangan hati (ayat 17-18). Allah menjawab doa Hana dan ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Samuel ("didengar Allah") (ayat 19-20). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya, meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah (ayat 11).

Perhatikan ayat 21-28 dan 2:18-21. Kesetiaan kepada janji. Setelah bertahun-tahun dalam penderitaan dan berdoa kepada Allah, Hana yang mandul akhirnya diingat Allah dan melahirkan seorang anak laki-laki. Tetapi ia tetap setia pada janjinya. Atas persetujuan suaminya, setelah menyapih Samuel, Hana membawa anaknya yang masih kecil itu ke Bait Suci Allah (ayat 11, 21-24). Hana bertemu anaknya hanya setahun sekali pada saat ia memberinya pakaian yang dijahitnya sendiri (2:19). Perhatikan penjelasan Hana tentang nama anaknya; Samuel adalah anak yang diminta Hana dari Allah dan sekarang diserahkan kepada Allah apa yang diminta sesuai kehendak-Nya (ayat 17, 27-28). Hana terus mengungkapkan pujian, rasa syukur dan penyembahan kepada Allah (2:1-10). Dan Allah mengindahkan Hana, ia melahirkan 5 anak lagi (3 laki-laki, 2 perempuan); sementara itu Samuel tumbuh makin besar di hadapan Allah untuk melayani Dia (2:18-21).

Kisah Hana ("belas kasihan") adalah kisahnya Allah sendiri yang dengan kasih dan anugerah-Nya menyelamatkan manusia berdosa yang menderita dan yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Berserahlah kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd19062023).

Friday, 7 April 2023



Jumat Agung, 7 April 2023

Yesus menggenapi janji-Nya, mati bagi manusia berdosa; mereka yang percaya, bertumbuh imannya dan tangguh menanggung risiko.
(Yohanes 3:1-3; 7:50-51; 19:38-42)

Yesus beberapa kali berkata kepada para murid-Nya bahwa Ia akan menderita, dibunuh, dan pada hari ketiga akan dibangkitkan. Maka hati murid-murid-Nya pun sedih sekali (Matius 17:23). Yesus pun disalibkan dan mati di atas salib itu. Petrus, murid terdekat Yesus menyangkal-Nya (Yohanes 18:12-27). Semua murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri (Markus 14:50). Siapa yang berani mengambil risiko berurusan dengan Mahkamah Agama dan penguasa Romawi dalam kasus terpidana mati tersebut? Kemudian, bagaimana rencana Allah tergenapi bahwa Yesus mati dan pada hari ketiga akan dibangkitkan?

Perhatikan. Rencana Allah pasti tergenapi. Dalam kedaulatan-Nya, Allah mempersiapkan dan memanggil pribadi-pribadi yang menyediakan diri dipakai-Nya. Bahkan pribadi-pribadi yang sebelumnya tidak diperhatikan banyak orang, tetapi berani tampil dengan segala risiko yang harus ditanggungnya. Pada saat semua murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri ketika Yesus ditangkap, disalibkan dan mati di salib, tampillah Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus. Menjelang malam, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus untuk dikuburkan (Markus 15:43). Siapakah mereka dan bagaimana mereka tangguh menanggung risiko saat itu?

Siapakah Yusuf dari Arimatea? Namanya baru muncul dalam peristiwa penguburan Yesus. Ia adalah orang kaya (Matius 27:57), seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka (Markus 15:43), seorang yang baik lagi benar (Lukas 23:50). Ternyata murid Yesus juga, walaupun sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi (Yohanes 19:38).

Siapakah Nikodemus?  Nama Nikodemus hanya disebutkan 5 kali dalam 5 ayat di Injil Yohanes. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus; seorang Farisi, pemimpin Yahudi (Yohanes 3:1-2). Nikodemus juga bagian dari imam-imam kepala (Yohanes 7:50).

Perhatikan. Bagaimana Yusuf dari Arimatea merisikokan reputasi bahkan kehidupannya sendiri? Mahkamah Agama (70 orang anggota) adalah badan keagamaan umat Yahudi yang tertinggi, di bawah pimpinan Imam Besar. Mahkamah ini mempunyai kewibawaan penuh di bidang agama. Merekalah yang memegang peran penting dalam penghakiman dan penyaliban Yesus sebagai terpidana mati (Yohanes 18).

Tetapi sekarang, Yusuf dan Nikodemus memberanikan diri menghadap Pilatus dan menguburkan mayat Yesus terpidana mati yang disalib itu. Perhatikan bagaimana upaya terbaik yang mereka lakukan. Apa yang Saudara pikirkan tentang risiko yang harus Yusuf dan Nikodemus tanggung? Bagaimana dengan reputasi mereka sebagai bagian dari Mahkaham Agama dan imam-imam kepala yang menghakimi Yesus? Besar kemungkinan mereka kehilangan profesi dan statusnya itu. Bahkan mengalami kesulitan dalam hidup mereka selanjutnya.

Perhatikan. Yusuf dari Arimatea itu tidak takut lagi menyembunyikan diri sebagai murid Yesus (Yohanes 19:38). Begitu juga dengan Nikodemus, yang selalu disebut "yang dahulu datang waktu malam kepada Yesus" (Yohanes 3:2; 7:50; 19:39). Perhatikan, bagaimana pertumbuhan iman Nikodemus digambarkan dalam tiga kali kesempatan di Injil Yohanes. Pertama, Nikodemus datang kepada Yesus pada malam hari. Yesus berbicara tentang seseorang harus dilahirkan kembali untuk dapat melihat Kerajaan Allah, dan Nikodemus tidak memahaminya (Yohanes 3:1-21). Berikutnya, kisah Nikodemus muncul lagi saat dia mulai berani membela Yesus di hadapan imam-iman kepala dan orang-orang farisi lainnya (Yohanes 7:45-52). Tetapi yang terakhir, dikisahkan Nikodemus berani tampil dan merisikokan reputasinya saat menguburkan Yesus (Yohanes 19:38-42).

Perhatikan. Yusuf dan Nikodemus tampil dan menyediakan diri justru pada saat Yesus sudah mati disalibkan dan murid-murid meninggalkan Yesus, situasi yang tidak mudah. Melalui Yusuf dan Nikodemus, dalam pertumbuhan iman dan kapasitas/sumber daya yang mereka miliki, Tuhan memakai mereka untuk menggenapi karya keselamatan-Nya bagi orang berdosa. Semua yang tertulis tentang Yesus dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan Mazmur bahwa Mesias harus menderita, disalibkan, mati dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, pasti dan sudah digenapi (Matius 20:19; Lukas 24:44-48).

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, Yesus Kristus sudah merisikokan reputasi-Nya sendiri; menggenapi janji-Nya menjadi manusia yang menderita dan mati di salib supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal. Seperti Yusuf dan Nikodemus, kiranya iman Saudara semakin bertumbuh dan tangguh menanggung risiko memberitakan kematian-Nya kepada dunia. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd07042023)

Thursday, 6 April 2023

Kamis Putih, 6 April 2023

"Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."  (Renungan Injil Markus 14:26-31, 70-72)

Yesus ditangkap, dihakimi, menderita siksaan dan disalibkan sampai mati. Kenyataan ini akan menggoncangkan iman murid-murid-Nya. Yesus sendiri mengatakannya, "Kamu semua akan tergoncang imanmu” (ayat 27).

Tetapi respon Petrus (“batu karang”), "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak" (ayat 29). Petrus membayangkan murid-murid lain melarikan diri, tapi dirinya sendiri tidak!  Bahkan dengan lebih sungguh-sungguh berbicara lebih keras, "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lainpun berkata demikian juga (ayat 31).

Tetapi, tidak lama kemudian pada saat Yesus ditangkap dan dihakimi, Petrus menyangkal Yesus. Ia mengutuk dan bersumpah, "Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!" (ayat 71). Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."  (ayat 30). Lalu menangislah Petrus tersedu-sedu (ayat 72). Kenyataannya, Petrus tergoncang juga imannya. Keinginannya jauh melebihi kemampuannya!

Petrus telah menyangkal Yesus, dan hatinya hancur. Tetapi kemudian, setelah bangkit dari kematian, Yesus menghampiri Petrus kembali dan memulihkannya (baca Yohanes 21:15-19). Dengan kekuatan iman yang dari Tuhan, Petrus dan murid-murid Yesus pergi memberitakan Injil ke seluruh penjuru dunia (ayat terakhir Injil Markus).

Sadarlah dan akuilah bahwa di tengah tantangan iman saat ini, Saudara tidak bisa mengandalkan kekuatan diri sendiri bahkan "menyangkal" Yesus juga. Kenalilah betapa lemahnya Saudara. Datang dan bersandarlah pada Yesus Kristus yang telah menang atas segala penderitaan dan telah mengalahkan maut dan kuasanya.

Selamat mempersiapkan hati, menghayati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Dia setia menantikan Saudara. Datanglah pada-Nya yang mengasihi, mengampuni dan memulihkan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd06042023)

Wednesday, 4 January 2023


 

Renungan Awal Tahun 2023 - Rabu, 4 Januari 2023. 

"Persoalan hidup bukanlah akhir perjalanan tetapi perjalanan menuju kemenangan, jangan menyerah. Tabah dan berserahlah kepada Allah"(Renungan Kitab 1 Samuel 1:1-8)

Nabi Samuel adalah hakim terakhir dan terbesar bagi bangsanya dan yang pertama  dari garis nabi baru setelah Nabi Musa (Kisah Para Rasul 3:24; 13:20) serta dianggap tokoh terbesar setelah nabi Musa (Kitab Yeremia 15:1). Dia dipakai Allah untuk mengusung datangnya kerajaan besar bagi bangsanya; melantik Daud menjadi raja yang besar (Kitab 1 Samuel 16:1-23; 19:18-24). Dari keturunan Daud akan lahir Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) (Injil Matius 1:1). Menariknya, kisah ini diawali dengan kisah duka nestapa, kisah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, penderitaan yang terjadi dari tahun ke tahun. Perhatikan kisah Hana, ibu Nabi Samuel. Bacalah kitab 1 Samuel 1:1-8.

Tidak cukup dengan berlimpahnya harta dan cinta. Elkana (suami Hana) tampaknya bukan seorang laki-laki biasa. Silsilah keluarga (ayat 1) menyiratkan kehormatan keluarga Elkana yang kaya dan terpandang. Memiliki dua istri (ayat 2) seringkali menunjukkan kekayaan seorang laki-laki. Hal ini diperkuat dengan jenis dan jumlah persembahan yang dibawa oleh Elkana ke rumah Allah setiap tahun (ayat 4-5, 24-25). Bukan hanya kaya, suami Hana penuh dengan cinta. Dia memberikan porsi lebih untuk Hana (ayat 5) dan selalu berusaha menghibur hati isterinya yang sedang berduka (ayat 8). Tetapi semuanya itu tidak cukup mendatangkan kebahagiaan. Sebuah keluarga bukan hanya tentang cinta dan kaya. Perhatikan kisah selanjutnya, Hana yang tertimpa banyak prahara.

Kesulitan hidup yang harus dijalani. Hana harus menerima keadaan bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya wanita yang dinikahi oleh suaminya. Kenyataan bahwa madunya (Penina) memiliki anak sedangkan dirinya tidak, bahkan tidak bisa memiliki anak karena mandul (ayat 2) semakin menyedihkan hatinya. Madunya selalu menyakiti hatinya (karena mandul) supaya gusar (hati yang bergejolak dan kacau), dari tahun ke tahun. Seharusnya Hana bersukacita setiap tahun pergi ke Bait Allah tetapi justru menjadi neraka karena madunya menyakiti hatinya (perlakuan yang tidak sepantasnya). Hana menangis dan tidak mau makan (ayat 6-7). Hana semakin sedih karena pernyataan suaminya yang terkesan egois karena mengutamakan keberhargaan dirinya sendiri (ayat 8). Perhatikan, bagaimana sikap Hana ketika menjalani penderitaan dalam hidupnya dan merasa tidak memiliki masa depan karena mandul?

Ketabahan. Hana tidak menyerah. Dia tetap tabah dalam pengertian sabar menjalani situasi hidup yang dialaminya. Hatinya lebih condong kepada Allah daripada berbalik melawan dan menuntut madunya serta mengadukannya kapada suaminya. Bandingkan dengan sikap Sarai kepada Abram (Ibrahim) ketika Hajar (hamba Sarai)  memandang rendah dirinya karena mandul, "Penghinaan yang kudapat ini adalah tanggung jawabmu.. Semoga ALLAH menjadi Hakim antara aku (Sarai) dengan engkau (Ibrahim)", padahal Sarai sendirilah yang memberikan hamba perempuannya itu kepada suaminya (Kitab Kejadian 16:1-5). Tetapi Hana menyatakan kesedihannya kepada Allah dan dia tidak menciptakan masalah bagi keluarganya. Hana menjalani hidup dengan keyakinan pada pemeliharaan Allah.

Kesetiaan kapada Allah. Kesetiaan Hana kepada Allah ditunjukkan melalui kemauan untuk tetap pergi ke Bait Allah tahun demi tahun (ayat 7). Hana tidak meninggalkan Allah. Bertahun-tahun Hana menjalani penderitaan hidupnya bertahun-tahun juga Hana lewati dengan tetap datang ke Bait Allah Tuhan semesta alam. "Tuhan semesta alam" adalah nama ilahi yang dipakai untuk pertama kalinya di dalam kitab nabi-nabi mulai dari kisah Hana ini. Gelar ini menyatakan kedaulatan Tuhan atas alam semesta dan meyakinkan Hana untuk tetap setia pada-Nya di tengah penderitaan yang dialami bertahun-tahun lamanya. Bacalah kisah Hana selanjutnya; pada akhirnya Allah berbelas kasihan dan menjawab doa Hana (Kitab 1 Samuel pasal 1 dan 2). Hana ("kesayangan, belas kasihan") yang mandul dan menderita dari tahun ke tahun akhirnya melahirkan nabi Samuel yang dipakai Allah untuk mempersiapkan jalan bagi lahirnya Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) berkat bagi semua bangsa.

Apakah Saudara memulai tahun yang baru ini, 2023 dengan banyak persoalan hidup dan penderitaan? Tabah dan berserahlah kepada Allah, Tuhan semesta alam yang kasih dan kuasa-Nya lebih besar dari semua persoalan dan penderitaan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd04012023).

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...