“Memiliki
pengenalan yang dalam akan anugerah Kristus Yesus menimbulkan kepuasan hati dan
ketangguhan emosi menghadapi apa pun di dalam hidupku"
(Renungan Kitab 1 Samuel 1-2)
Beberapa
orang berpikir bahwa untuk menjadi tangguh, Saudara entah bagaimana harus bisa
mengatasi emosi-emosi Saudara dan tidak dipengaruhi oleh emosi-emosi tersebut.
Tetapi sebenarnya, orang yang tangguh dapat menyadari dan menerima emosi-emosi
dirinya dan menemukan cara-cara yang sehat untuk menguasai emosi-emosinya.
Di antara orang beriman, ada kecenderungan untuk memiliki keyakinan bahwa "orang beriman yang baik" tidak pernah merasa terpuruk, cemas, frustasi ataupun marah, karena mereka ini selalu penuh dengan sukacita dari Allah. Kenyataannya orang beriman itu memiliki perasaan seperti yang lainnya, tetapi apa yang Saudara buat dengan perasaan-perasaan Saudara, itulah yang menentukan. Yesus sendiri "penuh kesengsaraan, sangat dihina" (Kitab Yesaya 53:3), menangis dalam dukacita (Injil Yohanes 11:35) dan mengalami penderitaan batin yang berat (Injil Lukas 22:44). Tetapi Dia menjalani semuanya dengan tangguh.
Bagaimana kondisi kesehatan emosi Saudara? Apa yang Saudara lakukan apabila Saudara merasa sedih, khawatir atau marah? Bacalah kitab 1 Samuel 1-2; kisah seorang perempuan bernama Hana. Hana adalah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, dan terjadi dari tahun ke tahun. Menariknya, Hana adalah salah satu perempuan yang namanya tercatat di dalam Alkitab dan menjadi bagian penting dalam sejarah kasih Allah menyelamatkan manusia berdosa. Nama Hana berarti "kesayangan atau belas kasihan". Renungkanlah, bagaimana Hana memiliki ketangguhan emosi di tengah penderitaan yang telah dialaminya bertahun-tahun lamanya itu.
Bacalah 1:1-8. Hana memperlihatkan cara bertahan yang berfokus pada emosi yang benar. Karena ia mandul, ia diejek Penina, istri kedua dari suaminya, yang memiliki anak laki-laki dan perempuan. Saat itu, perempuan mandul dianggap mendapat kutukan Allah dan tidak memiliki harapan dalam hidupnya. Ketika Penina mengejeknya, Hana menangis, sehingga suaminya menghiburnya.
Bacalah 1:9-11. Selain menangis tentang kemandulannya, Hana mencari Allah. Dan dengan hati pedih ia berdoa kepada Allah sambil menangis tersedu-sedu. Ia menyampaikan kepada Allah segala perasaan dan keinginannya. Tidak tercatat bahwa Hana mencacimaki Penina (madunya) atau protes kepada Elkana (suaminya).
Bacalah 1:11-18. Pada
waktu mengunjungi Bait Suci Allah, Hana terus berdoa dengan sungguh-sungguh
begitu lama tanpa suara, sampai imam Eli (imam di Bait Suci Allah) menyangka ia
sedang mabuk dan menegurnya. Hana memberitahukan kepada imam Eli bahwa ia tidak
mabuk, namun “mencurahkan isi hati(nya) kepada Allah” dan berdoa “karena besarnya cemas dan sakit hati” (ayat
15-16). Imam Eli memberkatinya, dan hati Hana dikuatkan kembali.
Bacalah 1:19-28. Buah
penderitaan dan ketangguhan Hana. Allah mengingat Hana dan menjawab doa Hana. Ia
melahirkan seorang anak laki-laki bernama Samuel (“didengar Allah”). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya,
meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk
dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah. Ia mengungkapkan
emosinya lagi saat ia menyerahkan Samuel kepada imam Eli, namun kali ini dengan
emosi sukacita.
Bacalah 2:1-2. Hana mengungkapkan
kepuasan hati dan rasa syukurnya dengan terus berdoa, memuji dan menyembah Allah. Doa
Hana "Sukacitaku meluap-luap dengan
kabar dari Allah! Seakan aku terbang melayang di udara... menari-nari karena
keselamatan dari Allah" (terjemahan versi The Message),
Bacalah 2:18-21. Hana
sanggup menepati janjinya untuk menyerahkan Samuel yang
masih anak-anak untuk melayani di Bait Allah yang berarti bertemu anaknya itu
hanya setahun sekali saat Hana memberi Samuel pakaian yang dijahitnya sendiri.
Dan perhatikan, Hana diindahkan Allah dan melahirkan 5
anak lagi (3 laki-laki, 2 perempuan).
Di dalam
Alkitab, nama Hana disebut hanya di dalam dua pasal saja; tetapi menjadi bagian
penting dalam sejarah keselamatan manusia berdosa. Hana melahirkan Samuel yang menjadi
nabi dan dianggap tokoh besar setelah Nabi Musa (Kitab Yeremia 15:1). Samuel dipakai
Allah untuk mengusung datangnya kerajaan besar; melantik Daud menjadi raja yang
besar (Kitab 1 Samuel 16:1-23; 19:18-24). Dan dari keturunan Daud akan lahir
Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) (Injil Matius 1:1-6). Bagaimana Saudara
meneladani ketangguhan emosi Hana? Berserah kepada Allah, bersandar kepada-Nya
dan bersukacita di dalam-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. [erd270623]
No comments:
Post a Comment