Friday, 4 February 2022



[1 Raja-raja18:20-40]
Jumat, 4 Februari 2022

"Allah yang sejati itu mendengar dan bertindak; jangan mendua hati, bertobatlah dan beribadah hanya kepada-Nya".
(Renungan kitab 1 Raja-raja 18:20-40)

Dikisahkan dalam Alkitab, peristiwa yang terjadi tahun 900an sebelum Masehi ketika dosa semakin merajalela di Israel (1 Raja-raja 16:29-34), dengan dramatis Nabi Elia ("Yahweh adalah Allahku") seorang diri berhadapan dengan 450 nabi Baal (Baal: "pemilik/tuan", dewa kesuburan) di gunung Karmel untuk membuktikan siapa Allah yang sejati. Dan terbukti bahwa Allah yang sejati adalah Allah yang disembah Nabi Elia dan Baal adalah allah palsu. Tragis, akhirnya 450 nabi Baal itu ditangkap dan disembelih di tepi sungai. Kisah ini mengajarkan kepada umat bahwa Allah yang sejati menuntut pertobatan yang sejati. Bacalah kisahnya dalam kitab 1 Raja-raja 18:20-40. 

Ayat 20-21. Nabi Elia berkata kepada seluruh rakyat: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Tersirat bahwa bangsa Israel tidak menjawab dan tidak mengambil keputusan dengan benar. Mereka tidak menyerahkan hati sepenuhnya kepada Allah karena ada illah-illah lain dalam hidup mereka. Allah menghendaki pertobatan yang sejati. Bagaimana harus menjawab Allah yang sejati dan memutuskan untuk setia hanya kepada-Nya adalah perkara yang sangat penting. Perhatikan pengulangan kata "menjawab" di ayat 24, 26, 29, 37. Perhatikan teladan Yosua yang mengambil keputusan hanya beribadah kepada Allah yang sejati, "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15). Ingat pesan Allah kepada salah satu jemaah-Nya yang ditulis oleh Rasul Yahya, "Aku (Allah) tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" (kitab Wahyu 3:15). Jangan mendua hati, jawablah Allah, bertobatlah dan ambillah keputusan untuk beribadah hanya kepada-Nya.

Ayat 22-29. Pertemuan di gunung Karmel (tempat keramat Baal) ini untuk memutuskan sekali dan untuk selamanya, menyatakan kuasa Allah atas Baal dan menunjukkan siapakah Allah Israel yang sejati. Pertandingan ini bukan untuk menentukan mana allah yang lebih besar, tetapi untuk menentukan yang mana adalah Allah yang sejati atau palsu! Kontestasi pertandingan yang terjadi adalah untuk memastikan bahwa apa yang segera akan terjadi benar-benar merupakan mukjizat. Perhatikan, mereka mempersembahan korban kepada Baal dengan sungguh-sungguh seharian, bahkan sampai melukai diri sendiri dan darah bercucuran dari tubuh mereka. Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. Dewa Baal yang dipercaya mendatangkan hujan dan petir/api ternyata adalah allah yang palsu. Ibadah mereka sia-sia karena dilakukan dengan salah kepada allah palsu. Bagaimana dengan hidup ibadah Saudara?

Ayat 30-40.  Allah telah melatih dan mempersiapkan Nabi Elia selama 3,5 tahun masa kekeringan. Allah membangun relasi dan memelihara Nabi Elia bahkan menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menghidupkan kembali anak janda Sarfat yang sudah mati (1 Raja-raja 17:1-2, 8-9, 22). Tersirat bahwa Nabi Elia semakin mengenal siapa Allah yang disembahnya adalah Allah yang hidup. Tetapi perhatikan, kontestasi pertandingan dengan 450 nabi Baal bukanlah rancangan Nabi Elia melainkan kehendak dan perbuatan Allah sendiri. Nabi Elia mengikatkan dirinya pada Allah dan firman-Nya, "bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini" (ayat 36). Perhatikan yang tertulis, kontras dengan 450 nabi Baal, Nabi Elia berbicara kepada Allah hanya beberapa kalimat saja dan langsung api turun dengan ajaib. "Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya" (ayat 38). Rakyat Israel bertobat dan 450 nabi Baal dihukum mati. Renungkan, ingat peristiwa dibinasakannya Sodom dan Gomora serta diturunkannya tulah di Mesir; api Allah yang turun berkuasa mempertobatkan tetapi juga menghakimi yang tidak percaya kepada-Nya (baca Kejadian 19:24; Keluaran 9:24).

Rancangan Allah penuh risiko dan tampaknya tidak menguntungkan tetapi dikerjakan Nabi Elia dengan taat dan akhirnya menang. Renungkan, Yusuf di penjara sebelum akhirnya berkuasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 39:20-23; 41:45-46); Gideon mengalahkan Midian hanya boleh dengan 300 orang (Hakim-hakim 7:7-9); Daniel di gua singa (Daniel 6:16-28); dan tentunya Yesus yang disalibkan, mati dan bangkit (Injil Matius 27:32-44; 28:1-10). Allah yang sejati itu mendengar dan menyatakan kuasa-Nya, jangan mendua hati, bertobatlah dan beribadah hanya kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd040222)

Friday, 21 January 2022



[1 Raja-raja 18:16-22] 
Jumat, 21 Januari 2022

(Renungan kitab 1 Raja-raja 18:16-22)

Seorang bijak berkata bahwa kesulitan hidup bisa terjadi tidak selalu karena dosa, tetapi dosa selalu menimbulkan kesulitan hidup. Memasuki tahun 2022, apakah Saudara mengalami kesulitan hidup? Bagaimana Saudara menghadapinya? Renungkanlah kisah kesulitan hidup yang pernah dialami umat Allah. Bacalah kitab 1 Raja-raja 18:16-22.

Waktu itu, Raja Ahab yang lebih jahat dari raja-raja bangsa Israel sebelumnya, beribadah kepada dewa Baal dan sujud menyembah kepadanya (1 Raja-raja 16:30-34). Akhirnya, Allah di atas segala illah menjatuhkan hukuman atas Raja Ahab dan bangsa Israel. Selama 3 tahun, embun atau hujan tidak turun dan terjadilah kekeringan serta penderitaan. Namun bukan berarti Allah meninggalkan umat-Nya. Ingat, Allah memelihara secara ajaib Nabi Elia di tepi sungai Kerit dan di rumah janda Sarfat, bahkan anak janda yang sudah mati dihidupkan kembali (1 Raja-raja 17:6,12,16,22). Obaja, kepala istana yang sungguh-sungguh takut akan Allah, menyelamatkan 100 orang nabi Allah dalam gua (1 Raja-raja 18:3-4). Bagaimana dengan bangsa Israel yang mengalami kekeringan dan penderitaan?

Perhatikan 1 Raja-raja 17:1 dan 18:1. Sebelumnya, Nabi Elia berkata"Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." Kemudian sesudah beberapa lama, datanglah firman Allah kepada Nabi Elia dalam tahun yang ketiga: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi." Allah mendatangkan penghukuman tetapi juga pemulihan dan pengampunan. Tetapi bagaimana respon raja Ahab dan bangsa Israel sendiri?

Perhatikan ayat 17-18. Raja Ahab tidak mengakui dosanya, bahkan menyalahkan Nabi Elia, "Engkaulah itu, yang mencelakakan Israel?" Tersirat bahwa Raja Ahab tidak taat dan lebih percaya kepada dewa Baal (dewa kesuburan/pertanian). Menurutnya, karena Nabi Elia-lah maka dewa Baal marah dan tidak menurunkan berkat. Dan dengan berani, Nabi Elia menyatakan kebenaran "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal". Allah sudah berfirman bahwa kekeringan akan datang kepada Israel yang tidak taat (kitab Ulangan 28:15,23-24). Bagaimana dengan bangsa Israel sendiri?

Perhatikan ayat 20-21. Seluruh rakyat Israel berkumpul di gunung Karmel. Lalu Nabi Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Nabi Elia peduli dan memperhatikan apa yang dialami oleh bangsa Israel. Frasa "berapa lama lagi" menyiratkan bahwa Allah mengasihi mereka dan menantikan pertobatan mereka. Sikap mereka yang "berlaku timpang" dan "tidak menjawab sepatah katapun" menunjukkan bahwa mereka saat itu terombang-ambing antara Allah dan Baal, tidak memiliki keberanian untuk mengambil posisi yang benar tetapi menggabungkan keduanya dalam hidup mereka. Mereka menyembah Allah untuk menyenangkan para nabi Allah, tetapi juga menyembah Baal untuk mendapat berkatnya dan menyenangkan Izebel yang telah membunuh nabi-nabi Allah (lihat 2 Raja-raja 17:33). Namun Allah menentang dengan keras sikap seperti ini. Mereka tidak bisa hidup dengan mendua hati, kecuali hanya hidup sepenuhnya bagi Allah (bandingkan Yosua 24:15, Injil Matius 6:24).

Raja Ahab dan bangsa Israel tentu berharap kekeringan dan penderitaan yang mereka alami selama 3 tahun itu segera berakhir, dan mereka menantikan doa Nabi Elia (ingat 1 Raja-raja 17:1). Memang nantinya, Nabi Elia sungguh-sungguh berdoa kepada Allah dan akhirnya turunlah hujan yang lebat (1 Raja-raja 18:45) mengakhiri kekeringan dan penderitaan yang mereka alami. Namun perhatikan hal yang penting, sebelum semuanya itu terjadi, Allah menuntun mereka pada pertobatan yang sesungguhnya. Penderitaan yang mereka alami menjadi alat kasih Allah untuk menuntun mereka kembali kepada-Nya. Di gunung Karmel, tempat keramat bagi dewa-dewa, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya di atas segala illah dan menunjukkan kasih-Nya kepada mereka (perhatikan ayat 19, 22).

Saudara, bertobat dan percayalah bahwa kesulitan hidup menjadi alat Allah untuk menuntun Saudara kembali kepada-Nya dan menikmati kasih-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd210122)

Wednesday, 19 January 2022



[1 Raja-raja 18:1-6] 
Rabu, 19 Januari 2022

"Kekuasaan dan kasih Allah nyata melalui 
orang-orang yang taat dan setia kepada-Nya".
(1 Raja-raja 18:1-16)

Waktu itu, Raja Ahab yang lebih jahat dari raja-raja bangsa Israel sebelumnya, beribadah kepada dewa Baal dan sujud menyembah kepadanya (1 Raja-raja 16:30-34). Baal dikenal sebagai dewa kesuburan dan pertanian. Akhirnya, Allah di atas segala illah menjatuhkan hukuman atas Raja Ahab dan bangsa Israel. Selama 3 tahun, embun atau hujan tidak turun dan terjadilah kekeringan yang sangat mengerikan. Terjadilah kelaparan yang parah dan orang-orang menderita. Allah menyatakan kekuasaan-Nya di atas dewa Baal yang mereka sembah. Dalam masa kekeringan itu, Allah memelihara secara ajaib Nabi Elia di tepi sungai Kerit dan di rumah janda Sarfat. Bahkan, anak janda yang sudah mati dihidupkan kembali (1 Raja-raja 17). Allah berkuasa atas kehidupan. Allah mendatangkan penghukuman tetapi juga pemulihan dan pengampunan. Bacalah kisah selanjutnya, 1 Raja-raja 18:1-16.

Perhatikan ayat 1-2. Kekejaman musuh dan ketaatan Nabi Elia. Jika 3 tahun sebelumnya Allah berfirman supaya Nabi Elia sembunyi dari Raja Ahab (1 Raja-raja 17:3), maka sekarang Allah berfirman kepadanya untuk memperlihatkan diri kepada Raja Ahab yang semakin jahat dan tidak bertobat. Raja Ahab membiarkan rakyatnya kelaparan, bahkan lebih peduli merawat kuda dan bagal miliknya sendiri. Dia semakin giat menyembah Baal bersama Izebel, istrinya yang telah membunuh nabi-nabi Allah. Jadi, menghadap Raja Ahab bagi Nabi Elia adalah nyawa taruhannya. Tetapi Nabi Elia taat, pergi memperlihatkan dirinya kepada Raja Ahab. Allah sudah berelasi dan membentuk Nabi Elia sehingga dia memahami bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang hidup.

Perhatikan ayat 3-6. Di tengah pergumulan, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya melalui pribadi yang taat kepada-Nya. Ingat kisah sebelumnya, Allah memelihara Nabi Elia melalui burung gagak di tepi sungai Kerit dan di rumah seorang janda di Sarfat (17:4,9). Sekarang, Allah memakai Obaja (nama Ibrani: "abdi Yahweh/penyembah Yahweh"), seorang kepala istana. Perhatikan pergumulan situasi yang dihadapi Obaja. Obaja hidup di suatu masyarakat dimana raja dan rakyatnya menyembah berhala. Tidak hanya itu, para nabi Allah dibunuh oleh Izebel, sang permaisuri. Ahab sendiri hanya mementingkan kekuatan militernya yang tampak dari tindakannya mencari rumput bagi kuda dan bagal. Bahkan dalam situasi kelaparan yang demikian parah, Ahab tidak merasa perlu mencari Allah. Malahan ia mencari rumput sendiri bagi kekuatan militernya. Dengan kata lain mata rohani Ahab sudah menjadi buta. Bencana alam yang begitu hebat (ayat 2) tidak menyadarkan dia. Namun, Obaja tetap takut akan Tuhan dalam situasi seperti ini. Ia tidak hanya menyelamatkan 100 nabi Allah dari pembunuhan namun juga menyembunyikan dan memberi mereka makan dan minum setiap hari. Itu merupakan suatu tindakan yang berbahaya. Obaja adalah seorang yang berani melawan arus dan ia pun berhasil dalam kariernya dengan menjadi kepala istana.

Perhatikan ayat, 7-14. Dilema hamba Allah. Sampai akhirnya suatu saat di tengah perjalanan, dalam rancangan Allah, Obaja bertemu dengan Nabi Elia. Nabi Elia meminta supaya Obaja (kepala istana) menyampaikan kepada Raja Ahab bahwa Nabi Elia akan menemuinya. Bagaimana respon Raja Ahab nantinya? Obaja takut jika dia pergi untuk memberi tahu Ahab, Tuhan akan mengirim Elia ke tempat lain, dan dia akan dibunuh karena mengatakan dia telah menemukannya. Dia takut Ahab akan mengetahui tentang dia yang menyembunyikan 100 nabi Allah yang benar. Obaja, orang yang sungguh-sungguh takut kepada Allah pun kuatir dan takut. Tetapi akhirnya, Obaja berani pergi menemui Raja Ahab dan menyampaikan keberadaan Nabi Elia yang akan menemui dirinya.

Perhatikan ayat 15-16. Jawab Nabi Elia: "Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepada Raja Ahab." Lalu pergilah Obaja menemui Raja Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Raja Ahab pergi menemui Nabi Elia. Ungkapan ini menunjukkan keintiman relasi Nabi Elia dengan Allah dan ketaatan Nabi Elia mengerjakan perintah-Nya. Obaja yang takut pada Ahab tetapi dia lebih takut pada Allah. Obaja dipakai Allah sebagai alat-Nya dalam misi menyatakan kekuasaan dan kasih-Nya.

Kekuasaan dan kasih Allah nyata melalui orang-orang yang taat dan setia kepada-Nya. Siapapun Saudara, memasuki dan menjalani tahun 2022, bersiaplah menjadi alat Allah di mana pun dan dalam pergumulan apapun Allah mengutus Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd190122)

Tuesday, 18 January 2022



[Keluaran 2-4] 
Selasa, 18 Januari 2022

 "Tuhan sedang terus bekerja. Dan karena Dia mengasihi Saudara, 

Dia ingin melibatkan Saudara dalam pekerjaan-Nya".
(Renungan kitab Keluaran 2, 3, 4)

Penjara Angola di Louisiana adalah salah satu lembaga pemasyarakatan terbesar dan dengan sistem pengamanan terketat di Amerika Serikat. Kebanyakan penghuninya adalah narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup yang tidak memiliki harapan akan masa depan. Beberapa tahun lalu, penjara itu mempekerjakan kepala penjara baru, yang merupakan seorang Kristen. Ketika menerima jabatan baru itu, orang Kristen ini tidak tahu apa maksud Tuhan untuk tempat yang suram dan tanpa harapan itu. Suatu hari seorang terpidana dihukum mati atas segala kejahatannya. Roh Kudus menyadarkan kepala penjara itu bahwa ia tidak tahu apakah napi itu seorang Kristen, tetapi ia dapat membantu mengantarkannya ke dalam kekekalan.

Kepala penjara itu merasa Tuhan ingin memakainya untuk membawa pengharapan dan keselamatan kepada para penghuni penjara itu. Gerejanya sedang mempelajari Experiencing God (Mengalami Tuhan), dan ia memutuskan untuk mengadakan kursus itu juga bagi para napi yang mau mengikutinya. Kursus itu juga ditawarkan kepada semua orang yang menantikan hukuman mati.

Tuhan mulai mengubah hidup banyak orang melalui pelajaran itu. Banyak orang yang menanti hukuman mati menjadi Kristen. Sesungguhnya, begitu banyak narapidana yang menjadi Kristen sampai-sampai 7 gereja yang berbeda diadakan di dalam penjara dengan para penghuni sendiri melayani sebagai pendetanya. Kekerasan dan narkoba menurun drastis di lembaga pemasyarakatan itu. Ketika para napi itu selesai mempelajari Experiencing God, mereka mulai mengadakan studi-studi Alkitab lainnya. Beberapa bahkan merasa Tuhan memanggil mereka ke dalam pelayanan Kristen!

Akhirnya, sebuah seminari teologi mulai memberikan pelatihan-pelatihan kepada para napi itu dan menjadikan penjara itu sebagai kampus satelit resmi. Beberapa penghuni merasa terpanggil misi pekabaran Injil. Akibatnya, napi-napi itu minta dipindahlan ke penjara-penjara lain agar dapat memulai memimpin pelajaran-pelajaran Alkitab dan membawa rekan-rekan napi lainnya untuk percaya kepada Kristus. Para napi itu membawa dampak yang sangat positif pada penghuni penjara itu sampai-sampai kepala-kepala penjara dari seluruh negeri mulai meminta Penjara Angola untuk memindahkan beberapa napinya yang sudah diubahkan ke penjara mereka. Tuhan sedang bekerja di salah satu tempat paling tak berpengharapan di negara itu, dan Dia mencari seseorang untuk bergabung dengan-Nya dalam pekerjaan itu. Ketika Tuhan mengundang kepala penjara itu untuk bergabung, orang ini tidak dapat membayangkan semua yang akan Tuhan lakukan. Seperti itulah yang terjadi setiap kali Tuhan datang pada seorang anak-Nya dan mengundangnya untuk bergabung dengan Dia dalam misi-Nya. (Bab 5 buku Experiencing God: Knowing and Doing the Will of God; Henry Blackaby, Richard Blackaby, and Claude V. King. Terjemahan diterbitkan: Penerbit Katalis, Yogyakarta Des. 2021).

Alkitab menyatakan bahwa ketika Tuhan akan melakukan sesuatu di dunia kita, Dia akan menyingkapkan yang akan dilakukan-Nya itu kepada umat-Nya. Lalu Tuhan melakukan tujuan-Nya itu melalui umat-Nya. Seperi inilah juga cara Tuhan bekerja dengan Saudara. Alkitab dirancang untuk membuat Saudara mengerti jalan-jalan Tuhan. Lalu, ketika Tuhan mulai memakai hidup Saudara dengan cara yang sama seperti yang Dia lakukan di dalam Alkitab, Saudara akan menyadari bahwa itu adalah Tuhan.

Bacalah kitab Keluaran pasal 2-4. Renungkanlah pengalaman Nabi Musa yang menggambarkan dengan indah cara Tuhan bekerja dalam hidup seseorang. Perhatikan, ada 7 realitas mengalami Tuhan: 1) Tuhan sedang terus bekerja di sekitar Saudara, 2) Tuhan mengejar relasi kasih yang terus menerus dengan Saudara secara nyata dan bersifat personal, 3) Tuhan mengundang Saudara untuk terlibat dengan-Nya dalam pekerjaan-Nya, 4) Tuhan berbicara melalui Roh Kudus yang memakai Alkitab, doa, situasi, dan gereja untuk menyatakan diri-Nya, tujuan-tujuan-Nya dan jalan-jalan-Nya, 5) Undangan Tuhan agar Saudara bekerja dengan-Nya selalu membuat Saudara mengalai krisis kepercayaan yang membutuhkan iman dan perbuatan, 6) Saudara harus membuat penyesuaian-penyesuaian besar dalam hidup Saudara untuk dapat bergabung dengan Tuhan dalam pekerjaan-Nya, dan 7) Saudara akan mengenal Tuhan melalui pengalaman ketika Saudara menaati Dia, dan Dia melakukan pekerjaan-Nya melalui Saudara.

Tuhan sedang terus bekerja memperdamaikan dunia dengan diri-Nya. Karena Dia mengasihi Saudara, Dia ingin melibatkan Saudara dalam pekerjaan-Nya. Renungkanlah tujuh realitas mengalami Tuhan. Tuhan menolong Saudara mengerti bagaimana cara Dia bekerja dengan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd180122) 

Monday, 17 January 2022



[Matius 2:1-12] 
Senin, 17 Januari 2022

"Memasuki Tahun Baru 2022, memulai 
perjalanan iman dan ketaatan kepada Allah".
(Injil Matius 2:1-12)

Perjalanan hidup terus berlangsung, 2 minggu tahun yang baru 2022 sudah berlalu. Covid-19 masih menjadi ancaman. Berbagai persoalan hidup masih menjadi pergumulan. Namun, perjalanan hidup harus dilanjutkan. Apakah semuanya akan berjalan dengan baik? Renungkanlah perjalanan orang-orang Majus dari Babilonia ke Yerusalem menemukan Yesus. Bacalah Injil Matius 2:1-12.

Ayat 1-2. Perhatikan, orang-orang Majus di Babilonia telah melihat bintang yang ditunjukkan Allah sebagai tanda bahwa Yesus telah lahir. Kemudian mereka menempuh perjalanan dari negerinya yang jauh dan memakan waktu lebih dari 1 tahun hingga akhirnya bertemu dengan Yesus di sebuah rumah di Betlehem. Yesus bukan lagi seorang bayi mungil yang terbungkus dengan kain lampin, usia-Nya sudah lebih dari satu tahun. Yusuf dan Maria pun sudah berpindah dari kandang binatang ke rumah biasa (lihat Matius 2:16).

Perjalanan IMAN. Renungkan, bagaimana orang-orang Majus menempuh perjalanan yang jauh dan memakan waktu sampai lebih dari 1 tahun? Mereka adalah orang-orang bijaksana, ahli dalam berbagai ilmu, kelompok bangsawan dan bangsa non-Yahudi. Namun, mereka bersedia meninggalkan negerinya menuju Yerusalem untuk menemukan dan menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Mereka bersiap menempuh perjalanan yang tidak nyaman di atas unta dengan berbagai resikonya. Entah bagaimana tanggapan teman-teman mereka dan masyarakat atas tindakan mereka tersebut. Cuaca padang gurun sangat panas dan kadang-kadang cukup dingin bahkan terjadi badai. Ada banyak pencuri dan bandit di sekitar perjalanan yang bisa merampok harta benda mereka bahkan membunuhnya. Ingat, mereka membawa harta benda yang berharga seperti emas, kemenyan dan mur. Mereka menempuh perjalanan yang penuh risiko, tidak dapat mengetahui dengan pasti perjalanan di depan yang akan dilaluinya.

Namun, orang-orang Majus itu melangkahkan kakinya dengan percaya. Mereka hanya menduga dari keahlian astronomi mereka bahwa bintang yang mereka lihat adalah tanda ilahi yang mengumumkan kelahiran Yesus. Mereka hanya mengetahui sedikit dari tradisi agama Yahudi yang dikenal mereka di Babilonia. Tetapi bukan sekedar tahu, melalui "sarana" yang tidak memadai itu mereka percaya dan melangkahkan kakinya. Mereka bersedia mengorbankan kenyamanan, keamanan dan harta bendanya; melangkah dengan iman dan menemukan Yesus. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1). Sebaliknya, semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi yang sudah tahu dari kitab-kitab yang mereka pelajari, tetapi mereka tidak segera bertindak menemukan Yesus.

Perhatikan ayat 11. Setelah perjalanan panjang (mereka mungkin tiba ketika Yesus berusia sekitar 2 tahun), mereka akhirnya tiba. Tindakan mereka sangat sederhana, menunjukkan kerendahan hati dan iman yang besar. Orang-orang hebat ini yang penuh dengan kebijaksanaan dan pengetahuan bersujud di tanah di hadapan Seorang anak kecil. Sangat sedikit orang yang mengerti siapa Anak ini, dan apa yang akan Dia lakukan, tetapi sepertinya setidaknya sebagian orang Majus mengerti. Iman mereka memimpin mereka dalam perjalanan panjang dan begitu mereka tiba yang bisa mereka lakukan adalah sujud dalam ibadah yang mereka nyatakan dengan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur kepada yang mereka Agungkan, Yesus Kristus Mesias. Perjalanan mereka adalah perjalanan IBADAH,  dengan rendah hati dan beriman; berkorban baik waktu dan harta bahkan hidup mereka. Bacalah surat Roma 12:1.

Ayat 12. Perhatikan, ini adalah perintah langsung dari Allah yang tercatat di awal Injil Matius. Orang-orang Majus bisa membuat banyak alasan untuk tidak patuh dan menghindari jalan memutar yang membuang waktu. Dan tampaknya, tidak akan menjadi masalah untuk memberitahukan tentang Anak itu kepada Raja Herodes. Namun, perintah Allah yang tampaknya sederhana (dalam mimpi) mereka taati dengan tindakan sederhana (tanpa banyak penolakan). Ketaatan mereka memberi Yusuf dan keluarganya waktu untuk melarikan diri sebelum Raja Herodes membunuh semua bayi di kota itu. Perjalanan mereka adalah perjalanan KETAATAN.

Saudara, melanjutkan perjalanan hidup di tahun 2022 ini, bersediakah Saudara menjalaninya seperti perjalanan orang-orang Majus dengan sukacita yang sangat besar (ayat 10)? Menjalaninya sebagai perjalanan iman, ibadah dan ketaatan yang memuliakan Allah. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd170122).

Friday, 17 December 2021



[1 Raja-raja 17:7-18:1]Jumat, 17 Desember 2021

Dalam rancangan Allah, penderitaan membawa pertumbuhan iman dan mengenal Allah dengan benar.
(Kitab 1 Raja-raja 17:17 – 18:1)

Seorang perempuan dengan anak dipangkuannya, ditinggal oleh suaminya. Pernah hidup berkecukupan, sekarang menjadi janda miskin bersama anaknya hanya dengan persediaan terakhir untuk hidup, segenggam tepung dan sedikit minyak. Yang terjadi kemudian, Allah menolong mereka dengan ajaib; tepung yang tinggal segenggam itu tidak habis dan minyaknya tidak berkurang hari demi hari sehingga mereka terpelihara dan tidak jadi mati kelaparan. Selama 3 tahun, setiap hari mereka melihat bagaimana Allah memelihara dengan ajaib. Namun hari-hari bahagia itu akhirnya ditutupi oleh bayangan gelap, harapannya hancur. Anak yang menjadi harapan satu-satunya untuk masa depan itu sakit dan meninggal (Kitab 1 Raja-raja 17:7-17). Mengapa belum cukup penderitaan yang janda itu alami? Apakah pemeliharaan Allah tidak cukup baginya? Bacalah Kitab 1 Raja-raja 17:17 - 18:1.

Kata janda itu kepada Nabi Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" (ayat 18). Janda itu melihat bahwa apa yang dialaminya mengungkapkan sikap Allah terhadap dirinya. Ia sangat terpukul dan tidak mengerti mengapa Allah mematikan anaknya. Dia bahkan menyalahkan diri sendiri, menganggap bahwa anaknya sakit dan mati karena dosa yang sudah dilakukannya. Ingatlah kejadian ketika melihat seorang yang buta sejak lahir, para murid Yesus bertanya"Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Dan Yesus menjawab "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya" (Injil Yohanes 9:1-3). Kematian anak tunggalnya membuat janda itu melupakan dan mengabaikan semua pemeliharaan Allah yang telah dia terima melalui kehadiran Nabi Elia bersamanya. Bacalah kitab Mazmur 103:8-14.

"Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?" (ayat 19-20). Nabi Elia menghampiri janda yang memegang erat anaknya yang sudah meninggal, mengambil anak ini dan membawanya ke kamar atas serta berdoa kepada Allah. Sama seperti janda ini, Nabi Elia tidak mengerti mengapa Allah mematikan anak ini. Yang Nabi Elia tahu adalah Allah yang membawanya ke janda ini dan dia meletakkan tragedi ini pada Allah dan memintanya untuk memperbaikinya. Perhatikan, berbeda dengan peristiwa di di tepi sungai Kerit dan perjumpaan dengan janda di Sarfat, dalam peristiwa matinya anak tunggal janda ini tidak ada firman Allah yang datang kepada Nabi Elia tentang apa yang akan terjadi dan harus dikerjakannya. Ingat, tidak ada berita tentang peristiwa kebangkitan orang mati yang pernah terjadi sebelumnya. Tetapi Nabi Elija datang kepada Allah dan berseru meminta pertolongan.

"Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali (ayat 21-22). Perhatikan, kata "hidup" tertulis di ayat 1, "Demi Tuhan yang "hidup", dan muncul lagi di ayat 12, 22, 23. Nabi Elia bisa berdoa untuk anak yang sudah mati seperti itu karena pelatihan Allah yang sudah dialaminya sekitar 3 tahun. Ia belajar beriman bahwa Allahnya yang hidup adalah Allah yang dapat memberikan kehidupan, bukan hanya menyediakan pasokan makanan dengan ajaib.

Kata Nabi Elia: "Ini anakmu, ia sudah hidup!" Kemudian kata perempuan itu: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar" (ayat 23-24). Sekarang terlihat bahwa penderitaan yang terjadi ternyata membawa kebaikan(bacalah Roma 8:28). Janda di Sarfat menyaksikan kuasa Allah untuk kedua kalinya, melihat Allah yang berbeda dari berhala-berhala orang Sidon. Ia mengakui Nabi Elia sebagai hamba Allah. Tersirat bahwa janda itu mengalami pertumbuhan iman. Akhirnya, ia dan anak tunggalnya menjadi orang percaya yang menjadi saksi Allah di Sarfat.

Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Nabi Elia dalam tahun yang ketiga: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi."  (1 Raja-raja 18:1).  Nabi Elija tidak langsung tampil mengerjakan misi Allah. Allah memastikan dan menghendaki Nabi Elia memiliki relasi yang intim dengan diri-Nya. Pengertian Nabi Elia bahwa Tuhannya adalah Allah yang hidup menunjukan dirinya sekarang sudah siap. Pelatihan Allah selama 3,5 tahun mempersiapkan Nabi Elia menghadapi 850 nabi-nabi Baal dan Asyera. Dalam rancangan Allah, pergumulan hidup membawa Saudara mengalami pertumbuhan iman dan mengenal Allah dengan benar. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd171221).

Monday, 13 December 2021



[1 Raja-raja 17:7-16] 
Senin, 13 Desember 2021

"Ikutilah paket perjalanan dari Allah: 
Panggilan, ketaatan, dan pemeliharaan-Nya".
(Kitab 1 Raja-raja 17:7-16)

Mengakhiri tahun 2021, apakah Saudara masih bergumul tentang apa kehendak Allah atas hidup Saudara? Ataukah Saudara bergumul tentang kehendak Allah yang kelihatannya tidak baik bagi hidup Saudara? Renungkanlah kisah berjumpaan Nabi Elia dengan seorang janda di Sarfat. Belajarlah tentang panggilan, ketaatan dan pemeliharaan Allah. Bacalah kitab 1 Raja-raja 17:7-16.

Ingat kejadian sebelumnya, firman Allah datang kepada Nabi Elia ("Yahweh adalah Allahku") supaya pergi sembunyi ke tepi sungai Kerit, menghindari Raja Ahab yang sangat jahat. Elia taat dan di sanalah mendapat pemeliharaan Allah yang ajaib. Allah memerintahkan burung-burung gagak membawa roti dan daging kepada Nabi Elia di tepi sungai Kerit, setiap pagi dan petang, hari demi hari sampai akhirnya sungai Kerit menjadi kering sebab hujan tidak turun di Israel (1 Raja-raja 17:2-7). Selanjutkan, apa yang terjadi atas diri Nabi Elia?

Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." (ayat 8-9). Perhatikan sekarang, justru Allah memerintahkan Nabi Elia pergi ke Sarfat, satu suku dengan Izebel (istri Raja Ahab) yaitu orang Sidon yang biasa menyembah berhala. Wilayah itu dikuasai oleh ayah mertua Ahab, Etbaal. Jadi, Nabi Elia diperintahkan tinggal di wilayah musuh! Jarak sungai Kerit hingga tiba di Sarfat sekitar 120-150 Km. Tidak dijelaskan pula di tengah-tengah musim kemarau  seperti yang dialami saat itu, dengan cara bagaimanakah Nabi Elia bertahan.

Tidak adakah pula orang yang dekat, yang mungkin tinggal di Israel, yang bisa dipakai Tuhan untuk memelihara nabi-Nya di tengah bencana kelaparan yang melanda Israel? Terlebih lagi, ketika tiba di Sarfat, Nabi Elia diperintahkan untuk tinggal bersama seorang janda yang malang.

"Sesudah itu Nabi Elia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api" (ayat 10). Perhatikan, Nabi Elia sekali lagi melakukan persis yang diperintahkan Allah, seperti melakukan perintah Allah untuk pergi bersembunyi di tepi sungai Kerit. Sebelumnya, Allah berfirman, “… burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana” (ayat 4). Dan ketika Nabi Elia taat pergi sampai di tepi sungai Kerit, maka pemeliharaan Allah benar-benar terjadi (ayat 5-6). Selanjutnya, Allah berfirman, “Bersiaplah . . . diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan” (ayat 9). Dan ketika Nabi Elia taat pergi sampai ke Sarfat, maka pemeliharaan Allah benar-benar terjadi (ayat 10,15-16). Nabi Elia tidak akan melihat bagaimana burung gagak dan janda Sarfat mentaati perintah Tuhan untuk memberi makan kepadanya, jika ia tidak terlebih dahulu taat dan pergi ke sana. Akhirnya, Nabi Elia mengalami pemeliharaan Allah hari demi hari sampai sekitar 3,5 tahun. Dan janda di Sarfat, orang bukan Israel pun menikmati pemeliharaan Allahnya Nabi Elia.

Bangsa Israel telah merusak diri mereka dengan penyembahan berhala bangsa-bangsa lain (dewa Baal dan Asyera) dan menjadi lebih buruk daripada mereka. Tetapi dalam kedaulatan dan kasih Allah-nya, Nabi Elia mendapat perlindungan dan pemeliharaan Allah justru di wilayah Sidon dan menjadi berkat pemeliharaan bagi seorang janda di Sarfat.

Allah telah menggunakan keadaan yang tidak biasa untuk melatih dan menguji iman Nabi Elia. Allah telah memelihara Nabi Elia melalui cara-cara yang tidak dia duga. Dalam masa persembunyian itu Nabi Elia tetap taat. Selain melatih dan menguji iman Nabi Elia, keadaan memberikan kesempatan bagi Allah untuk menunjukkan kuasa dan belas kasihan-Nya kepada orang-orang di luar Israel; seperti penuturan Yesus ribuan tahun kemudian yang tertulis dalam Injil Lukas 4:25-26. Panggilan, ketaatan, dan pemeliharaan Tuhan itu pasti satu paket.

Dalam peristiwa kelahiran Yesus, Alkitab menceritakan justru datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Mereka bersukacita karena bintang-Nya telah menuntun perjalanan iman mereka sampai bertemu Yesus dan mendapat pemeliharaan Allah (Injil Matius 2:1-12). Seperti Nabi Elia dan para Majus, ikutilah paket perjalanan dari Allah: Panggilan, ketaatan, dan pemeliharaan-Nya. Selamat mengakhiri perjalanan iman tahun 2021, menyambut Natal dan memulai perjalanan iman tahun 2022. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd131221)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...