Tuesday, 9 February 2021

[Yosua 10:1-15]
Selasa, 9 Februari 2021

"Integritas: mengutamakan Allah, percaya janji-Nya, strategi yang tepat, dan doa" 
Bacaan: Yosua 10:1-15

Apakah Saudara menghadapi berbagai masalah dampak dari pandemi Covid-19 yang telah terjadi berbulan-bulan lamanya? Apakah Saudara direpotkan oleh orang-orang di sekitar Saudara yang terkena dampak pandemi Covid-19 tersebut? Bagaimana respon Saudara? Dalam situasi seperti ini, integritas Saudara sangat diperlukan. Integritas dalam hal mementingkan nama Allah dari segala-galanya, mempercayai janji-Nya, membuat strategi yang tepat dan berseru pada-Nya dalam doa. Bacalah Yosua 10:1-28, kisah bagaimana Yosua menghadapi musuh-musuhnya dan menolong orang-orang Gibeon yang menghadapi gempuran dari 5 raja di sekitarnya.

Perhatikan ayat 1-6. Sebelumnya, bangsa Isreal menumpas Yerikho dan Ai serta menundukkan kota Gibeon. Gibeon adalah kota besar dan semua penduduknya adalah pejuang yang perkasa. Nanum demikian, mereka telah menipu Yosua dan bangsa Israel. Hasilnya, bangsa Israel membuat ikatan perjanjian persahabatan dengan mereka. Yang seharusnya ditumpas, sekarang diam di tengah-tengah bangsa Israel. Dan sekarang, karena dianggap berkhianat, 5 kota di sekitanya bersatu siap menggempur Gibeon. Pastilah semua orang Gibeon bisa mati terbunuh, jika tidak mendapat pertolongan. Dan mereka minta pertolongan kepada Yosua dan bangsa Israel yang sebelumnya telah mereka tipu. Apakah Yosua bersedia menolong mereka? 

Perhatikan ayat 7 dan 9. Renungkan. Seandainya membiarkan Gibeon digempur oleh 5 kota yang telah bersatu, pastilah mereka habis terbunuh. Pikirkan, sebenarnya bagi bangsa Israel, lebih baik ada orang Gibeon ataukah tidak? Gibeon yang seharusnya ditumpas dan telah menipu mereka, akhirnya bisa ditumpas bukan oleh bangsa Israel sendiri? Tetapi Yosua (arti namanya: Yehovah itu keselamatan) dan bangsa Israel menolong mereka.

Perhatikan bagaimana mereka menolong orang Gibeon (ayat 7, 9); apakah mereka menolong dengan sungguh-sungguh? Yosua mengerahkan semua pahlawan yang gagah perkasa dan semalam-malaman bergerak maju dan berperang keesokan harinya. Mereka menolong orang Gibeon seperti menolong saudaranya sendiri.

Sekarang perhatikan ayat 8, 10-15. Apa yang dikerjakan Allah? Tersirat bahwa Allah senang dengan apa yang dilakukan Yosua menolong orang Gibeon. Allah meneguhkan hati mereka (ayat 8). Setelah semalam-malaman menuju medan peperangan, Allah tidak membiarkan mereka berperang sendiri (ayat 10,11), "sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN" (ayat 14). Allah memberikan mujizat, bahkan mujizat besar yang belum pernah terjadi (ayat 11-14). Ini adalah mujizat terakhir yang dicatat dalam kitab Yosua. Yosua dan bangsa Israel menang kembali (ayat 15). 

Yosua yang berintegritas, mementingkan nama Allah dari segala-galanya dan Allah memberikannya kemenangan. Perhatikan tiga hal penting: memercayai janji ilahi (ayat 8), menggunakan strategi yang tepat (ayat 9), dan berseru kepada Tuhan dalam doa (ayat 10–15).

Renungkan. Tanpa mereka semua ketahui sebelumnya, Allah memakai peristiwa tersebut untuk mencapai tujuan-Nya sendiri. Allah telah membantu Yosua menaklukkan lima kota sekaligus pada satu waktu! Seperti sebelumnya, dalam anugera-Nya, Allah menggunakan kesalahan Yosua dengan orang Gibeon untuk melindungi Gibeon dan mempercepat penaklukan Kanaan. Yosua mengumpulkan kembali semua orang Israel dan berkata, "Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu..." (ayat 25).  Kata-kata yang Allah ucapkan kepada Yosua ketika ia memulai kariernya (1: 6–9). Yosua adalah tipologi Yesus Kristus yang telah mengalahkan semua musuh-Nya dan suatu hari akan kembali dan menghancurkan mereka selamanya (Roma 16:20).

Apakah Saudara memiliki "Integritas: mengutamakan Allah, percaya janji-Nya, strategi yang tepat, dan berseru pada-Nya dalam doa?" Tuhan Yesus Kristus menyertai dan memberkati Saudara. 🙏(erd090221)

Sunday, 7 February 2021

[Yosua 9:1-27]
Minggu, 7 Februari 2021

"Jangan terburu membuat keputusan tanpa minta persetujuan-Nya"
Bacaan: Yosua 9:1-27

Apakah Saudara telah membuat keputusan yang salah dan fatal akibatnya bagi hidup Saudara (studi, pekejaan, usaha/bisnis, keluarga/pasangan hidup, pelayanan, dsb)? Belajarlah dari kisah Yosua dan bangsa Israel yang tertipu karena telah membuat keputusan yang salah (Kitab Yosua 9:1-27). Iman terancam gagal pada saat mereka gagal menghubungkan keputusan mereka dengan kehendak Allah.   

Perhatikan ayat 1-2. Pasal sebelumnya, bangsa Israel telah menang atas Yerikho dan Ai. Mereka telah menyimak kembali hukum-hukum Allah. Semua yang dinyatakan oleh Allah melalui Musa, telah ditulis kembali di atas batu dan dibacakan kepada seluruh rakyat. Peristiwa selanjutnya, raja-raja Kanaan berkumpul dan bersatu untuk menentang umat Allah. Bangsa Israel harus siap menghadapi tantangan berikutnya, tetapi gagal kembali. Bukan gagal dalam peperangan tetapi gagal mentaati Allah; ­tertipu dan salah mengambil keputusan tanpa meminta keputusan Allah.

Perhatikan ayat 3-13. Apa yang dilakukan orang-orang Gibeon? Bagaimana orang Gibeon yang cerdik telah menipu Yosua dan bangsa Israel? Gibeon terletak hanya 25 Km dari Israel di Gilgal dan ada dalam daftar Yosua untuk dihancurkan. Tetapi mereka berkata ”dari negeri yang jauh” (ayat 6,9). Mereka berbohong tentang makanan dan pakaian mereka (ayat 12). Menyebut “hambamu” (ayat 8, 9, 11) padahal musuh Israel. Bandingkan ayat 3 dan 9; orang-orang ini cukup bijak untuk tidak menyebutkan kemenangan Israel di Yerikho dan Ai, karena berita itu tidak dapat mencapai "negara jauh" mereka secepat itu. Kitab Ulangan 7:1-11 dan 20:10-20 menjelaskan bahwa Israel bisa menawarkan perdamaian ke kota-kota yang berada di luar Kanaan. Entah bagaimana orang Gibeon mengetahui tentang hukum ini dan memutuskan untuk menggunakannya untuk perlindungan mereka sendiri

Perhatikan ayat 14-15. Mengapa akhirnya Yosua dan orang Israel tertipu? Mereka pikir sudah bisa memutuskan berdasarkan pengetahuan Firman Tuhan dan memeriksa “fakta-fakta” (yang semu/tipuan) yang terlihat. Itu kelihatan sangat logis dan meyakinkan, tetapi semuanya salah. Mereka tidak bertanya kepada Allah dan meminta keputusan-Nya.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah merasa sudah cukup dengan tahu Firman Allah dan bersedia mentaatinya? Atau pun gak usah tahu Firman Allah, asal mau rela melayani Allah maka Dia yang harus meluruskan semua jalan; sehingga Saudara tidak perlu berpikir untuk melakukannya dengan cara yang benar? Perhatikan, orang Israel pikir dirinya sudah rela, mau taat dan sudah tahu Firman Tuhan, tetapi ternyata masih tertipu juga.

Sebenarnya, Allah telah menyediakan sumber bagi bangsa Isreal untuk menghadapi kejadian terebut. Yosua sebenarnya dapat mencari kehendak Allah denga bertanya kepada Imam Besar (lihat Bilangan 27:18-21), namun dia tidak melakukannya. Meskipun pada mulanya dia telah curiga (Yosua 9:7), namun akhirnya dia tertipu. Pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya bukanlah segalanya.

Perhatikan ayat 16-27. Setelah mereka mengadakan perjanjian barulah mereka sadar sudah tertipu. Terjadilah perselisiha antara umat dan Pemimpin (ayat 18-19). Umat berpikir untuk membunuh orang Gibeon yang sudah menipu mereka, tetapi Pemimpin tidak setuju. Meskipun kesalahan yang dilakukan Israel hanya berdasarkan tipuan belaka, namun mereka telah melibatkan Allah, nama-Nya dan reputasi-Nya dalam kesalahan tersebut. Jika Israel melanggar perjanjian yang telah mereka buat  sendiri, maka pelanggaran tersebut sama saja dengan menajiskan nama Tuhan, Allah Israel di antara seluruh bangsa Kanaan. Pelanggaran ini akan mendatangkan murka Allah, seperti peristiwa yang terjadi ratusan tahun berikutnya ketika Saul membunuh orang-orang Gibeon. Tuhan memberikan kelaparan selama 3 tahun dan 7 keturunan Saul mati digantung (Kitab 2 Samuel 21).

Terakhir, perhatikan ayat 27. Untung sekali Yosua tidak membunuh orang-orang Gibeon pada waktu itu. Ini menjadi anugerah Allah bagi Gibeon bisa hidup di tengah umat Allah. Menjadi apa orang Gibeon sekarang? Bayangkan, hidup baru orang Gibeon disekitar urusan mezbah TUHAN bisa menjadikan mereka akhirnya bertobat. Tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa keturunan Gibeon menciptakan masalah bagi Israel. Dalam peristiwa ini, Yosua dan orang Israel bersalah; tetapi kelemahan manusia dipakai Allah untuk menggenapi rancana kasih-Nya.

Seperti Yosua dan bangsa Israel, Saudara saat ini tinggal di wilayah musuh dan harus senantiasa berhati-hati. Karena musuh tahu bagaimana menggunakan Firman Allah untuk tujuan mereka sendiri, umat Allah haruslah tetap waspada. Banyak orang cenderung mengijinkan keadaan di sekitar mereka mendahului penilaian  mereka terhadap Firman Allah untuk memahami kehendak Allah dalam hidup mereka. Bagaimana dengan Saudara? "Jangan terburu membuat keputusan tanpa minta persetujuan-Nya". Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd070221)

Saturday, 6 February 2021

 [Yosua 8:30-35]
Sabtu, 6 Februari 2021

Bacaan: Yosua 8:30-35

Renungkan. Di akhir minggu ini, bagaimana persekutuan pribadi Saudara dengan Allah? Kebenaran-kebenaran Firman Allah apa saja yang sudah Saudara pelajari? Adakah komitmen-komitmen untuk mentaati Firman-Nya dalam hidup selanjutnya?

Perhatikan Yosua 8:30-35. Pergumulan, kekalahan, pertobatan, pemulihan Tuhan dan kemenangan yang diperoleh kembali oleh Yosua dan bangsa Israel, bukanlah akhir cerita. Hal penting apa yang kemudian dilakukan oleh Yosua dan bangsa Israel? Komitmen baru tetap taat pada perintah Tuhan.

Beberapa saat setelah kemenangan di Ai, Yosua memimpin orang-orang 48 Km ke utara ke Sikhem, yang terletak di lembah antara Gunung Ebal dan Gunung Gerizim. Di sini bangsa itu mematuhi apa yang Musa telah perintahkan untuk mereka lakukan dalam pidato perpisahannya (Ulangan 27: 1–8). Yosua menghentikan kegiatan militer untuk memberi Israel kesempatan membuat komitmen baru kepada otoritas Yehuwa seperti yang dinyatakan dalam hukum-Nya.

Perhatikan ayat 30-31. Bagaimana Yosua membangun mezbah? Sejak Abraham membangun sebuah mezbah di Sikhem (Kej. 12: 6–7), dan Yakub pernah tinggal di sana untuk waktu yang singkat (pasal 33–34), daerah itu memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan Israel. Jauh sebelum mereka masuk Tanah Perjanjian, Musa telah memerintahkan mereka secara terperinci untuk membangun mezbah bagi Allah di gunung Ebal (Ulangan 27:4-7). Dan Yosua mentaatinya.

Mezbah Yosua dibangun di Gunung Ebal, “gunung kutukan,” karena hanya korban darah yang dapat menyelamatkan orang berdosa dari kutukan hukum (Gal. 3: 10-14). Dalam membangun mezbah, Yosua sangat berhati-hati dalam menaati Kitab Keluaran 20:25 dan tidak menggunakan alat apapun pada batu yang terangkat di lapangan. Tuhan meminta sebuah mezbah batu yang sederhana, bukan yang dirancang dan didekorasi oleh tangan manusia, “supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1 Korintus 1:29). Dengan pengorbanan ini, bangsa Israel meyakinkan Tuhan atas komitmen mereka kepada-Nya dan persekutuan mereka dengan-Nya.

Perhatikan ayat 32-33. Yosua menulis salinan hukum Musa. Di Timur Dekat pada masa itu, merupakan kebiasaan bagi raja untuk merayakan kebesaran mereka dengan menulis catatan tentang eksploitasi militer mereka di atas batu besar yang dilapisi dengan plester. Tapi rahasia kemenangan Israel bukanlah pemimpin atau pasukan mereka; itu adalah ketaatan mereka pada hukum Allah (Yos. 1: 7–8). Di tahun-tahun berikutnya, setiap kali Israel berpaling dari hukum Tuhan, mereka mendapat masalah dan harus didisiplinkan. "Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?tanya Musa. (Ulangan 4: 8).

Ini sekarang menjadi monumen umum keempat dari batu yang telah didirikan. Yang pertama adalah di Gilgal (Yosua 4:20), memperingati perjalanan Israel menyeberangi Sungai Yordan. Yang kedua di Lembah Akhor, sebuah monumen dosa Akhan dan penghakiman Tuhan (7:26). Yang ketiga di pintu masuk ke Ai, pengingat kesetiaan Tuhan untuk membantu umat-Nya (8:29). Batu-batu di Gunung Ebal ini mengingatkan Israel bahwa keberhasilan mereka hanya terletak pada ketaatan mereka pada hukum Allah (1: 7–8).

Perhatikan ayat 34-35. Yosua membaca segala perkataan hukum Taurat. (ayat 34–35). Yosua sekarang menegaskan kembali hukum di tanah perjanjian. Karena daerah antara Gunung Ebal dan Gunung Gerizim adalah amfiteater alami, semua orang dapat mendengar kata-kata hukum dengan jelas dan menanggapinya dengan cerdas. Kepada siapa saja Yosua membacakan Hukum Taurat pada saat itu? Jika mereka ingin ambil bagian dalam penaklukan Israel, mereka harus tunduk pada hukum Allah Israel.

Sekarang Saudara memiliki Firman Allah yang tertulis di dalam hati Saudara oleh Roh Kudus Allah (Roma 8: 1-4; 2 Korintus 3). Paulus menjelaskan bahwa meskipun hukum dapat menghukum orang berdosa dan membawa mereka kepada Kristus (Galatia 3: 19-25), hukum tidak pernah dapat mengubah orang berdosa dan membuat mereka seperti Kristus. Hanya Roh Allah yang bisa melakukan itu.

Jadi, apakah Saudara memiliki waktu yang tetap, menyimak kembali Firman Allah, menyembah dan memuji Dia? Mengerti kehendak Allah dan mentaatinya serta menikmati pempinan-Nya dalam hidup Saudara.  "Milikilah waktu dengan Allah untuk tetap memiliki pandangan hidup yang benar" Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd060221)

Friday, 5 February 2021

 [Yosua 8:3-13]
Jumat, 5 Februari 2021

"Bergantung pada Tuhan, bukan pada pengalaman pribadi"
Bacaan: Yosua 8:3-13

Tuhan sudah menolong dengan berbagai cara secara nyata dalam berbagai peristiwa dan pergumulan hidup. Ada banyak pengalaman pribadi bagaimana Tuhan sudah menolong. Tetapi sekarang, "Mengapa Tuhan tidak lagi menolongku, seperti dulu bagaimana Dia sudah menolong?"  Apakah Saudara mulai bergantung pada pengalaman-pengalaman pribadi dibandingkan bergantung pada Tuhan dan kasih-setia-Nya? Ketika sesuatu terjadi tidak seperti pengalaman pribadi sebelumnya, Saudara mempertanyakan Tuhan?

Ingat... peristiwa sebelumnya bagaimana bangsa Israel merobohkan tembok dan mengalahkan Yerikho. Tuhan memerintahkan mereka secara terbuka mengeliling tembok Yerikho selama seminggu (Yosua 6). Sekarang, bandingkan... bagaimana strategi mereka mengalahkan orang-orang Ai (Yosua 8:3-13)! Tuhan bukan saja Tuhan dengan kasih-Nya yang baru setiap pagi, tetapi Dia juga Tuhan dengan rancangan-rancangan yang tidak terbatas.

Perhatikan Yosua 8:3-13. Bagaimana strategi dibuat dengan detail?  Strategi yang Tuhan berikan kepada Joshua untuk mengambil Ai hampir berlawanan dengan strategi yang Dia gunakan di Yerikho. Operasi Yerikho melibatkan pawai selama seminggu yang dilakukan secara terbuka di siang hari. Serangan terhadap Ai melibatkan operasi malam rahasia yang mempersiapkan jalan untuk serangan siang hari. Seluruh tentara dipersatukan di Yerikho, tetapi Yosua membagi pasukan untuk menyerang Ai. Tuhan melakukan mujizat yang luar biasa di Yerikho ketika Dia menyebabkan tembok runtuh, tetapi tidak ada mukjizat seperti itu di Ai. Yosua dan anak buahnya hanya mematuhi perintah Tuhan dengan menyergap dan memancing orang Ai keluar dari kota mereka, dan Tuhan memberi mereka kemenangan.

Apakah Saudara fokus untuk mencari kehendak Tuhan untuk setiap usaha Saudara? Atau bergantung pada kemenangan masa lalu seperti yang Saudara rencanakan untuk masa depan? "Saya bisa melakukan sebelumnya. Saya pasti bisa melakukannya lagi!" Padahal sebenarnya Tuhan merancangkan hal yang baru untuk dikejakan supaya Saudara berhasil!

Perhatikan. Strategi untuk mengalahkan kota Ai didasarkan pada kekalahan Israel sebelumnya, karena Tuhan mengatur kemenangan dari kesalahan Yosua. Orang-orang Ai terlalu percaya diri karena mereka telah mengalahkan Israel pada serangan pertama, dan terlalu percaya diri ini akan menjadi kehancuran mereka. “Kami melakukannya sebelumnya, dan kami bisa melakukannya lagi!”

Perhatatikan ayat 9. Menjadi seorang jenderal yang baik, Yosua tinggal bersama pasukannya (ayat 9). Dia pasti mendorong mereka untuk memercayai Tuhan dan memercayai janji-Nya untuk kemenangan karena mematuhi Firman-Nya dan percaya janji-Nya. Panglima Balatentara TUHAN akan pergi dalam peperangan sebelum mereka (Yosua 5:14)

Pekerjaan Tuhan membutuhkan strategi. Apakah Saudara mencari pikiran Tuhan dalam perencanaan Saudara? Seperti Yosua, apakah Saudara sudah mendapatkan fakta dan menimbangnya dengan hati-hati saat Saudara mencari kehendak Tuhan. Ataukah hanya berjalan seiring waktu, tanpa kemudi atau kompas untuk memberikan arahan, dan hasilnya mengecewakan? Nikmatilah pimpinan Tuhan, bukan hanya fokus pada pengalaman dan kemampuan diri sendiri. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd050221)

Thursday, 4 February 2021

[Yosua 8:1-2]
Kamis, 4 Februari 2021

"Janganlah takut dan janganlah tawar hati"
Bacaan: Yosua 8:1-2

"Janganlah takut dan janganlah tawar hati."  Apakah perkataan ini ada hubungannya dengan hidup Saudara saat ini? Perhatikan, itu adalah perkataan Tuhan sendiri. Mengapa Tuhan mengatakannya?

Perhatikan peristiwa sebelumnya (Yosua 7). Kekalahan yang memalukan bagi bangsa Israel atas kota Ai dan kejadian-kejadian tragis di antara keluarga Akhan menyebabkan Yosua patah semangat dan menjadi ketakutan. Kesuraman dan keputusasaan menyelinap ke seluruh perkemahan bangsa Israel. Keputusasaan atas masa lalu dan ketakutan akan masa depan adalah dua reaksi yang sering menyertai kegagalan.

Sekarang perhatikan. Dan karena Yosua melaksanakan semua yang diperintahkan Tuhan mengenai peristiwa Akhan, "Lalu surutlah murka TUHAN yang menyala-nyala itu" (Yosua 7:26). Setelah itu, Tuhan sendiri mengambil langkah yang meyakinkan Yosua kembali bahwa Dia sungguh-sungguh menyertainya dan akan menolongnya memimpin bangsa Israel menuju ke kemenangan-kemenangan berikutnya.

"Janganlah takut dan janganlah tawar hati; bawalah seluruh tentara dan bersiaplah, majulah ke Ai. Ketahuilah, Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya, dan haruslah kaulakukan kepada Ai dan rajanya, seperti yang kaulakukan kepada Yerikho dan rajanya." (Yosua 8:1,2a). Renungkan...bagaimana perasaan Yosua setelah mendengar perkataan Tuhan ini? Bagaimana firman Tuhan ini menjadikan Yosua merasa aman?

"Janganlah takut dan janganlah tawar hati"  adalah perkataan yang diucapkan Musa bertahun-tahun sebelumnya kepada bangsa Israel sesaat sebelum Musa mengirim kedua-belas pengintai ke tanah Kanaan (Ulangan 1:21). Perkataan tersebut sama dengan perkataan yang diucapkan Musa kepada Yosua 40 tahun setelah masa itu ketika Musa menyerahkan kendali kepemimpinan kepada anak muda yang mengikuti pengalaman perjalanan Israel mengarungi padang pasar ini (Ulangan 31:8). Sekarang Tuhan mengingatkan kembali. Dosa Akhan (arti nama: masalah), betapa seriusnya, juga setelah kekalahan yang memalukan yang dialaminya, tidak membuat Tuhan meninggalkan Israel. Begitu pula dengan ketidakdewasaan Yosua, tidak membuat Tuhan memecat Yosua sebagai seorang pemimpin pilihan-Nya yang dipakai untuk memimpin bangsa Israel.

Perhatikan ayat 2. Bahkan Tuhan meyakinkan Yosua bahwa mereka akan mampu menawan kota Ai sama seperti mereka menawan kota Yerikho walaupun dengan strategi yang berbeda. Menariknya, sekarang mereka diperbolehkan merampas barang-barang dari kota Ai. Renungkan... sungguh ironis yang dialami Akhan dan keluarganya (Yosua 7:24-25). Andaikan saja Akhan bisa mengontrol dirinya dan tidak egois serta serakah, dia akan ikut diperbolehkan mengambil semua yang diinginkannya dan yang dibutuhkannya dari kota Ai. Tetapi Akhan melanggar hukum Tuhan dan mati bersama seluruh keluarganya.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara dengan sengaja hidup di luar kehendak Tuhan? Dan jika sesuatu yang buruk terjadi, Saudara takut dan tawar hati; bahkan meninggalkan Tuhan karena mengira Dia telah membiarkan Saudara sendiri? Tuhan berkata, "Janganlah takut dan janganlah tawar hati."  Tidak peduli seberapa parah Saudara telah gagal, Saudara selalu dapat bangkit dan memulai kembali, karena Tuhan kita adalah Tuhan yang menepati janji-Nya, dan kasih setia-Nya selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23). Bertobat dan percayalah. Tuhan menyertai Saudara untuk pekerjaan dan kemenangan selanjutnya yang sudah disediakan-Nya.

"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dan saat Yesus Kristus memberikan Amanat Agung-Nya kepada para murid-Nya, Dia berjanji, "Dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20). Beritakan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd040221)

Wednesday, 3 February 2021

 [Yosua 7:16-26]
Rabu, 3 Februari 2021
"Ketika seorang pendosa yang ditemukan"
Bacaan: Yosua 7:16-26

Saudara membaca kisah sebelumnya, bangsa Israel menanggung aib yang memalukan karena dikalahkan oleh orang-orang Ai yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kota Yerikho. Hal ini terjadi karena adanya dosa, pelanggaran yang serius terhadap perintah Tuhan. Tidak ada yang bisa bersembunyi dari Tuhan. Dan Tuhan turun tangan, seorang pendosa ditemukan dan hukuman dijatuhkan.

Penyelidikan (ayat 16-18). Renungkan, mengapa Tuhan menggunakan metode penyelidikan ini? Mengapa Dia tidak langsung menunjuk Akhan yang berdosa dan orang lain yang ikut terlibat? Yosua memanggil tiap bagian dan tiap suku, kaum dan keluarga hingga pribadi, dan ditemukanlah Akhan. Bagaimana ketakutan setiap keluarga dan pribadi mengikuti penyelidikan tersebut? Bagaimana akhirnya semua bangsa Israel mengerti keseriusan dosa di antara mereka? Pasti sangat menakutkan juga bagi Akhan dan keluarga dekatnya untuk melihat jari Tuhan yang menuduh itu menunjuk lebih dekat dan lebih dekat. Apakah Akhan dan keluarganya segera mengakui dosa mereka pada kesempatan pertama?

"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya" (Yeremia 17:9-10). "Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mata-Ku di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana" (Amos 9:3). Tidak ada yang bisa bersembunyi dari Tuhan. Perhatikan, dalam kasus Akhan, tampak bahwa Tuhan telah memberinya kesempatan – sama seperti  yang dilakukan-Nya terhadap penduduk Yerikho. Tetapi Akhan bersembunyi!

Ketika Yosua memilih Akhan sebagai pelakunya, orang-orang yang menonton pasti bertanya pada diri mereka sendiri, "Hal jahat apa yang dia lakukan sehingga Tuhan begitu tidak senang dengan kita?"  Mungkin kerabat dari tiga puluh enam tentara yang terbunuh itu marah ketika mereka melihat pria yang ketidaktaatannya menyebabkan kematian orang yang mereka cintai.

Pengakuan (ayat 19-23). Perhatikan, apakah Yosua langsung menyebut Akhan "pencuri, pemberontak, pengkhiatan, kamu bodoh"Frasa hormatilah Tuhan”  adalah salah satu bentuk sumpah resmi di Israel (Yohanes 9:24 NIV). Akhan tidak hanya berdosa terhadap bangsanya sendiri, tetapi juga dia telah sangat berdosa terhadap Tuhan, dan dia harus mengakui dosanya kepada-Nya. Pengakuan dosa adalah pengakuan kemuliaan Tuhan.

Penghakiman (ayat 24–26). Karena hukum di Israel melarang anggota keluarga yang tidak bersalah dihukum karena dosa kerabat mereka (Ulangan 24:16), keluarga Akhan pasti bersalah karena membantunya dalam dosanya. Tragis! Akhan dan seluruh keluarganya dengan segala yang ia miliki, termasuk barang yang telah dicurinya, dihancurkan seluruhnya dan dibakar. Akhan telah berpaling dari Tuhan yang benar, ditemukan di antara kutukan yang telah dijatuhkan Tuhan terhadap orang-orang Yerikho; dia perlakukan seperti Yerikho yang dimusnahkan.

Perhatikan ayat 26. Bukan saja tentang kebaikan Tuhan, mereka pun mengingat penghukuman Tuhan dengan mendirikan suatu timbunan batu yang besar. Tumpukan batu di lembah itu akan menjadi pengingat bahwa Tuhan mengharapkan umat-Nya untuk menaati Firman-Nya, dan jika tidak, Dia harus menghakimi mereka. Tumpukan batu di Gilgal (Yosua 4: 1–8) mengingatkan mereka bahwa Allah menaati Firman-Nya dan memimpin umat-Nya yang patuh ke tempat berkat. Kedua tugu peringatan itu dibutuhkan dalam perjalanan iman. Tuhan itu kasih (1 Yohanes 4: 8, 16) dan rindu untuk memberkati umat-Nya, tetapi Tuhan juga terang (1 Yohanes 1: 5) dan harus menghakimi dosa umat-Nya.

Sudah dua hari yang sulit bagi Yosua dan para pemimpinnya, tetapi situasinya akan berubah. Tuhan akan memimpin tentara dan memimpin umat-Nya menuju kemenangan. Betapa indahnya Tuhan mengambil Akhor, tempat kesedihan dan kekalahan, dan menjadikannya tempat pengharapan dan kegembiraan. Lembah Akhor disebutkan dalam Yesaya 65:10 dan Hosea 2:15 sebagai tempat di mana orang-orang Israel suatu hari akan memiliki awal yang baru dan tidak lagi dikaitkan dengan rasa malu dan kekalahan.

Ketika Saudara berserah diri kepada Tuhan, tidak ada kekalahan yang permanen dan tidak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. Bahkan "Lembah Masalah" bisa menjadi "pintu harapan". Bertobatlah… Tuhan Yesus Kristus mengasihi Saudara. (erd030221)

Tuesday, 2 February 2021

[Yosua 7:6-15] 
Selasa, 2 Februari 2021

"Seorang pemimpin yang putus asa"
Bacaan: Yosua 7:6-15

Apakah saat memasuki tahun 2021 ini, Saudara meras putus asa karena beberapa rencana terbaik Saudara pernah hancur berkeping-keping? Saudara tidak sendirian. Perhatikan apa yang dialami oleh Yosua dan para perwiranya.

Pemimpin yang sebelumnya telah diagungkan – oleh Tuhan sendiri (Yosua 6:27), sekarang menanggung kekalahan yang memalukan. Mereka menanggung aib karena dikalahkan oleh orang-orang Ai yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kota Yerikho yang sebelumnya mereka kalahkan.

Penyesalan (ayat 6). Sebelumnya, hati orang Kanaan meleleh ketika mereka mendengar tentang penaklukan Israel (2:11). Tetapi sekarang apa yang terjadi dengan Yosua dan bangsa Israel sendiri setelah dikalahkan orang-orang Ai? Apa yang mereka lakukan? Yosua sujud dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut Tuhan hingga petang. Tabut perjanjian adalah pengingat kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya; jelas kelihatan dalam peristiwa penyeberangan sungai Yordan dan mengelilingi tembok Yerikho (Yosua 3:11; 6:6-8). Tetapi sekarang, dengan masuknya dosa di perkemahan mereka dan tanpa kehadiran Tuhan, tabut perjanjian hanyalah perabot kayu, dan tidak ada jaminan kemenangan hanya karena kehadiran tabut tersebut (1 Samuel 4). Jika Yosua merendahkan dirinya sebelum pertempuran, situasinya akan berbeda setelah pertempuran.

Menyalahkan (ayat 7–9). Dalam doanya, Yosua terdengar seperti orang-orang Israel yang tidak percaya setiap kali mereka menemukan diri mereka dalam situasi sulit yang menuntut iman; ketika di Laut Merah (Keluaran 14:11), ketika mereka lapar dan haus di padang gurun (16: 3; 17: 3), dan ketika mereka didisiplinkan di Kadesh Barnea (Bil. 14: 1–3 ). Yosua tampaknya menyalahkan Tuhan atas kehadiran Israel di Kanaan dan atas kekalahan memalukan yang baru saja mereka alami. Bukankah Tuhan telah berjanji akan memberikan tanah Kanaan kepada merera? Anak-anak Israel baru saja disunat? Mereka baru saja merayakan Paskah, mendirikan batu-batu peringatan, dan bahkan merobohkan tembok Yeriko? Hanya ada sebuah garis tipis antara perasaan sukses dengan perasaan gagal.

Pertobatan (ayat 8–9). Sekarang Yosua sampai ke inti permasalahan: kekalahan Israel telah merampas kemuliaan Tuhan, dan untuk ini mereka harus bertobat. ”Dan apakah yang akan Kaulakuan untuk memulihkan nama-Mu yang besar itu?” Perhatian Yosua bukan pada reputasinya sendiri tetapi untuk “nama besar”  TUHAN. Yosua telah mempelajari pelajaran ini dari Musa (Kel. 32: 11–13; Bil. 14: 13–16). Bagaimana dengan Saudara ketika pergumulan dan kekalahan terjadi dalam hidup Saudara?

Teguran (ayat 10–15). Setelah pertobatan, Tuhan memberikan jawaban dan petunjuk yang tepat sasaran. Tuhan mengizinkan Yosua dan para pemimpinnya untuk tetap diam sampai waktu pengorbanan malam. Dia memberi mereka waktu untuk sampai ke akhir dari diri mereka sendiri sehingga mereka akan mematuhi arahan-Nya, dan kemudian Dia berbicara kepada Yosua. Ada waktu untuk berdoa dan ada waktu untuk bertindak, dan sekarang tibalah waktunya untuk bertindak.

Perhatikan ayat 11-12Tuhan memberi tahu Yosua bahwa bangsa itu telah mencuri apa yang menjadi milik-Nya, berbohong dan menyembunyikan di antara milik mereka sendiri seolah-olah itu milik mereka. Orang Israel telah berbuat dosa. Kata Dosa berarti "meleset dari sasaran". Tuhan ingin umat-Nya menjadi kudus dan taat, tetapi mereka meleset dari sasaran dan tidak memenuhi standar Tuhan. Itu juga merupakan pelanggaran, yang berarti “menyeberang”. Tuhan telah menarik garis dan mengatakan kepada mereka untuk tidak melewatinya, tetapi mereka telah melanggar perjanjian-Nya dan melewati garis itu. Acaman murka Tuhan sangat serius, ”Aku tidak akan menyertai kamu lagi..” (ayat 12). Dan siapa yang berdosa akan dibakar dengan api bersama dengan segala sesuatu yang ada padanya, bahkan keluarganya (ayat 15).

Perhatikan ayat 13-15Bangsa itu telah dikuduskan dalam persiapan untuk menyeberangi sungai Yordan (3: 5), tetapi sekarang mereka harus dikuduskan untuk mengalami kemenangan. Mereka harus menampilkan diri mereka kepada Tuhan agar Dia bisa mengungkap orang yang telah bersalah (Yosua 7:1). Mereka tidak akan pernah bisa mengklaim warisan mereka selama ada satu orang berpegang teguh pada harta terlarangnya. Malam itu Yosua mengirim kabar ke seluruh perkemahan bahwa orang-orang harus menyucikan diri dan mempersiapkan kebaktian yang akan diadakan keesokan harinya. Saudara bertanya-tanya apakah Akhan dan keluarganya bisa tidur malam itu, atau apakah mereka merasa aman?

Yosua hanyalah manusia biasa, dia bisa jatuh. Apakah Saudara mengalami seperti Yosua? Tuhan terkadang mengizinkan Saudara mengalami kekalahan yang memalukan untuk menguji iman Saudara dan mengungkapkan kepada Saudara apa yang sebenarnya terjadi di hati Saudara. Jangan putus asa. Bertobatlah dan nikmati kemenangan yang disediakan Tuhan dalam perjalanan hidup selanjutnya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd020221)

 

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...