Thursday, 29 June 2023



[Kejadian 22:1-19]
Kamis, 29 Juni 2023

“Kesetiaan hanya teruji dalam ketaatan. Melalui kesulitan dan tantangan hidup, Allah menghidupkan imanku dan memurnikan kesetiaanku”
(Nabi Ibrahim mengurbankan Ishaq - Kitab Kejadian 22:1-19)

Apakah Saudara pernah mengalami situasi yang menekan hidup Saudara dan tidak bisa memahaminya serta berkata “mengapa semua ini harus terjadi menimpa diriku?” Belajarlah dari Nabi Ibrahim yang taat pada perintah Allah mengurbankan Ishaq, anak yang dikasihinya, sebagai kurban bakaran untuk Allah. Bacalah Kitab Taurat, Kejadian 22:1-19.

Ayat 1-2. Sudah kurang lebih 40 tahun Ibrahim mengenal Allah dan hidup bersama-sama Allah, tidak pernah mengalami peristiwa yang mengejutkan seperti ini. Elohim (Allah Pencipta) berfirman: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq... persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran". Kurban bakaran adalah istilah Ibrani "pemusnahan" yang berarti "pengurbanan yang habis terbakar." Perhatikan, ada beberapa hal yang bisa menggoncangkan iman Ibrahim.

Apakah Allah yang dikenal Ibrahim adalah Allah yang mengingkari janji-Nya sendiri; bukan Allah yang setia pada janji-Nya? Sebelumnya, Allah berjanji bahwa keturunan Ibrahim akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Kejadian 12:2). Tetapi sekarang, Allah justru meminta Ibrahim untuk mengorbankan anaknya itu! Apakah Dia penuh cemburu, pembunuh sukacita; bukan Allah yang penuh kasih? Sarah, istri Ibrahim yang sudah lanjut usia itu melahirkan seorang anak laki-laki; ada tawa sukacita kebahagiaan di rumah tendanya. Anak itu diberi nama Ishaq yang artinya “tertawa”. Tetapi sekarang, Allah meminta anak itu!

Apakah Dia menuntut terlalu banyak, bukan Allah yang beranugerah? Bukankah sebelumnya seluruh hidup Ibrahim sudah diperhambakan kepada dan untuk Allah? Sejak 40 tahun silam, saat Ibrahim berusia 75 tahun; dia telah rela dan taat meninggalkan negerinya, rumah bapanya, sanak-saudaranya ke tempat yang ia tidak ketahui. Awalnya, Allah meminta Ibrahim untuk meninggalkan masa lalunya (Kejadian 12). Sekarang, Allah meminta Ibrahim untuk menyerahkan masa depannya (Kejadian 22).

Ayat 3-4. Tetapi, keesokan harinya pagi-pagi benar Ibrahim sudah bangun dan membawa Ishaq ke tempat yang telah ditetapkan Allah untuk dikurbankan. Tiga hari perjalanan yang ditempuhnya, menjadi perjalanan yang berat. Tetapi Ibrahim taat meskipun belum menemukan jawaban atas pergumulan “mengapa Allah memerintahkannya?"

Ayat 5-6. Tersirat bahwa Ibrahim memastikan bahwa dirinya dan Ishaq akan kembali dengan selamat. Ribuan tahun setelah peristiwa tersebut, penulis kitab Ibrani menjelaskan tentang iman Ibrahim (Kitab Ibrani 11:17-19). Ibrahim percaya pada kemahakuasaan dan integritas Allah bahwa Allah itu baik dan dapat disandari. Iman tidak menuntut penjelasan dan tidak bergantung pada perasaan. Iman bertumpu pada Allah dan janji kesetiaan Allah.

Ayat 7,8,14. Betapa gentarnya hati Ibrahim ketika mendengar anaknya bertanya, “tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?” Tetapi dengan iman dan tetap mendaki, Ibrahim menjawab "Yehova Jireh! Allah yang menyediakan”. Meskipun mata Ibrahim tidak melihatnya, tetapi mata imannya melihat Allah menyediakan. Ketaatan memang tidak selalu menyenangkan, bahkan seringkali menyakitkan.

Ayat 10-14. Sesudah itu Ibrahim mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Ibrahim, Ibrahim." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Bayangkan, dengan hati dan tangan yang masih gemetar, Ibrahim memutus tali pengikat Ishaq, mencium peluk anak itu erat-erat. Ibrahim sadar, sebagaimana Ishaq hadir dalam kandungan Sarah juga oleh karena anugerah Allah. Pertolongan Allah hadir tepat pada waktunya, tidak pernah terlambat (bacalah Ibrani 4:16). Yehova Jireh! Allah yang menyediakan apa yang dibutuhkan, seekor domba jantan sebagai korban bakaran ganti Ishaq.

Perhatikan ayat 15-19. Sekali lagi Allah berfirman, “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri... Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku" (ayat 18). Alkitab menyebut Ibrahim sebagai "bapak orang beriman" dan "sahabat Allah" (Roma 4:16; Yakobus 2:21,23).

Bayangkan situasinya, di atas gunung itu Ibrahim memegang pundak anaknya, menunjuk ke langit dan berkata “Allah menguji iman dan kesetiaan kita. Melalui kesulitan dan tantangan hidup, iman kita dihidupkan dan kesetiaan kita dimurnikan, sekalipun itu berarti harus mengorbankan sesuatu yang kita kasihi”

Ishaq merupakan bayangan Kristus yang akan dipersembahkan sebagai Kurban Agung, satu-satunya kurban yang akhirnya bisa dan sepenuhnya menghapus dosa manusia. Yahya pembaptis berkata, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Injil Yahya 1:29; 3:16). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd29062023)

Tuesday, 27 June 2023



[1 Samuel 1-2]
Selasa, 27 Juni 2023


“Memiliki pengenalan yang dalam akan anugerah Kristus Yesus menimbulkan kepuasan hati dan ketangguhan emosi menghadapi apa pun di dalam hidupku"

(Renungan Kitab 1 Samuel 1-2)

 

Beberapa orang berpikir bahwa untuk menjadi tangguh, Saudara entah bagaimana harus bisa mengatasi emosi-emosi Saudara dan tidak dipengaruhi oleh emosi-emosi tersebut. Tetapi sebenarnya, orang yang tangguh dapat menyadari dan menerima emosi-emosi dirinya dan menemukan cara-cara yang sehat untuk menguasai emosi-emosinya.

Di antara orang beriman, ada kecenderungan untuk memiliki keyakinan bahwa "orang beriman yang baik" tidak pernah merasa terpuruk, cemas, frustasi ataupun marah, karena mereka ini selalu penuh dengan sukacita dari Allah. Kenyataannya orang beriman itu memiliki perasaan seperti yang lainnya, tetapi apa yang Saudara buat dengan perasaan-perasaan Saudara, itulah yang menentukan. Yesus sendiri "penuh kesengsaraan, sangat dihina" (Kitab Yesaya 53:3), menangis dalam dukacita (Injil Yohanes 11:35) dan mengalami penderitaan batin yang berat (Injil Lukas 22:44). Tetapi Dia menjalani semuanya dengan tangguh.

Bagaimana kondisi kesehatan emosi Saudara? Apa yang Saudara lakukan apabila Saudara merasa sedih, khawatir atau marah? Bacalah kitab 1 Samuel 1-2; kisah seorang perempuan bernama Hana. Hana adalah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, dan terjadi dari tahun ke tahun. Menariknya, Hana adalah salah satu perempuan yang namanya tercatat di dalam Alkitab dan menjadi bagian penting dalam sejarah kasih Allah menyelamatkan manusia berdosa. Nama Hana berarti "kesayangan atau belas kasihan". Renungkanlah, bagaimana Hana memiliki ketangguhan emosi di tengah penderitaan yang telah dialaminya bertahun-tahun lamanya itu.

Bacalah 1:1-8. Hana memperlihatkan cara bertahan yang berfokus pada emosi yang benar. Karena ia mandul, ia diejek Penina, istri kedua dari suaminya, yang memiliki anak laki-laki dan perempuan. Saat itu, perempuan mandul dianggap mendapat kutukan Allah dan tidak memiliki harapan dalam hidupnya. Ketika Penina mengejeknya, Hana menangis, sehingga suaminya menghiburnya.

Bacalah 1:9-11. Selain menangis tentang kemandulannya, Hana mencari Allah. Dan dengan hati pedih ia berdoa kepada Allah sambil menangis tersedu-sedu. Ia menyampaikan kepada Allah segala perasaan dan keinginannya. Tidak tercatat bahwa Hana mencacimaki Penina (madunya) atau protes kepada Elkana (suaminya).

 

Bacalah 1:11-18. Pada waktu mengunjungi Bait Suci Allah, Hana terus berdoa dengan sungguh-sungguh begitu lama tanpa suara, sampai imam Eli (imam di Bait Suci Allah) menyangka ia sedang mabuk dan menegurnya. Hana memberitahukan kepada imam Eli bahwa ia tidak mabuk, namun “mencurahkan isi hati(nya) kepada Allah” dan berdoa “karena besarnya cemas dan sakit hati” (ayat 15-16). Imam Eli memberkatinya, dan hati Hana dikuatkan kembali.

 

Bacalah 1:19-28. Buah penderitaan dan ketangguhan Hana. Allah mengingat Hana dan menjawab doa Hana. Ia melahirkan seorang anak laki-laki bernama Samuel (“didengar Allah”). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya, meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah. Ia mengungkapkan emosinya lagi saat ia menyerahkan Samuel kepada imam Eli, namun kali ini dengan emosi sukacita.

 

Bacalah 2:1-2. Hana mengungkapkan kepuasan hati dan rasa syukurnya dengan terus berdoa, memuji dan menyembah Allah. Doa Hana "Sukacitaku meluap-luap dengan kabar dari Allah! Seakan aku terbang melayang di udara... menari-nari karena keselamatan dari Allah" (terjemahan versi The Message),

 

Bacalah 2:18-21. Hana sanggup menepati janjinya untuk menyerahkan Samuel yang masih anak-anak untuk melayani di Bait Allah yang berarti bertemu anaknya itu hanya setahun sekali saat Hana memberi Samuel pakaian yang dijahitnya sendiri. Dan perhatikan, Hana diindahkan Allah dan melahirkan 5 anak lagi (3 laki-laki, 2 perempuan).      

 

Di dalam Alkitab, nama Hana disebut hanya di dalam dua pasal saja; tetapi menjadi bagian penting dalam sejarah keselamatan manusia berdosa. Hana melahirkan Samuel yang menjadi nabi dan dianggap tokoh besar setelah Nabi Musa (Kitab Yeremia 15:1). Samuel dipakai Allah untuk mengusung datangnya kerajaan besar; melantik Daud menjadi raja yang besar (Kitab 1 Samuel 16:1-23; 19:18-24). Dan dari keturunan Daud akan lahir Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) (Injil Matius 1:1-6). Bagaimana Saudara meneladani ketangguhan emosi Hana? Berserah kepada Allah, bersandar kepada-Nya dan bersukacita di dalam-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. [erd270623]

Monday, 19 June 2023



 Permasalahan hidup bukanlah akhir perjalanan tetapi

perjalanan menuju kebahagiaan yang disediakan Allah.

Jangan menyerah; tabah dan berserahlah kepada-Nya.

(Renungan Kitab 1 Samuel 1:1-28; 2:18-21)

 

Di dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, kitab 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Kitab 1 Samuel sendiri meliputi hampir 100 tahun sejarah Israel (1105-1010 sebelum Masehi) dan merupakan mata rantai sejarah yang utama munculnya raja Israel. Kitab ini diberi nama menurut nabi Samuel, hakim terakhir dan terbesar bagi bangsanya dan yang pertama  dari garis nabi baru setelah Nabi Musa (Kisah Para Rasul 3:24; 13:20) serta dianggap tokoh terbesar setelah nabi Musa (Kitab Yeremia 15:1). Dia dipakai Allah untuk mengusung datangnya kerajaan besar bagi bangsanya; melantik Daud menjadi raja yang besar (Kitab 1 Samuel 16:1-23; 19:18-24). Dari keturunan Daud akan lahir Mesias, Yesus Kristus (Isa Al-Masih) (Injil Matius 1:1). Menariknya, kisah ini diawali dengan kisah duka nestapa, kisah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, menderita dari tahun ke tahun. Perempuan itu bernama Hana (“kesayangan, belas kasihan”), ibunya Nabi Samuel. Bacalah kitab 1 Samuel 1:1-28 dan 2:1-10, 18-21.

Perhatikan 1:1-8. Kesulitan hidup yang harus dijalani. Elkana (suami Hana) tampaknya bukan seorang laki-laki biasa. Silsilah keluarga (ayat 1) menyiratkan kehormatan keluarga Elkana yang kaya dan terpandang. Hal ini diperkuat dengan jenis dan jumlah persembahan yang dibawa oleh Elkana ke rumah Allah setiap tahun (ayat 4-5, 24-25). Tetapi Hana harus menerima keadaan bahwa bukan hanya dirinya satu-satunya wanita yang dinikahi oleh suaminya. Kenyataan bahwa Penina (madunya) memiliki anak sedangkan dirinya tidak, bahkan tidak bisa memiliki anak karena mandul (ayat 2) semakin menyedihkan hatinya. Jika suaminya meninggal, tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk kelangsungan hidupnya. Saat itu, istri yang mandul dianggap menerima kutukan Allah. Madunya selalu menyakiti hatinya (karena mandul) supaya gusar (hati yang bergejolak dan kacau), dari tahun ke tahun. Seharusnya Hana bersukacita setiap tahun pergi ke Bait Allah tetapi justru menjadi neraka karena madunya menyakiti hatinya (perlakuan yang tidak sepantasnya). Hana menangis dan tidak mau makan (ayat 6-7). Hana semakin sedih karena pernyataan suaminya yang terkesan egois karena mengutamakan keberhargaan dirinya sendiri (ayat 8). Perhatikan, bagaimana sikap Hana ketika menjalani penderitaan dalam hidupnya dan merasa tidak memiliki masa depan karena mandul?

Perhatikan ayat 9-18. Tabah, setia kepada Allah dan mencari-Nya. Hana tidak menyerah. Dia tetap tabah dalam pengertian sabar menjalani situasi hidup yang dialaminya. Penganiayaan dari madunya terhadap Hana mendorong Hana untuk mencari Allah (ayat 9-10). Hana menjalani hidup dengan keyakinan pada pemeliharaan Allah. "Tuhan semesta alam" adalah nama ilahi yang dipakai untuk pertama kalinya di dalam kitab nabi-nabi mulai dari kisah Hana ini (ayat 11). Gelar ini menyatakan kedaulatan Allah atas alam semesta dan meyakinkan Hana untuk tidak meninggalkan Allah dan tetap setia pada-Nya di tengah penderitaan yang dialami bertahun-tahun lamanya. Bertahun-tahun Hana menjalani penderitaan, bertahun-tahun juga Hana lewati dengan tetap datang ke Bait Allah "Tuhan semesta alam" (ayat 7). Hana dengan bebas dan sungguh-sungguh mencurahkan hatinya kepada Allah (ayat 13, 15; baca kitab Mazmur 142:2-3).

Perhatikan ayat 19-20. Buah penderitaan. Kecaman imam Eli kepada Hana berubah menjadi berkat. Hana pergi meninggalkan Bait Suci Allah dengan ketenangan hati (ayat 17-18). Allah menjawab doa Hana dan ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Samuel ("didengar Allah") (ayat 19-20). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya, meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah (ayat 11).

Perhatikan ayat 21-28 dan 2:18-21. Kesetiaan kepada janji. Setelah bertahun-tahun dalam penderitaan dan berdoa kepada Allah, Hana yang mandul akhirnya diingat Allah dan melahirkan seorang anak laki-laki. Tetapi ia tetap setia pada janjinya. Atas persetujuan suaminya, setelah menyapih Samuel, Hana membawa anaknya yang masih kecil itu ke Bait Suci Allah (ayat 11, 21-24). Hana bertemu anaknya hanya setahun sekali pada saat ia memberinya pakaian yang dijahitnya sendiri (2:19). Perhatikan penjelasan Hana tentang nama anaknya; Samuel adalah anak yang diminta Hana dari Allah dan sekarang diserahkan kepada Allah apa yang diminta sesuai kehendak-Nya (ayat 17, 27-28). Hana terus mengungkapkan pujian, rasa syukur dan penyembahan kepada Allah (2:1-10). Dan Allah mengindahkan Hana, ia melahirkan 5 anak lagi (3 laki-laki, 2 perempuan); sementara itu Samuel tumbuh makin besar di hadapan Allah untuk melayani Dia (2:18-21).

Kisah Hana ("belas kasihan") adalah kisahnya Allah sendiri yang dengan kasih dan anugerah-Nya menyelamatkan manusia berdosa yang menderita dan yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Berserahlah kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd19062023).

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...