Saturday, 29 May 2021



[Ester 6:1-14]
Sabtu, 29 Mei 2021

 "Yang tidak Saudara sadari dan ketahui, tangan Allah yang tidak kelihatan itu 
bekerja untuk kebaikan Saudara."
(Kitab Ester 6:1-14)

Ingat peristiwa sebelumnya, Haman dengan otoritas raja Ahasyweros membuat siasat untuk membinasakan semua orang Yahudi yang terbuang di  127 daerah kerajaan Persia, mulai dari India sampai ke Etiopia (Ester 1:1; 3:13). Kemudian, Mordekhai dan Ester (sudah menjadi ratu) serta orang-orang Yahudi lainnya berpuasa 3 hari lamanya (Ester 4:16-17). Bukan saja berpuasa, Mordekhai dan ratu Ester mulai bertindak. Yang tidak mereka sadari dan ketahui adalah tangan Allah yang tidak kelihatan sedang bekerja menyelamatkan mereka. Bacalah Kitab Ester 6:1-14; bagaimana Allah yang bekerja di belakang layar.

Perhatikan ayat 1-5, pemeliharaan Allah dalam keadaan yang kritis. Haman menyuruh membuat tiang gantungan untuk Mordekhai besok paginya (Ester 5:14) dan Ester tidak dapat menolong. Tetapi dalam waktu yang mendesak tersebut, Allah bekerja di belakang layar melalui beberapa peristiwa yang kelihatannya hanya "kebetulan" saja.

Pertama, ada banyak kemungkinan mengapa raja tidak dapat tidur malam itu. Tetapi realitanya, saat itulah raja menemukan suatu kebenaran yang akhirnya bisa merubah keadaan secara radikal. Kedua, ada banyak hal yang bisa dilakukan raja saat tidak dapat tidur. Tetapi realitanya, raja bertitah untuk mengambil kitab sejarah dan dibacakan untuknya. Ketiga, ada banyak kitab sejarah dan tidak ada perintah raja untuk mengambil kitab sejarah tertentu. Tetapi realitanya, kitab sejarah yang dibacakan adalah tentang Mordekhai yang berjasa menyelamatkan raja dari rencana pembunuhan (Ester 2:19-23). Keempat, ada banyak alasan mengapa terjadi penundaan pemberian anugerah kehormatan kepada Mordekhai. Ada penundaan 5 tahun lamanya (Ester 2:16; 3:7). Tetapi realitanya, penundaan itu akhirnya terwujud justru di waktu yang tepat. Allah bertanggung jawab dan sudah memiliki hari yang dipilih-Nya untuk Mordekhai mendapat kehormatan. Apakah Saudara juga mengalami "penundaan anugerah kehormatan" dalam hidup Saudara? Menurut Saudara, adakah hal baik yang layak Saudara terima saat ini tetapi belum terjadi? Renungkan, mungkin Allah sudah merancangkan waktu yang tepat, yang tidak Saudara pahami saat ini. Penundaan Allah bukan penolakan Allah. Kelima, ada kemungkinan Haman tiba dua jam kemudian setelah raja membaca kitab sejarah tentang jasa Mordekhai. Raja akan berkonsultasi dengan penasihat lain, dan Haman akan terhindar dari peristiwa perayaan kehormatan untuk Mordekhai. Tetapi realitanya, Haman muncul di waktu yang pas. Allah ingin Haman menghabiskan hari itu untuk menghormati Mordekai yang tidak jadi digantungnya. Allah benar-benar memperingatkan Haman bahwa dia lebih baik mengubah arah atau dia akhirnya akan dihancurkan.

Perhatikan ayat 4-11, betapa humorisnya Allah mengatur rancangan-Nya. Pertama, mungkin saja Haman telah terjaga sepanjang malam hingga pagi menikmati pembangunan tiang gantungan. Haman ingin melihat raja sesegera mungkin memberikan izin untuk menggantung Mordekhai; semakin awal digantung, semakin baik dan menyenangkan hatinya. Tubuh Mordekhai akan jadi pameran sepanjang hari dan menjadi ketakutan bagi orang-orang Yahudi di kota. Setelah mengeksekusi Mordekhai, Haman bisa yakin bahwa semua orang akan mematuhi perintah raja dan tunduk padanya. Tetapi realitanya, justru raja Ahasyweros hendak menghormati Mordekhai.

Kedua, Haman memberikan usulan kepada raja seperti yang begitu diinginkannya (ayat 7-9). Tetapi realitanya, justru itulah kehormatan yang diberikan kepada Mordekhai, bukan kepada Haman.

Ketiga, sebelumnya Haman berkata kepada istri dan semua sahabatnya:  "si Mordekhai, si Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana" (Ester 5:13). Tetapi realitanya, sekarang raja berkata kepada Haman: "kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang istana" untuk sesuatu yang baik bagi Mordekhai. Sebuah pukulan telak bagi Haman.

Perhatikan ayat 12-14, prediksi Haman yang berbeda dengan yang dirancangnya. Sangat kontras dengan akhir pasal 5, justru Mordekhai mendapat kehormatan dari raja Ahasyweros. Dan Haman dengan segera menuju kepada kehancurannya (ayat 14, bandingkan 5:5; 6:10). Jika Mordekhai pernah bingung karena raja mempromosikan Haman tetapi mengabaikannya (3:1), dia akan segera mengetahui bahwa sebenarnya Allah tidak melakukan kesalahan.

Jadi, kedaulatan Allah tidak menghilangkan tanggung jawab manusia. Dan pada akhirnya rencana Allah yang akan menyempurnakan rencana Saudara. Bersyukurlah dan percayalah: Tangan Allah yang tidak kelihatan itu bekerja untuk kebaikan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd290521)

Thursday, 27 May 2021



[Kisah Para Rasul 2:1-13]
Kamis, 27 Mei 2021

Peristiwa turunnya Roh Kudus membawa harapan dan 
semangat untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.
(Kisah Para Rasul 2:1-13)
https://alkitab.app/v/e4b5a1d2c728

Sesaat sebelum naik ke sorga, Tuhan Yesus Kristus berjanji kepada murid-murid-Nya bahwa tidak lama lagi Roh Kudus akan turun ke atas mereka (Kisah Para Rasul 1:4-5, 8), dan Dia menggenapinya. Peristiwa turunnya Roh Kudus di Yerusalem, menjadi bukti bahwa Tuhan Yesus Kristus menepati janji-Nya kepada mereka. Renungkan, apa yang dipikirkan murid-murid Yesus pada saat itu ketika mereka melihat Yesus menggenapi janji-Nya? Ingat, sebagai saksi Yesus Kristus, mereka sedang menghadapi pergumulan, ancaman bahkan penderitaan. Sekarang, setelah ribuan tahun berlalu, ketika merayakan peristiwa turunnya Roh Kudus di Yerusalem (Kisah Para Rasul 2:1-13), kebenaran apa yang Saudara renungkan yang menguatkan iman Saudara? Bacalah  sebagian deskripsi kisahnya dalam Kisah Para Rasul 2:5-13. 

Perhatikan ayat 5-8. Ingat, hari raya Pentakosta di Yerusalem dihadiri oleh orang-orang Yahudi dari semua bangsa di dunia dengan bahasa masing-masing. Dan dengan kuasa Roh Kudus, murid-murid bisa berbicara tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah dalam bahasa mereka. Kata Yunani untuk "bahasa" adalah "dialektos" dan dari kata inilah muncul istilah/kata "dialek"

Perhatikan ayat 9-11, dari mana mereka datang? Daftar ini mewakili orang Yahudi dari seluruh dunia yang diketahui di abad pertama. 

“Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia”  (ayat 9) berasal dari daerah “Bulan Sabit Subur” (Mesopotamia), daerah asal dari mana Abraham dipanggil (Ur-Kasdim, Kejadian 11:28) dan dari mana Israel dan Yehuda telah diasingkan (Asyur, Babilonia). Negara-negara modern di “Bulan Sabit Subur” antara lain Israel, Yordania, Lebanon, Suriah, Irak dan Iran Barat.

“Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia”  (ayat 9-10) adalah daerah-daerah dari Turki modern.

“Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene” (ayat 10) adalah daerah-daerah dari Afrika Utara.

“pendatang-pendatang dari Roma”  (ayat 10), para peziarah Yahudi yang bertobat pada kesempatan ini lah yang mungkin telah menjadi asal usul dari gereja di Roma.

“penganut agama Yahudi” (ayat 11), ini menunjuk pada orang bukan Yahudi yang beralih agama kepada Yudaisme. Mereka hadir di Yerusalem karena semua laki-laki Yahudi diwajibkan untuk menghadiri tiga hari raya tahunan utama (lihat Keluaran 23:14-19 dan Imamat 23).

“orang Kreta” (ayat 11).  Kreta adalah sebuah pulau besar di Laut Tengah dekat dengan Turki. Ini mungkin sebagai sebutan kolektif bagi pulau-pulau Aegean, yang berbatasan dengan Yunani daratan di barat dan utara dan Turki di timur.

“orang Arab” (ayat 11), ini menunjuk pada keturunan Esau. Ada beberapa banyak suku bangsa Arab tersebar di bagian Selatan Timur Dekat (bagian dari benua Afrika).

Penafsir Alkitab mengatakan bahwa peristiwa saat Pentakosta itu adalah pembalikan penghakiman di Menara Babel ketika Allah membingungkan bahasa manusia (Kej 11: 1-9). Di Babel, orang-orang tidak dapat memahami satu sama lain karena dikacaukan bahasanya, tetapi pada Pentakosta, mereka bersama-sama hadir dari berbagai daerah, bersama-sama mendengar tentang Yesus Kristus di dalam dialek-dialek asli mereka. Menara Babel dirancang manusia untuk memuji diri dan membuat namanya sendiri besar, tetapi peristiwa Pentakosta membawa pujian kepada Allah. Ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah tanda yang meneguhkan bagi mereka tentang kebenaran dari berita baru mengenai Allah bagi seluruh dunia.

Kenyataannya, Allah membuat mereka semua tahu bahwa Injil adalah untuk seluruh dunia. Allah ingin berbicara dengan setiap orang dalam bahasanya sendiri dan memberikan pesan penyelamatan yang menyelamatkan dalam Yesus Kristus. “Menjadi saksi Yesus Kristus sampai ke ujung bumi” (1:8) adalah tema penting dalam Kitab Kisah Para Rasul. 

Renungkan, sanggupkah murid-murid Yesus Kristus menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi? Mereka harus berhadapan dengan pemerintah Romawi yang berkuasa saat itu dan mengalami banyak penderitaan. Dan Roh Kudus memampukan mereka. Kitab Kisah Para Rasul sebenarnya adalah kisah Roh Kudus sendiri. Dia ada di hati Saudara ketika Saudara percaya kepada Yesus Kristus. Dan kisah Roh Kudus serta kuasa-Nya masih terus terjadi hingga saat ini, dalam diri dan hidup Saudara. Jadilah saksi-Nya sampai ke ujung bumi. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Saturday, 22 May 2021



 [Ester 5:1-14]

 Waspadalah, "ke-aku-an" adalah dosa yang mematikan.
 (Kitab Ester 5:1-14)

 Dengan mengatasnamakan raja Ahasyweros (Kerajaan Persia), Haman telah menulis surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya. Surat perintah supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dan supaya dirampas harta milik mereka. Ikhtiar jahat ini dilakukan ketika Haman sangat panas hatinya setelah melihat Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya (Kitab Ester 3:5, 12-15). Bagaimana persiapan yang dilakukan Haman? Bacalah Kitab Ester 5:1-14. Siapa yang menggali lubang, ia akan terperosok ke dalamnya. Siapa yang berniat (berbuat) jahat terhadap orang lain akan mendapat kecelakaan sendiri.

Perhatikan ayat 1-8. Menghadapi ancaman pemusnahan atas diri mereka, semua orang Yahudi berpuasa selama 3 hari. Dan Ratu Ester (orang benar) melakukan persiapan serta bertindak dengan hikmat. Tuhan membimbing dan memelihara mereka di tengah ketegangan yang ada. Sangat kontras dengan Haman (orang fasik) dengan apa yang dilakukannya. Bacalah bagian berikutnya, ayat 9-14; tindakan yang sombong dan emosional.

Perhatikan ayat 9 dan 13, kerapuhan kesuksesan duniawi. Dengan kekuasaan dan kehormatan yang diperoleh dari raja Ahasyweros, Haman bisa hidup dengan hati yang riang dan gembira. Tetapi seketika bisa lenyap ketika melihat Mordekhai, orang buangan yang dibencinya; sangat panas hatinya (ayat 9). Kata Haman, “Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu” (ayat 13).

Perhatikan ayat 10-12, kebodohan orang sombong. Sungguh suatu kehormatan bagi Haman menghadiri perjamuan khusus dengan Raja dan Ratu sendirian di tempat istimewa pada saat itu! Mustahil setiap pejabat di istana dihormati seperti itu, dan Haman membanggakannya. Fakta bahwa ratu mengundang Haman ke perjamuan kedua hanya meningkatkan kepercayaan diri manusia jahat ini, dan itulah respons yang diinginkan Ester.

Kesombongan orang fasik. Dengan percaya diri, Haman meninggalkan istana dan kembali ke rumah dengan hati yang menyenangkan. Bangga dengan makan malam ekslusif bersama Raja dan Ratu, dan mengantisipasi perjamuan kedua pada malam berikutnya, apa yang diceritakan Haman kepada sahabat-sahabat dan isterinya ketika pulang ke rumah? Perhatikan jumlah kata ganti pribadi maskulin di sini: hatinya, rumahnya, sahabat-sahabatnya, isterinya, kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki (10 anak, Ester 9:7-10), kebesarannya, kenaikan pangkatnya, dan “kecuali aku”. Banyak penafsir Alkitab yang meyakini bahwa "ke-aku-an"/kesombongan adalah esensi dari dosa (lihat Kejadia 3:4-5).

Perhatikan ayat 9b, 13-14. Haman "dipenuhi dengan kemarahan terhadap Mordekhai" dan meracuninya sehingga dia bahkan tidak bisa menikmati kebesaran diri yang dibicarakannya! "Tetapi semua itu tidak berarti, selama masih kulihat Mordekhai, orang Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana." Rasul Paulus membandingkan dendam dan kebencian seperti ragi, dari yang sangat kecil tetapi berangsur-angsur tumbuh mengkamirkan seluruh adonan (1 Korintus 5:8). Dendam dan kebencian dalam hati orang Kristen bisa mendukakan Roh Kudus Allah dan ahrus dikeluarkan dalam hidup mereka (Efesus 4:30-32; Kolose 3:8).

Haman telah menginfeksi istri dan semua sahabatnya dengan kebenciannya yang berdosa terhadap orang-orang Yahudi, dan mereka menyarankan agar Haman meminta izin raja untuk menggantung Mordekhai. Dan tanpa pertimbangan yang matang, Haman segera menuruti saran mereka membuat tiang gantungan. Ironi, realitanya perjamuan yang dirancang Ester tersebut justru menjadi alat Tuhan untuk menyatakan kebenaran dan menjatuhkan hukuman mati kepada Haman. Haman dihukum mati di tiang gantungan yang dibuatnya; bahkan kesepuluh anak laki-laki Haman mati terbunuh juga (Ester 7: 6,10; 9:12).

Jadi Saudara... waspadalah, "ke-aku-an" adalah dosa yang mematikan. Sadarlah dan mintalah hikmat Tuhan dalam setiap langkah Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd210521).

Friday, 21 May 2021



[Ester 5:1-14]
Kamis, 20 Mei 2021

 

Mintalah hikmat dari Tuhan dalam setiap langkah Saudara
dan serahkanlah hasilnya ke dalam tangan-Nya.
(Ester 5:1-14)

"kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku... tiga hari lamanya... dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati" (Kitab Ester 4:16). Setelah 3 hari berpuasa, apa yang terjadi selanjutnya? Bacalah Kitab Ester 5:1-14, terjadinya titik balik bagi Ester dan umat Allah. Perhatikan ayat 1-8, apa yang dilakukan Ester dan bagaimana pemeliharaan Tuhan dinyatakan?

Perhatikan ayat 1. Orang-orang Yahudi telah berpuasa dan berdoa selama tiga hari, meminta Tuhan untuk mengintervensi dan menyelamatkan mereka dari pemusnahan. Tidak cukup bagi orang-orang Yahudi untuk berdoa dan memiliki iman bahwa Tuhan akan bekerja. Seseorang harus bertindak, karena "iman tanpa perbuatan,  pada hakekatnya adalah mati" (Yakobus 2:17); dan sekarang Ester bertindak. Tetapi Ester tidak beroperasi berdasarkan "iman buta".

Ester melakukan persiapan yang matang dan bertindak dengan hikmat. Ester bertindak setelah meminta pertolongan Tuhan, “pada hari yang ketiga” – sejak puasa (ayat 1). Bukan sekedar berpuasa, Ester mempersiapkan diri sebaik-baiknya, “mengenakan pakaian ratu” (ayat 1). Jadi, pengharapannya pada anugerah Allah tidak menghilangkan tanggung jawab Ester untuk bertindak dengan benar.

Perhatikan ayat 2-6, Ester mendapat perkenan/kasih sayang dari raja Ahasyweros (bandingkan 2:15, 17). Sebelumnya, Ester sudah bersiap mati, karena jika menghadap raja tanpa dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati (4:11). Jadi sebenarnya, mendapat kasih sayang raja adalah anugerah Tuhan.

Perhatikan ayat 7-8. Ester bertindak dengan hikmat. "Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi" (ayat 6). Tetapi yang diminta Ester adalah raja datang kembali keesokan harinya; dan raja menurutinya. “Pada hati manusia ada rencana, tetapi jawaban lidah berasal dari YAHWEH” (Amsal 16:1, Modern Bible). Sekali lagi, Tuhan menunjukkan anugerah-Nya.

Saat sudah bertemu raja Ahasyweros, ratu Ester tidak segera memberi tahu raja tentang rencana jahat Haman yang akan memusnahkan semua orang Yahudi di daerah kerajaan Persia (Ester 3:13). Ada beberapa pertimbangan Ester yang bisa Saudara teliti. Tetapi ada satu alasan yang bahkan Ester sendiri tidak menyadarinya pada saat itu. Tuhan bekerja sebelum Ester berjumpa dengan raja Ahasyweros pada kesempatan berikutnya. Perhatikan pasal selanjutnya, "Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja. Dan di situ didapati suatu catatan tentang Mordekhai" (Ester 6:1-2). Nanti pada akhirnya raja Ahasyweros menghormati Mordekhai, tetapi pada saat yang sama menghina Haman. Dan hal ini akan membantu mempersiapkan raja Ahasyweros untuk mendengarkan petisi Ester; menjadi titik balik Ester dan umat Allah.

Sekarang perhatikan perjamuan yang diadakan Ester; ada tiga bukti kedaulatan Tuhan. Pertama, Tuhan menahan Ester dari memberi tahu raja Ahasyweros kebenaran tentang Haman, sampai setelah raja menghormati Mordekhai. Kedua, raja menerima penundaan dan setuju untuk datang ke jamuan kedua. Raja-raja seperti Ahasyweros tidak terbiasa disuruh menunggu. Rencana apa pun yang dibuat raja Ahasyweros untuk malam berikutnya dibatalkan untuk meluangkan waktu untuk pesta kedua ratu Ester. Benarlah kata Amsal, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana" (Amsal 19:21). Ketiga, tidak ada yang tahu bahwa Ester adalah seorang Yahudi yang mencoba menyampaikan informasi penting kepada raja. Bayangkan apa yang terjadi, seandainya Haman tahu kewarganegaraan ratu, dia akan segera menyusun rencana untuk mencegahnya. Intrik berbahaya di istana akan terjadi, oleh orang-orang yang memberitahu Haman tentang siapa Ester, orang Yahudi yang terhubung dengan Mordekhai.

Begitulah keajaiban anugerah dan pemeliharaan Tuhan. Tetapi, anugerah Tuhan bukan berarti Saudara tidak perlu berstrategi dengan pintar dan berhikmat. Saudara perlu melakukan rencana dengan rendah hati dan berhati-hati. Mintalah hikmat dari Tuhan dalam setiap  langkah Saudara dan serahkanlah hasilnya ke dalam tangan-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd200521)

Wednesday, 19 May 2021



[Kis. 1:12-14]
Rabu, 19 Mei 2021

“Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama”
(Kisah Para Rasul 1:12-14)

Tuhan Yesus sudah naik ke sorga, murid-murid memulai hidup baru sebagai saksi-Nya tanpa kehadiran-Nya di tengah-tengah mereka. 

Perhatikan, rasul-rasul kembali ke Yerusalem (ayat 12). Bukankah di Yerusalem ada banyak musuh mereka, musuh yang sudah menyalibkan Yesus Kristus? Realitanya, mereka akan mengalami penganiayaan yang berat dalam waktu dekat, bahkan salah seorang diantara mereka, Yakobus, akan kehilangan nyawa karena Kristus (Kisah Para Rasul 12:1-2). Bahkan, Tuhan Yesus pun pernah berkata, “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala” (Matius 10:16). Tetapi, murid-murid taat dan siap menjadi saksi Kristus di Yerusalem (ayat 8). Bagaimana mereka menghadapi tantangan penganiayaan yang akan mereka alami? Bacalah Kisah Para Rasul 1:12-14.

Mereka saling percaya. Semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama (Kisah Para Rasul 1:14; 2:46). Frasa “dengan sehati” menjadi kuncinya. Perhatikan, kelompok orang percaya yang mula-mula itu sungguh bermacam-macam. Bahkan disebutkan beberapa perempuan bersama-sama mereka, bukan hanya laki-laki; dan bukan hanya para rasul tetapi juga orang “awam”.

Saudara-saudara Tuhan Yesus (Injil Matius 13:55; Injil Markus 6:3), tidak percaya kepada-Nya semasa pelayanan-Nya di bumi ini (Injil Yohanes 7:5); tetapi mereka menjadi percaya sesudah kebangkitan-Nya. Dan sekarang mereka ikut serta dalam penyembahan dan doa bersama-sama dengan yang lainnya. Maria juga hadir dalam kelompok itu. Saat itu, keluarga Tuhan Yesus mungkin saja menginginkan perlakuan khusus, tetapi mereka tidak melakukannya.

Mungkin saja Petrus dikritik karena kepengecutannya dan pernah menyangkal Tuhan Yesus. Atau, Petrus dapat juga menyalahkan Yohanes karena dialah yang membawa Petrus ke halaman istana Imam Besar (Yohanes 18:15-16). Yohanes sendiri mungkin mengingatkan yang lain bahwa dengan setia ia telah berdiri di dekat salib, dan telah dipilih oleh Tuhan Yesus untuk merawat ibu-Nya. Tetapi semua itu tidak terjadi, mereka berkumpul dengan sehati dalam doa bersama-sama.

Perhatikan; bagaimana Matius, mantan pemungut cukai bisa berkumpul bersama mereka. Mungkin saja yang lain mengucilkannya, karena pekerjaannya yang dulu itu dianggap bagian dari pemerintah Romawi, musuh yang menjajah mereka. Pemungut cukai dimasukkan golongan orang berdosa, bahkan disejajarkan dengan perempuan-perempuan sundal (Injil Matius 21:31). Sangat mungkin terjadi perselisihan dengan Simon orang Zelot. Zelot adalah sejenis partai fanatik saat itu, golongan orang-orang Yahudi yang mati-matian menentang kuasa penjajah Romawi, berjuang untuk kebebasan politik. Tetapi perselisihan itu tidak terjadi. Matius dan Simon bisa berkumpul dengan sehati dalam doa bersama-sama.

Jadi, tak seorang pun yang mempersoalkan tentang siapa yang terbesar di antara mereka; bukan saatnya untuk menanyakan “Siapa yang terbesar?” atau “Siapa yang paling berdosa?”  Yang menjadi pusat dalam persekutuan mereka adalah Kristus yang bangkit, dan mereka semua mengasihi serta mengagungkan Dia. Bagi mereka, saat itu adalah waktu untuk berdoa bersama dan berdiri bersama di dalam Tuhan. Mereka telah diberi tanggung jawab yang serius untuk membawa kesaksian kepada dunia yang terhilang, dan tidak seorang pun dari mereka yang dapat melakukannya seorang diri. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, mempersiapkan diri melakukan pekerjaan yang ada di hadapan mereka dengan segala tantangan bahkan penderitaannya.

Dan kita tahu, mulai dari mereka lah tanggung jawab sebagai saksi Kristus dikerjakan di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi, seperti yang dikehendaki-Nya (Kisah Para Rasul 1:8).

Bagaimana dengan Saudara bersama-sama dengan gereja, persekutuan, komunitas dan keluarga Saudara sendiri? Apakah kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, menyatukan hati bersama-sama dalam doa dan menjadi saksi-Nya? Di tengah-tengah pergumulan, tantangan dan penderitaan sebagai saksi-Nya, masihkah ada mementingkan diri sendiri? Tidak cukup bagi orang Kristen untuk beriman kepada Tuhan saja, mereka harus saling percaya; dan Tuhan menyertainya sampai kepada akhir zaman (ayat terakhir Injil Matius 28:20). Tuhan Yesus Kristus memberkati. 

Monday, 17 May 2021



[Kisah Para RAsul 1:1=11]
Senin, 17 Mei 2021

(Kisah Para Rasul 1:1-11)
https://alkitab.app/v/fc47f61b0fcb

 "Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem... mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama"  (Kisah Para Rasul 1:12, 14). Dan mulailah Roh Kudus dengan kuasa-Nya menggerakkan murid-murid menjadi saksi-saksi Yesus Kristus. Ingatlah perikop sebelumnya, ada 4 hal penting dalam peristiwa kenaikan Yesus ke sorga; hal yang menggerakkan murid-murid. Baca sekali lagi Kisah Para Rasul 1:1-11.

Pertama: IMAN (ayat 1, 3, 9-10). Segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus tentang Kerajaan Allah, khususnya tentang penderitaan, kematian dan kebangkita-Nya; sudah lengkap dengan kenaikan Yesus yang disaksikan murid-murid-Nya. Hal ini meneguhkan iman murid-murid dalam hidup mereka selanjutnya sebagai saksi Kristus.

Kedua: KETAATAN (ayat 4). Yesus melarang murid-murid meninggalkan Yerusalem, dan mereka menaatinya.

Ketiga: PENGERTIAN YANG BERNAR (ayat 6). Sebelumnya, murid-murid salah mengerti konsep tentang Kerajaan Allah dengan cara pandang duniawi mereka. Yesus berulang-ulang mengajar mereka tentang Kerajaan Allah berdasarakan kebenaran Kitab Suci.

Keempat: KUASA (ayat 4, 5, 8). Kuasa Roh Kudus yang dijanjikan Bapa. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu... dan kamu akan menjadi saksi-Ku"

Saudara... hari raya Kenaikan Isa Alamasih, Yesus Kristus, sudah berlalu. Mungkin Saudara segera akan melupakannya. Tetapi ingatlah 4 hal penting dalam peristiwa kenaikan-Nya: IMAN, KETAATAN, PENGERTIAN YANG BENAR, KUASA. Bagaimana 4 hal penting tersebut meneguhkan Saudara untuk hidup sebagai saksi-Nya?

Selamat memasuki hari yang baru di minggu yang baru. Tuhan Yesus Kristus memberkati. 

Friday, 14 May 2021



[KENAIKAN YESUS KE SORGA]
Jumat, 14 Mei 2021

Kenaikan Yesus ke sorga dan pesan yang ditinggalkan-Nya.
(Lukas 24:44-48; Kisah Para Rasul 1:10-11)

Malam takbiran kemarin, dengan tulus saya kirim pesan kepada seorang sahabat, menyampaikan selamat “Hari Raya Idul Fitri 1442 H”. Dan langsung direspon dengan menyampaikan selamat “Hari Kenaikan Isa Al-masih”, respon yang saya tidak duga sebelumnya. Memang tahun 2021 di Indonesia, kedua hari raya tersebut dirayakan pada hari yang sama, Kamis 13 Mei 2021.

Kejadian di atas, bagi saya pribadi, menambah nilai penghayatan peringatan kenaikan Yesus ke sorga yang disaksikan murid-murid-Nya pada saat itu. Memang peristiwa itu penuh makna dan berita suka cita bagi yang mengimaninya, tetapi bagaimana hal itu juga menjadi kabar baik dan sukacita bagi semua orang; seperti yang dikehendaki Yesus? Saya teringat dua peristiwa yang dikisahkan oleh Lukas dalam kedua bukunya, Injil Lukas 24:44-48 dan Kisah Para Rasul 1:10-11.

Perhatikan Kisah Para Rasul 1:10-11. Berkatalah malaikat kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."  Bayangkan, mereka langsung menyaksikan Yesus terangkat sampai ke awan-awan; peristiwa  yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mereka saksikan secara langsung. Pastilah peristiwa yang menakjubkan bagi mereka. Lalu mengapa malaikat  menegur mereka?

Teliti ayat sebelumnya, tertulis bahwa sebenarnya Yesus telah tertutup awan dan hilang dari pandangan mereka, tetapi mereka masih saja memandang ke awan dan saat itulah malaikat menegur meraka. Tersirat bahwa mereka larut dalam ketakjuban kenaikan Yesus. Mereka seperti orang yang takut dan kebingunan, seperti orang yang terkejut dan kehabisan akal. Bahkan tersirat mereka belum siap berpisah secara fisik dengan Yesus dan berharap sesuatu terjadi, bahkan berharap Yesus segera turun kembali (lihat ayat 6).

Pernyataan malaikat bahwa Yesus terangkat ke sorga “meninggalkan mereka” dan “akan datang kembali dengan cara yang sama” mengingatkan mereka tentang tugas yang harus mereka kerjakan. Yesus Kristus akan datang kembali dan meminta pertanggungjawaban tentang bagaimana mereka menjalankan kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka.

Mereka telah melihat kemuliaan Yesus terangkat ke sorga, tetapi “orang-orang Galilea” ini masih menginjakkan kaki di bumi dan ada tugas yang harus segera mereka kerjakan. Bukankah sebelumnya Yesus sudah berkata, “kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (ayat 8)? Oleh karena itulah, malaikat menegur mereka.

Perhatikan Lukas 24:44-48. Saya juga teringat peristiwa penting lainnya yang dilakukan Yesus sebelum terangkat kembali ke sorga, yang ditulis oleh Lukas di bagian akhir injilnya: lalu Yesus membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini”. 

Perhatikan, bahwa semua murid belum mengerti Kitab Suci, dan sebelum Yesus kembalike sorga, diri-Nya perlu membuka pikiran semua murid-Nya. Jadi, pemahaman Kitab Suci yang benar menjadi perhatian serius bagi Yesus disekitar peristiwa kenaikan-Nya ke sorga. 

Bahwa seluruh Kitab Suci (Kitab Kejadian – Kitab Wahyu) intinya adalah berbicara tentang Yesus Kristus, Mesias, Juruselamat. Ada 2 tema makro/utama di dalamnya: Tema pertamaMesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga” (Lukas 24:46; Kejadian 3:15); Tema kedua“Pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa” (Lukas 24:47; Kejadian 12:1-3).

Jadi, pada waktu murid-murid menyaksikan kenaikan Yesus ke sorga, mereka diingatkan tentang tanggung jawab sebagai saksi-Nya, dengan tulus menceritakan kabar baik keselamatan di dalam diri-Nya, seperti yang tertulis dalam Kitab Suci. Apakah Saudara sudah menjadi saksi-Nya? Apakah Saudara sudah mengerti inti tema Kitab Suci? Selamat menghayati hari “Kenaikan Isa Al-masih” yang bersamaan dengan hari raya “Idul Fitri 1442 H” Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd13052021)

Thursday, 13 May 2021



[Ester 4:1-17]
Kamis, 13 Mei 2021

 Jangan lari dari kesulitan, siapa tahu kesulitan ini adalah kesempatan 
yang Allah berikan untuk menumbuhkan Saudara.

(Ester 4:1-17)

Ingat Ester 3:1-15,  situasi genting yang dihadapi orang-orang Yahudi yang terbuang di Persia pada bulan Nisan (Maret-April) tahun 474 sM. Surat perintah pemusnahan semua orang Yahudi sudah terkirim dengan cepat ke 127 daerah kekuasaan raja Ahasyweros, mulai dari India sampai Etiopia (Ester 3:13). Bagaimana mereka menghadapinya dan akhirnya bisa selamat, bacalah Kitab Ester 4:1-17.

Perhatikan Ester 4:1-3, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis. Mordekhai tampil sebagai orang Yahudi dengan kesedihan yang sangat mendalam (lihat Ayub. 2:12; 2 Samuel 1:11-12; Nehemia 9:1-2; Daniel 9:3), sampai ke depan pintu gerbang istana raja. Dia tidak takut atau malu memberitahukan identitasnya sebagai orang Yahudi dan sikapnya menentang dekrit pembunuhan. Tindakan Mordekhai ini memicu banyak tindakan lain yang tersirat dalam teks ayat 2, 4, 8, 9, 11, 16; sampai pada ketetapan ratu Ester untuk menghadap raja Ahasyweros dengan segala risikonya.

Perhatikan Ester 4:4-8. Mordekhai ingin menekankan keseriusan situasi kepada Ester dan ingin memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Ester. Maka akhirnya, Ester memanggil Hatah, seorang sida-sida raja, dan memerintahkannya untuk menjumpai Mordekhai (ayat 5-6).

Perhatikan, Ester sudah berada di istana raja terpisah dari Mordekhai dan orang-orang Yahudi lainnya. Identitasnya sebagai orang Yahudi pun mungkin belum diketahui oleh istana. Tersirat bahwa Ester tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tetapi sekarang, identitas Ester sebagai orang Yahudi akan terungkap. Setidak-tidaknya, Hatah segera mengetahui hubungan antara Ester dan Mordekhai, apalagi Mordekhai meminta Ester supaya menghadap raja untuk membela bangsanya (ayat 8). Jadi, sudah tiba waktunya Ester membuka rahasia identitas dirinya. Jadi seperti Ester, keterdesakan akan memaksa Saudara untuk meninggalkan zona nyaman Saudara dan melakukan hal yang baru.

Perhatikan Ester 4:9-11, ada permasalahan yang dihadapi di dalam kebutuhan yang mendesak. Ester paham bahwa setiap laki-laki atau perempuan yang menghadap raja tanpa diundang ada resikonya, yakni hukuman mati. Ester sudah menjadi ratu 4 tahun 3 bulan (lihat Ester 2:16; 3:7). Tetapi sekarang masalahnya, sudah 30 hari terakhir ini Ester tidak dipanggil menghadap raja. Di dalam situasi semacam itu, tindakan menghadap raja sangat berbahaya bagi Ester.

Perhatikan Ester 4:12-14, bagaimana respon Mordekhai dan apa yang dikatakannya kepada Ester? Perhatikan kata: “jangan kira hanya engkau yang terluput”, “sekalipun engkau berdiam diri saja”, “siapa tahu, justru untuk saat yang seperti ini.” Tersirat dengan jelas, Mordekhai masih memiliki keyakinan dan pengharapan akan pertolongan serta pemeliharaan Tuhan (14). Maka, Mordekhai berinisiatif membimbing Ester untuk memaksimalkan perannya (10-11, 14). Ia memberikan teguran dan peringatan di samping tantangan untuk beraksi (4-8; 13-14).

Siapa tahu, Allah mengangkat Ester menjadi ratu justru untuk mengatasi krisis yang ada (lihat Kejadian 50:20). Renungkan, ketika Saudara menghadapi kesulitan, Saudara perlu memikirkan pernyataan “siapa tahu” ini. Memang ada hal yang Saudara dapat ketahui, seperti Mordekhai dan Ester mengetahui (ayat 1, 11 – yada’ ), tetapi ada hal yang tidak dapat Saudara ketahui sampai Saudara melakukannya (ayat 14).

Perhatikan Ester 4:15-17. “Berpuasalah untuk aku... tiga hari lamanya” (ayat 16). Melalui keyakinan dan pengharapan yang ada, Ester yang telah mejadi sadar mengajak orang Yahudi meratap dan berpuasa bagi perjuangannya sebagai ganti ratap tangis kepedihan (1- 3; 15-17). Ester mengambil keputusan yang bulat dan mengambil risiko, “kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati”. (Ingat peristiwa Sadrakh, Mesakh, Abednego; Daniel 3:17-18). Akhirnya, dalam kedaulatan Allah dan waktu-Nya, pembunuhan orang-orang Yahudi tidak terjadi; tetapi justru Haman yang dihukum mati, bahkan juga kesepuluh anaknya (Ester 7:10; 9:14).

Saudara.. pikirkanlah bagaimana memaksimalkan peran Saudara bagi pergumulan Kristen, apapun yang Saudara alami saat ini. Sadarlah, ada pengharapan, pertolongan dan pemeliharan Tuhan. Kesulitan memaksa Saudara untuk meninggalkan zona nyaman Saudara. Kesulitan sering merupakan kesempatan bagi Saudara untuk melakukan hal yang lebih besar. Jangan lari dari kesulitan – siapa tahu kesulitan ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuk menumbuhkan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd130521)

Tuesday, 11 May 2021



[Ester 3:1-15]
Selasa, 11 Mei 2021

 Belajarlah melihat semua hal yang terjadi dalam hidup Saudara 
dari perspektif Allah yang kekal.
(Ester 3:1-15)

Ayat terakhir dari Kitab Ester tertulis “Karena Mordekhai, orang Yahudi itu, menjadi orang kedua di bawah raja Ahasyweros...” (Ester 10:3). Tetapi bandingkan dengan Ester 3:1-15! Apa yang dialami oleh Mordekhai dan semua orang Yahudi sebagai buangan di Persia?

Kisah Ester pasal 3; Haman, dengan otoritas dari raja Ahasyweros, mencari ikhtiar memunahkan Mordekhai dan semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Ahasyweros (ayat 6). Peristiwa ini terjadi pada bulan Nisan (Maret-April) tahun 474 sM, 4 tahun lebih sesudah Ester menjadi Ratu (ayat 7, bandingkan 2:16). Ester menjadi ratu menggantikan Wasti yang 4 tahun sebelumnya diberhentikan (Ester 1:3). Jadi, dari kronologis peristiwanya, apa yang Saudara pelajari tentang kedaulatan Allah di tengah krisis yang dihadapi umat-Nya?

Tersirat bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya mempersiapkan segala sesuatu untuk umat-nya. Dan dalam pergumulan dan penderitaan yang dialami umat-Nya, Allah memelihara mereka. Bagaimana krisis yang dihadapi umat-Nya pada waktu itu?

Sekarang perhatikan Ester 3:1-6. Waktu itu, Haman orang Agag menjadi kesayangan raja dan di hadapannya semua lutut harus bertelut. Kesombongan dan kemarahan Haman mengancam nyawa semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Ahasyweros, saat Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya (ayat 5-6).

Mengapa Haman membenci orang-orang Yahudi dan Mordekhai menolak untuk sujud kepadanya? Merujuk ke Kitab Keluaran 17:8-15, Kitab Ulangan 25:17-19, dan 1 Samuel 15:8; Haman adalah keturunan raja bangsa Amalek. Bangsa Amalek adalah musuhnya Allah yang akan dimusnahkan-Nya. Bagi orang Persia, berlutut di hadapan raja mereka, mereka menyembahnya seperti kepada Tuhan. Mordekhai pun menolak sujud kepada Haman.

Perhatikan Ester 3:7-10, 13, rencana jahat yang menimpa umat Allah. Karena kelicikan Haman, raja Ahasyweros memberikan otoritas kepada Haman (ayat 10). Atas nama raja Ahasyweros, Haman menerbitkan surat perintah kepada wakil-wakil raja, setiap bupati dan setiap pembesar bangsa supaya semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Ahasyweros dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan, serta dirampas harta miliknya (ayat 13). Bayangkan, bagaimana kalau hal ini menimpa semua orang Kristen saat ini di seluruh negeri?

Perhatikan, bagaimana rencana jahat tersebut bisa terjadi. Pada awal bulan April tahun 474 sM, Haman meminta nasihat para ahli nujum dan juru ramal untuk menentukan hari pembantaian (Pur merupakan istilah Persia kuno yang artinya undi). Haman ingin memastikan bahwa para dewa-nya bersamanya dan rencananya akan berhasil (ayat 7). Rencana jahat juga dilakukan dengan berbohong dan memfitnah (ayat 8), memberikan suap (ayat 9). Yang melakukanya adalah Haman, orang Agag, seteru orang Yahudi dan didukung oleh pemerintah (ayat 10).

Perhatikan Ester 3:12, 15, ironi dalam kehidupan. Rencana pemusnahan umat Allah dituliskan pada malam Paskah (ayat 12). Raja dan Haman sedang duduk minum-minum sementara kota Susan menjadi gempar (ayat 15).

Tuhan seakan-akan berdiam diri, namun sesungguhnya Tuhan tidak "lepas tangan". Pada saat undian di hadapan dewa-dewa Persia, hasil undian jatuh pada tanggal tiga belas dari bulan kedua belas yang merupakan bulan terakhir, sehingga memberi orang-orang Yahudi kesempatan sepanjang tahun untuk bersiap-siap dan karena itu juga memberi kesempatan bagi Mordekhai dan Ester untuk bertindak. Akhirnya, surat perintah pembunuhan yang dikeluarkan Haman atas nama raja Ahasyweros adalah surat kematiannya sendiri, selama kurang dari 3 bulan, Haman mati di tempat yang didirikannya untuk Mordekhai (7:10; 8:9).

Saudara.. sadarlah bahwa tidak ada satu pun yang dapat memberi jaminan kepada Saudara bahwa Saudara tidak akan pernah menghadapi kesulitan, krisis, ataupun bahaya. Tuhan tidak berjanji bahwa Saudara tidak akan pernah mengalami kesulitan, tetapi Ia berjanji tidak akan "lepas tangan" terhadap penderitaan Saudara. Tuhan sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk mengatasi krisis yang akan Saudara hadapi. Belajarlah melihat semua hal yang terjadi dalam hidup Saudara dari perspektif Allah yang kekal. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Monday, 10 May 2021



[Ester 2:1-23]

 

Tangan Allah yang tidak kelihatan, nyata bekerja
dalam keseharian hidup umat-Nya.
(Ester 2:1-23)
https://alkitab.app/v/406277f4a6f1

Jika Saudara mulai membaca Kitab Ester pasal 2 dan seterusnya maka Saudara akan menyadari bahwa tindakan-tindakan Allah dalam sejarah (hidup Saudara) mungkin tersembunyi dan tidak muncul secara eksplisit, tetapi Ia tetap mengatur arah sejarah. Realitas kehadiran-Nya dapat dilihat dalam setiap peristiwa yang ada, bahkan melalui peristiwa yang tampak sepele atau kebetulan. Bacalah Kitab Ester 2:1-23.

Ingat kembali peristiwa Rut 1:6-22, tersirat bahwa kesombongan dan kebodohan raja perkasa (Ahasyweros) dipakai Allah untuk menciptakan kesempatan bagi kebaikan umat-Nya yang sedang dalam pembuangan.

Perhatikan Ester 2:1-4; pengaturan Allah di tengah kefasikan manusia. Pada saat Ahasyweros kembali merindukan ratu Wasti; semua gadis dari segenap daerah kerajaan, anak-anak dara yang elok rupanya dikumpulkan di dalam benteng Susan istana kerajaan (2:3). Bayangkan, banyak anak gadis yang akan hancur hidupnya. Mereka yang tidak dipilih akan hidup seperti "janda" seumur hidupnya. Dan salah satu dari mereka yang dikumpulkan tersebut adalah Ester, yang terpilih menjadi ratu menggantikan Wasti. “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini” (Amsal 21:1).

Perhatikan Ester 2:5-7; sekali lagi, Saudara melihat tangan Allah yang tidak kelihatan telah bekerja. Selanjutnya tertulis kisah Mordekhai dan anaknya yang yatim piatu bernama Ester. Dalam bahasa Persia, nama Ester bisa berarti "bintang yang bercahaya". Pada masa pemerintahan Ahasyweros, mereka adalah kelompok orang-orang yang tertindas dan terbuang, ditolak, dipandang hina serta harus menanggung malu. Mordekhai akhirnya memegang posisi resmi di pemerintahan dan duduk di Gerbang Raja (Ester 2:21). Dan Ester, gadis Yahudi inilah yang akhirnya terpilih menjadi Ratu di kerajaan Persia.

Perhatikan Ester 2:8-9. Tuhan sangat hebat sehingga Dia dapat bekerja bahkan di hati dan pikiran Hegai. Dia adalah seorang penjaga istana, bukan orang Yahudi. Pekerjaannya adalah untuk memberikan kesenangan bagi Raja, dan dia tidak mengenal Allah Israel yang sejati. Namun demikian, ia memainkan peran penting dalam rencana yang Tuhan siapkan untuk umat-Nya. Hegai memberikan "perlakuan khusus" untuk Esther yang menghantarkannya menjadi Ratu.

Perhatikan Ester 2:9, 15, 17, Allah meninggalkan petunjuk di tengah ketidakpastian. Ester mendapat perhatian khusus dari Hegai, sida-sida raja penjaga para perempuan (ayat 9). Gadis buangan yang malang menjadi seorang yang mendapatkan kasih dari setiap orang yang melihatnya (ayat 15), dan Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan yang lain (ayat 17). Kata “menimbulkan kasih sayang”  (2:9, 15, 17) menunjukkan perkenanan Allah (bandingkan Daniel 1:9). Kata yang dipakai dalam bahasa Ibraninya adalah “hesed” yang menggambarkan salah satu karakter Allah yang agung, kasih sayang yang teguh dan setia. Bahkan, di saat umat-Nya berdosa, Allah tetap setia mengasihi mereka. Kasih setia adalah bagian yang tak terpisahkan dari karakter Allah (bacalah Keluaran 34:6).

Perhatikan Ester 2:10, 15-16, 20,  rencana Allah tergenapi dalam tindakan manusia; perhatikan apa yang dikerjakan Ester. Ester tidak memberitahukan kebangsaannya (ayat 10, 20). Ester taat hanya meminta seperti yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja (ayat 15). Dan akhirnya, Ester menjadi ratu setelah empat tahun ratu Wasti diturunkan (bandingkan ayat 1:3 dan 2:16). Suatu hari nanti, posisi Ester sebagai ratu berperan penting dalam kelangsungan hidup bangsa Yahudi. Tentu saja bukan semata-mata karena kuasa yang Ester miliki, melainkan karena tangan Allah bekerja begitu ingah, merajut peristiwa demi peristiwa untuk menggenapi rencana-Nya atas umat-Nya

Perhatikan Ester 2:21-23, Allah mempersiapkan jalan. Pada waktu itu Mordekhai duduk di pintu gerbang dan melihat serta menyingkapkan adanya siasat membunuh raja. Jasa Mordekhai ini dituliskan dalam catatan sejarah, di hadapan raja. Dan nanti, dalam drama empat tahun kemudian keselamatan Mordekhai bergantung pada catatan sejarah ini; selamat dari tiang gantungan bahkan mendapatkan penghormatan (bacalah Ester 6:1-2, 10-11).

Percayalah bahwa Allah memperhatikan serta memiliki rencana yang indah, bahkan pada masa-masa kelam yang Saudara alami, yang tidak bisa dipahami saat ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Sunday, 9 May 2021



[Ester 1:10-22; 2:17]
Minggu, 9 Mei 2021 

Kedaulatan Tuhan di atas keterbatasan dan kebodohan kuasa manusia
(Ester 1:10-22; 2:17)
https://alkitab.app/v/11a886c330d7

“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota" (Amsal 16:18, 32).

Amsal di atas tersirat jelas dalam kisah Raja Ahasyweros di awal Kitab Ester. Kitab Ester diawali dengan ayat-ayat yang menggambarkan adegan pamer kekuasaan, kejayaan dan tentu saja kekayaan seorang raja yang telah menguasai 127 daerah mulai dari India sampai ke Etiopia. Ahasyweros mengadakan pesta bagi para pembesar, tentara dan bangsawan berhari-hari lamanya, sampai 180 hari. Diadakan juga pesta meriah selama 7 hari bagi seluruh rakyatnya di istana kerajaan. (lihat Ester 1:1-9).

Sekarang perhatikan Ester 1:10-22, apa yang terjadi di akhir pesta raja Ahasyweros? Hari terakhir perjamuan itu yang seharusnya menjadi hari yang paling menggembirakan berubah menjadi hari yang penuh kegeraman dan murka yang berapi-api (ayat 10, 12, 21). Raja yang berkuasa kehilangan penguasaan diri dan terjadi ironi berkenaan dengan kekuasaannya. Raja yang berpengaruh dan berkuasa itu tunduk di bawah anggur, istri dan bawahannya.

Anggur telah menaklukkan akal sehatnya dan menjadikannya tidak berpikir dengan jernih (ayat 11).  Ahasyweros yang ditakuti oleh 127 bangsa mulai dari India hingga Etiopia, ternyata tidak ditakuti di rumahnya sendiri. Ia memiliki kekuasaan, tetapi Wasti memiliki karakter (ayat 12). Ahasyweros menerima usulan Memukan (salah satu dari tujuh pakar hukum dan undang-undang yang dianggap arif bijaksana) untuk membuat titah raja. Tetapi, titah baru yang dibuat Ahasyweros justru membuat seluruh daerah mengetahui bahwa dirinya telah gagal menjadi teladan sebagai kepala rumah tangga yang baik (ayat 13-20).

Ahasyweros, raja perkasa yang dapat mengendalikan segalanya kecuali dirinya sendiri. Dia membangun benteng besar di Susan, tetapi tidak bisa membangun karakternya sendiri. "Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya" (Amsal 25:28). Tersirat dengan jelas adanya keterbatasan kuasa manusia dan kebodohan kuasa manusia.

Bagian awal kitab Ester bukan sekedar bercerita tentang keterbatasan kuasa dan kebodohan kuasa raja Ahasyweros. Yang lebih penting, Tuhan Raja di atas segala raja, berkuasa bahkan atas raja yang paling berkuasa di dunia ini. Tuhan sedang mempersiapkan masa depan bagi umat-Nya dengan sempurna, menggenapi rencana-Nya melalui kebodohan manusia (Ahasyweros).

Tuhan mempersiapkan pengangkatan Ester menjadi Ratu di kerajaan Persia dan berperan besar bagi pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya. Ester (bahasa Persia: "bintang") adalah anak yatim piatu yang diasuh oleh bapak angkatnya di pembuangan bangsa asing (Ester 2:7, 15).

Saudara... percayalah bahwa Tuhan berdaulat atas segala kuasa di dunia ini. Jika Tuhan memakai kebodohan manusia (Ahasyweros) untuk menggenapi rencana-Nya dengan sempurna, Tuhan juga memakai  apapun juga yang terjadi saat ini untuk menggenapi rancana-Nya bagi Saudara. Tindakan-tindakan Tuhan dalam hidup Saudara mungkin tersembunyi dan tidak transparan, tetapi Ia tetap hadir dalam hidup Saudara setiap hari, setiap peristiwa. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Saturday, 8 May 2021




[Kitab Ester 1:1-9]
Sabtu, 8 Mei 2021


Tidak ada kata "Allah" atau "Tuhan" dalam keseluruhan Kitab Ester, 
tetapi kehadiran-Nya nyata atas umat-Nya.
(Kitab Ester 1:1-9)

Renungkan sejenak, hari ini sudah memasuki minggu yang baru di bulan ke-5 tahun 2021, masih dengan pergumulan hidup menghadapi pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 yang lalu. Seberapa banyak Saudara menyadari kehadiran Tuhan dan meyakini bahwa Dia memelihara Saudara? Ataukah Saudara mulai kehilangan pengharapan? Baca dan renungkan Kitab Ester, kisah tentang pemeliharaan Tuhan yang dibelakang layar atas umat-Nya yang berada di pembuangan bangsa asing, Persia.

Kitab Ester ditulis sekitar tahun 480 sebelum Masehi, mengisahkan tentang pemeliharaan Tuhan yang dibelakang layar pada masa pemerintahan raja Ahasyweros (486-465 sM). Persia adalah kerajaan besar dunia pada saat itu, dan ada umat Allah yang terbuang di sana.

Tahukah Saudara bahwa tidak ada kata “Allah” dan "Tuhan" dalam keseluruhan kitab, tetapi kitab ini menjadi bagian Alkitab yang penting bagi mereka saat itu. Kitab Ester adalah salah satu kitab yang dibacakan di depan umum pada salah satu hari raya Yahudi setiap tahunnya. Sekalipun nama "Allah" dan "Tuhan" tidak disebutkan secara khusus, bukti pemeliharaan-Nya jelas sepanjang kitab ini (2:7, 17, 22; 4:14; 4:16-5:2; 6:1, 3-10; 9:1).

Perhatikan Ester 1:1-9. Pada bagian awal Kitab Ester, siapa yang diceritakan dan kejadian apa yang dituliskan? Kitab ini diawali dengan pameran kuasa raja (manusia): pamer kuasa, kejayaan dan tentu saja kekayaan. Raja memamerkan kekuasaan dan kekayaan selama 180 hari kepada para pembesar, tentara, dan bangsawan (ayat 1-4). Selanjutnya, diadakan juga pesta meriah yang berlangsung selama 7 hari (ayat 5-8). Ada juga pesta khusus perempuan di istana (ayat 9). Pada masa jayanya di abad ke-5 sebelum Masehi, Persia menguasai daerah seluas 8 juta Km2 dan mencakup hampir separuh penduduk dunia pada waktu itu. Bahkan lebih besar dari daerah kerajaan Romawi pada masa jayanya di abad ke-1 SM (6,5 juta Km2) dan 15 kali lebih besar dari luas wilayah Babel di bawah Nebukadnezar. Menaklukkan 127 kerajaan dari India hingga Etiopia.

Renungkan, dalam latar belakang situasi dunia sekuler seperti ini, dimanakah dan apakah yang dilakukan Tuhan? Apa yang dilakukan Tuhan di balik kekuasaan, kekayaan, wilayah dan keagungan Raja Ahasyweros yang sedemikian besar?

Jika Saudara membaca keseluruhan Kitab Ester, Saudara akan melihat bahwa di balik kekuasaan Raja Ahasyweros, Tuhan yang tidak nampak, kenyataannya tinggal bersama-sama umat-Nya. Dia tidak berdiam diri, namun Dia mengendalikan situasi. Tuhan Raja di atas segala raja mengatasi kekuasaan dan kebesaran Ahasyweors. Tuhan mempersiapkan rencana-Nya dengan sempurna melalui Ahasyweros dalam kesombongan dan kelemahan-kelemahannya.

Perhatikan. Kitab Ester diawal dengan kisah pesta pora yang menunjukkan manusia yang pamer dengan kekuasaan dan kekayaannya, tetapi diakhiri dengan kisah pesta juga; tetapi pestanya bangsa Israel sendiri di kerajaan Persia. Mereka mengadakan perayaan hari sukacita, hari perjamuan, hari gembira untuk antar-mengantar makanan. Hal ini mereka lakukan karena telah mendapat keamanan atas musuh-musuh mereka, dukacita mereka berubah menjadi sukacita (bacalah: Ester 9:19-23). Dan kenyataannya, pameran kuasa, kejayaan dan kekayaan Ahasyweros yang luar biasa tidak dapat menjamin kemenangan militer Persia. Tahun 400-an SM Persia ditaklukkan, mengakhiri impian Ahasyweros dari Kekaisaran dunia.

“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan” (Amsal 16:18). 

Di tengah dunia yang semakin sekuler, jauh dari Tuhan, membuat hukum-hukumnya sendiri yang melawan Firman-Nya, dan menindas “orang benar”, seberapa jauhkah Saudara menyadari kehadiran dan karya Tuhan dalam hari-hari yang Saudara lewati? Walaupun tidak ada kata “Allah” atau "Tuhan" dalam keseluruhan Kitab Ester, tetapi pemeliharaan Tuhan nyata atas umat-Nya. Allah berkuasa bahkan atas raja yang paling berkuasa di dunia dan atas segala sesuatu di muka bumi ini.

Yesus Kristus adalah Tuhan, percayalah kepada-Nya. Berjalanlah bersama-Nya dan temukan Dia dalam kehidupan Saudara hari demi hari. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Thursday, 6 May 2021



[Nehemia 13]
Kamis, 6 Mei 2021 

"Visi Memerlukan Perhatian yang Terus-menerus"
(Nehemia 13)

Sampailah di pasal terakhir dari kitab Nehemia, pasal 13. Apakah cukup dengan akhir cerita tembok yang telah dibangun kembali? Hal penting apa yang harus diperhatikan?

Memimpin orang itu tidak mudah. Entah Saudara adalah ibu yang sendirian mengasuh anak laki-laki Saudara yang masih remaja atau direktur yang memimpin sebuah perusahaan, kepemimpinan itu sulit. Mempertahankan gerak maju suatu visi menuntut perhatian yang terus-menerus dari para visioner, harus sepenuhnya terlibat.

Kita tidak tahu berapa lama raja Artahsasta mengizinkan Nehemia pergi ke Yerusalem (Nehemia 2:6). Kita mengetahui bahwa ia tinggal di Yerusalem dua belas tahun sebelum akhirnya kembali ke Susan, meninggalkan Yerusalem dalam keadaan baik. Alkitab tidak memberi tahu kita berapa lama ia bersama Raja Artahsasta di Susan. Namun, akhirnya ia minta izin ke raja untuk kembali ke Yerusalem (Nehemia 13:6).

Bayangkan, apa yang dirasakan Nehemia ketika kembali ke Yerusalem? Mengenang perjalanan pertamanya yang penuh tantangan dan perjuangan. Kali ini ia berharap segala sesuatu dalam keadaan baik seperti ketika ia meninggalkannya. Akan tetapi, Nehemia mendapat kejutan. Kondisi Yerusalem memprihatinkan.

Perhatikan ayat 10, apa yang terjadi dengan peribadahan mereka? Ayat 16, apa yang terjadi dengan rasa hormat terhadap hari Sabat? Ayat 23, apa yang terjadi dengan perkawinan-perkawinan mereka? Ayat 24, apa yang terjadi dengan pengaruh budaya atas mereka? Tembok yang tidak akan pernah bisa dibangun jika tanpa campur tangan Allah, sebagai peringatan yang kasat mata mengenai kasih dan kuasa Allah yang menakjubkan, telah dilupakan.

Nehemia telah menginvestasikan banyak hal bagi kota itu dan orang Yerusalem, bahkan nyawanya sendiri. Ia tidak dapat tinggal diam sementara semuanya kacau. Nehemia menjadi kesal dan mengambil tindakan tegas dan berani. Tindakan yang layak dikerjakannya.

Perhatikan ayat 11, apa yang dilakukan terhadap pejabat kota? Ayat 17-18, tindakan proaktif apa yang dilakukan? Ayat 21, tindakan tegas apa yang dilakukan? Ayat 25-27, reaksi sangat tegas dan berani apa yang dilakukan?

Bagaimana dengan Saudara, adakah tindakan tegas yang harus Saudara lakukan saat ini untuk keberlangsungan visi Allah dalam hidup Saudara (pernikahan, keluarga, bisnis/karier, pelayanan)? Perhatikan dua hal:

Pertama, kepemimpinan yang berani harus berdasarkan pada visi yang jelas (ayat 17-18). Kedua, tindakan berani harus dilakukan dengan latarbelakang keyakinan dan perilaku yang didefinisikan dengan jelas (ayat 26-27).

Inilah kisah terakhir kitab Nehemia. Visi itu menuntut perhatian yang terus-menerus. Tetaplah melibatkan diri sepenuhnya. Rekayasa visi menuntut kepemimpinan yang berani. Kembangkan sikap tidak toleran yang sehat terhadap hal-hal yang berpotensi menghambat kemajuan Saudara ke arah apa yang dapat dan seharusnya terjadi, yaitu hal-hal yang telah Allah taruh dalam hati Saudara untuk Saudara kerjakan. Selamat mengerjakan Visi Allah dalam hidup Saudara (perkawinan, keluarga, bisnis/karier, pelayanan) tahun 2021.

Tuhan Yesus Kristus memberkati.

 

1.      Apa yang sekarang sedang terjadi dalam keluarga, bisnis/karier, pelayanan Saudara, atau organisasi lain yang jika tidak ditinggalkan berpotensi membelokkan visi Saudara?

2.    Tindakan apa yang perlu diambil untuk membereskannya?

3.    Apakah sudah waktunya untuk bertindak?

4.    Apa kerugian yang pasti akan Saudara tanggung jika bertindak?

5.    Apa kerugian yang pasti akan Saudara tanggung jika tidak berbuat apa-apa?

6.    Bicarkan dan doakan bersama keluarga. Jika Saudara tidak yakin dengan apa yang akan Saudara lakukan, konsultasikan dengan seseorang yang dapat membimbing Saudara.

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...