Wednesday, 3 January 2024



Rabu, 3 Januari 2024
 
­"Memasuki Tahun Baru 2024, 
memulai perjalanan iman dan ketaatan kepada Allah".
(Injil Matius 2:1-12)

Perjalanan hidup terus berlangsung, sudah meninggalkan tahun 2023 dan memulai hari-hari di tahun yang baru 2024, tahun kabisat 366 hari. Apakah semuanya akan berjalan dengan baik? Bagaimana dengan kehidupan keluarga, dunia kerja, ekonomi dan politik (nasional dan global) serta ancaman bencana alam ke depannya? Bagaimana bisa menjalaninya dengan keteguhan hati? Renungkanlah perjalanan orang-orang Majus dari Babilonia ke Yerusalem menemukan Yesus. Bacalah Injil Matius 2:1-12.

Ayat 1-2. Orang-orang Majus di Babilonia telah melihat bintang yang ditunjukkan Allah sebagai tanda bahwa Yesus telah lahir. Kemudian mereka menempuh perjalanan dari negerinya yang jauh, selama lebih dari 1 tahun hingga akhirnya bertemu dengan Yesus di sebuah rumah di Betlehem. Yesus bukan lagi seorang bayi mungil yang terbungkus dengan kain lampin, usia-Nya sudah lebih dari satu tahun. Yusuf dan Maria pun sudah berpindah dari kandang binatang ke rumah biasa (lihat Matius 2:16).

Perjalanan iman. Bagaimana orang-orang Majus menempuh perjalanan yang jauh sampai lebih dari 1 tahun? Mereka adalah orang-orang bijaksana, ahli dalam berbagai ilmu, kelompok bangsawan dan bangsa non-Yahudi. Namun, mereka bersedia meninggalkan negerinya menuju Yerusalem untuk menemukan dan menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Mereka bersiap menempuh perjalanan yang tidak nyaman di atas unta dengan berbagai risikonya. Entah bagaimana tanggapan teman-teman mereka dan masyarakat atas tindakan mereka tersebut. Cuaca padang gurun sangat panas dan kadang-kadang cukup dingin bahkan terjadi badai. Ada banyak pencuri dan bandit di sekitar perjalanan yang bisa merampok harta benda mereka bahkan membunuhnya. Ingat, mereka membawa harta benda yang berharga seperti emas, kemenyan dan mur. Mereka menempuh perjalanan yang penuh risiko, tidak dapat mengetahui dengan pasti perjalanan di depan yang akan dilaluinya.

Namun, orang-orang Majus itu melangkahkan kakinya dengan percaya. Mereka hanya menduga dari keahlian astronomi mereka bahwa bintang yang mereka lihat adalah tanda ilahi yang mengumumkan kelahiran Yesus. Mereka hanya mengetahui sedikit dari tradisi agama Yahudi yang dikenal mereka di Babilonia. Tetapi bukan sekedar tahu, melalui "sarana" yang tidak memadai itu mereka percaya dan melangkahkan kakinya. Mereka bersedia mengorbankan kenyamanan, keamanan dan harta bendanya; melangkah dengan iman dan menemukan Yesus. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1). Sebaliknya, semua Imam Kepala dan Ahli Taurat bangsa Yahudi yang sudah tahu dari kitab-kitab yang mereka pelajari, tetapi mereka tidak segera bertindak menemukan Yesus.

Perhatikan ayat 11. Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya tiba (mungkin ketika Yesus berusia sekitar 2 tahun). Tindakan mereka sangat sederhana, menunjukkan kerendahan hati dan iman yang besar. Orang-orang hebat ini yang penuh dengan kebijaksanaan dan pengetahuan bersujud di tanah di hadapan Seorang anak kecil. Sangat sedikit orang yang mengerti siapa Anak ini, dan apa yang akan Dia lakukan, tetapi sepertinya setidaknya sebagian orang Majus mengerti. Iman mereka memimpin mereka dalam perjalanan panjang dan begitu mereka tiba yang bisa mereka lakukan adalah sujud dalam ibadah yang mereka nyatakan dengan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur kepada yang mereka Agungkan, Yesus Kristus Mesias. Perjalanan mereka adalah perjalanan ibadah, dengan rendah hati dan beriman; berkorban baik waktu dan harta bahkan hidup mereka. Bacalah surat Roma 12:1.

Ayat 12. Ini adalah perintah langsung dari Allah yang tercatat di awal Injil Matius. Orang-orang Majus bisa membuat banyak alasan untuk tidak patuh dan menghindari jalan memutar yang membuang waktu. Dan tampaknya, tidak akan menjadi masalah untuk memberitahukan tentang Anak itu kepada Raja Herodes. Namun, perintah Allah yang tampaknya sederhana (dalam mimpi) mereka taati dengan tindakan sederhana (tanpa banyak penolakan). Ketaatan mereka memberi Yusuf dan keluarganya waktu untuk melarikan diri sebelum Raja Herodes membunuh semua bayi di kota itu. Perjalanan mereka adalah perjalanan ketaatan.

Saudara, melanjutkan perjalanan hidup di tahun 2024 ini, bersediakah Saudara menjalaninya dengan sukacita yang sangat besar seperti perjalanan orang-orang Majus (ayat 10)? Menjalaninya sebagai perjalanan iman, ibadah dan ketaatan yang memuliakan Allah. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd03012024).

Friday, 22 December 2023



Jumat, 22 Desember 2023

"Natal: Allah mengasihi Keluarga dengan masa lalu yang kelam".
(Renungan Natal - Injil Matius 1:1-17)

Apakah Saudara melihat ada keluarga yang memiliki aib, kisah pilu dan masa lalu yang kelam? Apakah mereka tenggelam dalam penyesalan dan kehinaan? Bagaimana berita Natal tahun 2023 menolong mereka menemukan kedamaian dan memasuki tahun baru 2024 sebagai pribadi yang lebih utuh? Injil Matius dengan jujur menuliskan bahwa Yesus Kristus tidak lahir dari keluarga yang sempurna tanpa pergumulan; ada sisi gelap di dalamnya. Banyak cerita dalam keluarga Yesus yang semuanya tidak membanggakan. Tetapi semuanya menjadi penggung besar yang menampilkan kemurahan dan anugerah Allah. Bacalah Injil Matius 1:1-17.

Kasih Allah di dalam hidup manusia tidak dibatasi oleh kegagalan dan dosa manusia. Perhatikan hal yang unik dalam catatan Injil Matius; tertulis nama-nama perempuan di dalam silsilah Yesus Kristus. Dalam budaya Yahudi kuno saat itu, perempuan tidak mendapatkan penerimaan dan penghormatan yang seharusnya. Mereka dianggap di bawah laki-laki. Tetapi Injil Matius mencatat nama-nama perempuan, bahkan perempuan yang tidak ideal; perempuan-perempuan yang layak dikategorikan sebagai pendosa dengan masa lalu yang kelam. Tamar berzinah dengan Yehuda, mertuanya (Kitab Kejadian 38). Rahab adalah seorang pelacur di kota Yerikho (Kitab Yosua 2:1- 24). Rut adalah janda dari Moab yang nyaris kehilangan harapan hidup (Kitab Rut 1-3). Batsyeba adalah isteri Uria yang diajak berzinah oleh Daud (Kitab 2 Samuel 11-12). Walaupun kesalahan tidak sepenuhnya berada di pundak perempuan-perempuan ini, tetapi kehidupan mereka tetap jauh dari ideal. Jika seseorang boleh memilih nenek moyangnya sendiri, dia pasti akan memilih nama-nama lain yang jauh dari kesan negatif. Di mata masyarakat saat itu, pezinah, pelacur dan janda tidak mendapat tempat terhormat. Tetapi Injil Matius menulis nama-nama mereka di dalam silsilah Yesus Kristus, Isa Almasih. Allah menyatakan kasih-Nya kepada mereka yang berdosa dan hidup dalam masa lalu yang kelam.

Allah mengasihi masyarakat yang dianggap rendah oleh masyarakat yang lainnya. Orang-orang Yahudi saat itu sangat membanggakan bangsa mereka. Kemurnian sebagai orang Yahudi sangat dikedepankan. Mereka menganggap diri lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain bahkan menunjukkan sikap yang merendahkan bangsa-bangsa lain. Misalnya saat itu di jaman Yesus, keluarga-keluarga Yahudi merendahkan keluarga-keluarga Samaria. Orang-orang Samaria dianggap tidak murni lagi sebagai bangsa Yahudi sebab di antara mereka telah terjadi kawin campur dengan bangsa lain. Najis bagi orang Yahudi bergaul dengan orang Samaria (Injil Yohanes 4:9). Tetapi perhatikan catatan Injil Matius, Yesus Kristus ternyata tidak sepenuhnya berasal dari keturunan Israel. Beberapa nama perempuan yang disebutkan dalam silsilah ini sangat mungkin bukan orang Israel. Tamar dan Rahab adalah penduduk Kanaan, bangsa penyembah berhala, keji dan najis (Kitab Ulangan 29:17; Kitab Imamat 18:27). Rut orang Moab, bangsa yang sangat angkuh dan menyembah berhala (Kitab Yesaya 16:6; Kitab 1 Raja-raja 11:7). Istri Uria (Batsyeba) orang Het, keturunan bangsa Kanaan (Kitab Kejadian 10:15). Allah menyatakan kasih-Nya bahwa keselamatan adalah untuk segala bangsa.

Tiga tahap kehidupan yang berakhir dalam pemulihan. "Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus" (ayat 17). Injil Matius menggambarkan garis keturunan Yesus (42 keturunan) dalam 3 pembagian. Penafsir Alkitab menemukan seluruh tahap kehidupan kerohanian manusia di dalam 3 pembagian tersebut. Pertama, dari Abraham sampai Daud yang menggambarkan suatu kebesaran. Kedua, dari Daud sampai pembuangan ke Babel: hilangnya kebesaran karena dosa. Ketiga, dari pembuangan ke Babel sampai Kristus: Allah tidak pernah meninggalkan manusia dalam kehancurannya karena dosa. Natal, Yesus hadir menolong dan menyelamatkan manusia dari dosa yang telah membelenggunya. Sekelam apapun kehidupan manusia ada pengharapan pemulihan dalam Yesus Kristus, Isa Almasih.

Bagaimana dengan Saudara? Adakah di antara Saudara yang berasal dari keluarga yang memiliki aib, kisah pilu dan masa lalu yang kelam? Kasih Allah mengatasi segala kegagalan dan dosa Saudara. Kehidupan manusia yang kelam dipakai Allah menjadi panggung besar yang menampilkan kemurahan, kasih dan anugerah Allah. Siapkan dan relakan diri dan hidup Saudara menjadi alat kemuliaan Allah melalui Yesus Kristus, Isa Almasih yang mengasihi dan menyelamatkan manusia; manusia dari segala masa lalu yang kelam dan manusia dari segala bangsa. Selamat menyambut Natal 2023. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd22122023)

Tuesday, 19 December 2023



Renungan Akhir Tahun – Desember 2023

“Ketangguhan Rohani di Masa Sulit”
(Kisah Maria yang melahirkan Mesias)

Apakah  Saudara sedang berada di masa sulit dalam hidup Saudara saat ini, di akhir tahun 2023? Bagaimana menghadapi setiap tantangan dan hambatan yang ada dengan tangguh, kualitas hidup meningkat dan semakin memuliakan Allah dalam perjalanan hidup selanjutnya? Dalam masa Natal ini, belajarlah dari Maria yang memiliki ketangguhan rohani menghadapai setiap tantangan dan hambatan pada saat melahirkan Yesus, Mesias.

Diperkirakan bahwa Maria masih remaja ketika malaikat menampakkan diri kepadanya dan memberitahukannya bahwa ia akan melahirkan seorang bayi – bukan sekadar bayi biasa, tetapi Anak Allah! Mengandung Mesias bukan berarti bahwa segala sesuatunya akan mudah bagi Maria. Tunangannya, Yusuf, hampir memutuskan pertunangan mereka karena kehamilan Maria merupakan sebuah aib (Matius 1:19), dan perlu malaikat datang untuk meyakinkan Yusuf agar menikahi Maria. Kemudian pemerintah Romawi mengumumkan akan mengadakan sensus, jadi Yusuf dan istrinya yang sedang hamil harus melakukan perjalanan yang tidak nyaman ke Betlehem. Tidak ada kamar di tempat penginapan untuk mereka, sehingga bayi itu diletakkan di dalam sebuah palungan. Pasangan ini terlalu miskin untuk memberikan persembahan korban domba yang mahal di Bait Allah, sehingga mereka mempersembahkan dua ekor burung (Lukas 2:24; lihat Imamat 12:7-8).

Cemoohan, ketidaknyamanan, kesakitan dan kemiskinan itu baru permulaan. Simeon menubuatkan kepada Maria bahwa “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 2:35). Raja Herodes ingin membunuh Yesus, sehingga keluarga ini melarikan diri pada malam hari ke Mesir; sebagai pengungsi yang tidak memiliki tempat tinggal (Matius 2:14). Setelah kematian Herodes, mereka sekali lagi dicabut dari akarnya dan pindah kembali ke Nazaret (Matius 2:21-23).

Semua ini terjadi hanya dalam beberapa tahun dan Maria pasti tangguh karena dapat tetap bertahan setelah melewati semuanya. Ketangguhannya diuji sampai batas, ketika ia berdiri dekat salib menyaksikan putra sulungnya meninggal (Yohanes 19:25). Yesus meminta murid-Nya Yohanes untuk menjaga Maria; jadi kita dapat beranggapan bahwa pada waktu itu ia adalah seorang janda (Yohanes 19:26-27). Maria tidak menyerah atau bersembunyi karena takut dengan apa yang mungkin akan terjadi padanya. Di kitab Kisah Para Rasul, setelah kematian dan kebangkitan Yesus, kita membaca bahwa Maria terus tekun berdoa bersama murid-murid yang tersisa (Kisah Para Rasul 1:14).

Kehidupan doa dan imannya tampaknya adalah kunci dari ketangguhannya. Maria tahu bahwa panggilannya adalah melahirkan Mesias. Ia menerimanya dengan ketaatan dan iman, katanya, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan” (Lukas 1:38). Ketika ia mengunjungi sanak saudaranya Elisabet, Maria menyanyikan sebuah pujian yang menggemakan pujian Hana ketika ia juga mendapatkan seorang putra:


     Jiwaku memuliakan Tuhan,
           dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku…
          dan nama-Nya adalah kudus.
     Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia…
          Ia mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
     Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahtanya
          dan meninggikan orang-orang yang rendah;
     Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
          dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa.
                                                                                      (Lukas 1:46-53)

Sebelum Yesus melakukan mukjizat-Nya yang pertama, dalam perka-winan di Kana, Maria menunjukkan pengharapan dan keyakinannya bahwa Ia dapat membuat mujizat. Maria berkata kepada pelayan-pelayan, “Lakukan apa saja yang dikatakan-Nya kepadamu” (Yohanes 2:5 versi FAYH). Ketika mereka melakukannya, mujizat terjadi dan air berubah menjadi anggur.

Maria menunjukkan karakteristik utama ketangguhan rohani: keyakinan akan pengharapan, panggilan dan makna; rasa syukur dan pujian; percaya, beriman; dan bergantung pada belas kasihan dan pengampunan Allah. Ia hidup dalam ketaatan kepada Allah, dan ia berdoa. Ia mengambil waktu untuk berdiam diri dan merenungkan di dalam hatinya, memikirkan apa yang Allah kerjakan; “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Lukas 2:19); “Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Lukas 2:51).

Mungkin Maria dipilih untuk melahirkan Mesias karena ia sangat berbakti dan berserah kepada Allah dan penuh iman. Ketangguhan rohani, ketaatan dan iman menolong Saudara menghadapi setiap tantangan dan hambatan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd151223)

Friday, 15 September 2023



[Kej 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21}
Jumat, 15 September 2023

"Meskipun memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui, Hagar memiliki ketangguhan dan keberanian memulai lembaran baru dalam pertolongan Tuhan"(Kitab Kejadian 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21 )

Setiap orang didorong untuk mengembangkan ketangguhan diri dan mempersiapkan diri terhadap berbagai tantangan yang akan muncul dalam kehidupan mereka di dunia yang semakin sulit. Ketangguhan berarti memiliki kekuatan untuk memenuhi panggilan Tuhan yang diberikan-Nya kepada seseorang, bahkan sekalipun panggilan itu akan menyakitkan dan sulit. Ketika orang lain mengecewakan, orang tersebut ditopang oleh Tuhan yang telah memanggilnya. Biasanya lebih sulit untuk tetap tangguh saat seseorang mengalami sakit, nyeri, berada dalam kelemahan, keletihan, kelaparan atau mengalami kesulitan bernafas. Aspek fisik menjadi bagian dari gambaran utuh tentang ketangguhan seseorang. Tetapi ingatlah bahwa ada sebagian orang tetap memiliki ketangguhan rohani dan psikologi yang luar biasa meskipun mereka memiliki kesulitan fisik seperti penyakit ataupun kecacatan. Bacalah kisah seorang perempuan bernama Hagar di kitab Kejadian 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21.

Kita membaca dalam kitab Kejadian bahwa karena Abram ("bapak yang ditinggikan/dimuliakan") belum memiliki anak di usia 85 tahun, istrinya yang bernama Sarai ("putri") meminta Abram untuk menghampiri hambanya, yang bernama Hagar ("terbang/mengembara"), supaya mereka mendapatkan anak. Abram melakukannya, dan Hagar mengandung. Lalu Sarai menjadi cemburu dan menindas Hagar.

Tanggapan Hagar terhadap perlakuan seperti itu bersifat fisik. Ia melarikan diri ke padang gurun dan berhenti dekat suatu mata air, yang disebut sumur Lahai-Roi (Kejadian 16:6-8, 14). Seorang malaikat menjumpainya dan bertanya apa yang sedang ia lakukan di sana (mirip dengan cara malaikat menjumpai nabi Elia di padang gurun, dan Tuhan bertanya kepada Elia tentang apa yang sedang ia lakukan; kitab 1 Raja-raja 19:4-11). Malaikat ini menyuruh Hagar untuk kembali kepada nyonyanya, dan berjanji bahwa Tuhan akan memberikan keturunan yang sangat banyak kepada Hagar, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya (Kejadian 16:9-10).

Hagar kembali pada Sarai dan Abram. Hagar sadar akan indra fisiknya dan menyebut Tuhan sebagai "Tuhan yang melihat aku" (Kejadian 16:13) dan menamai anaknya Ismael, yang artinya "Tuhan mendengar". Ismael di sunat ketika berusia 13 tahun (Kejadian 17:24-25). Setahun kemudian Sarai (sekarang dikenal sebagai Sara: "perempuan bangsawan"; Kejadian 17:15) mendapatkan seorang anak laki-laki, dan diberi nama Ishak yang artinya "tertawa". Tuhan mengadakan perjanjian-Nya dengan Ishak menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya (Kejadian 17:19).  Ketika  Ishak disapih, Sara melihat Ismael mengolok-olok anaknya (Kejadian 21:9, dalam berbagai terjemahan), maka Sara meminta Abram (sekarang Abraham "ayah dari banyak bangsa/bapak orang beriman", Kejadian 17:5) untuk mengusir Hagar dan Ismael (Kejadian 21:10).

Setelah mendengar dari Tuhan, Abraham memberikan Hagar makanan dan menyuruhnya pergi bersama Ismael. Terkadang orang yang tangguh tetap tinggal sewaktu krisis, dan terkadang mereka pergi. Hagar pergi meninggalkan situasi tersebut. Ia berjalan ke padang gurun, membawa makanan dan minuman di bahunya – menunjukkan kekuatan fisik di waktu kerapuhan. Ketika mereka kehabisan air, Hagar berpikir anaknya akan mati dan ia tidak tahan untuk melihatnya. Allah memperlihatkan kepada Hagar sebuah sumur di dekatnya, dan ia dapat memberi minum Ismael (Kejadian 21:19). Mereka terus hidup di padang gurun, dan Hagar (sekarang orang tua tunggal) mencari makan untuk mereka berdua.

Saat itu, Hagar hidup dalam masyarakat di mana perempuan tidak memiliki banyak hak dan diharapkan untuk bergantung kepada laki-laki untuk menyediakan kebutuhan mereka. Perempuan tanpa laki-laki yang melindungi mereka bisa dianggap sebagai tidak terhormat dan sering dilecehkan. Hagar telah diperlakukan dengan buruk. Ia dipakai untuk seks. Hagar sudah terbiasa dengan kerja keras secara fisik. Pertama, ia seorang hamba, dan kemudian ketika ia terlantar dan tidak memiliki tempat tinggal, ia harus bekerja untuk mendapatkan tempat teduh dan makanan bagi dirinya dan anaknya.

Hagar itu tangguh meski nampaknya tidak mendapat dukungan dari orang lain. Meskipun memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui, Hagar memperlihatkan ketangguhan fisik dan keberanian serta mendengarkan Tuhan. Dengan pertolongan Tuhan ia bisa menghidupi dirinya dan anaknya. Hanya ada beberapa ayat Alkitab saja tentang Hagar; jadi kita tidak tahu banyak tentang dia. Hagar diingat sebagai perempuan yang memiliki kekuatan untuk meninggalkan situasi sulit dan memulai lembaran baru; membesarkan anak laki-lakinya menjadi bapak leluhur dari bani Ismael.

Apakah Saudara memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui? Milikilah ketangguhan dan keberanian berserah pada Tuhan serta mentaati firman-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd15092023)

Sunday, 27 August 2023



[Yohanes 8:30-32]
Sabtu, 26 Agustus 2023

(Injil Yohanes 8:30-32)

Kapankah hari kemerdekaan Saudara, hari bebas merdeka dari belenggu dosa? Hari dimana Saudara dilahirkan kembali sebagai manusia baru? Perihal kemerdekaan ini menjadi pelajaran yang serius, mendasar dan mendesak dalam kitab Injil. Bacalah kitab Injil Yohanes 8:30-32.

Perhatikan ayat 30. Yesus telah melakukan banyak mujizat, menyembuhkan orang-orang yang sakit, memberi makan sampai kenyang lebih dari 5.000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Dan kemudian, kitab Injil mencatat banyak orang percaya kepada Yesus. Tetapi perhatikan, sikap mereka justru menjadi semakin buruk hingga akhirnya mau merajam Yesus dengan batu (ayat 59). Yesus pernah bersabda,  "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Injil Matius 7:22-23). Mereka merasa percaya kepada Yesus dan merdeka dari kuasa dosa, tetapi kenyataannya berbeda. Apa yang dikatakan Yesus kepada mereka, orang-orang yang percaya kepada-Nya itu?

Perhatikan ayat 31. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku." Tersirat bahwa tidak semua yang mengaku percaya kepada Yesus adalah benar-benar murid-Nya. Seolah-olah, menjadi orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi murid-Nya adalah dua hal yang bisa dipisahkan. Kata murid merupakan terjemahan dari kata mathetes (Yunani), kata benda dari manthano (belajar). Murid Yesus adalah mereka yang tidak pernah berhenti belajar; bukan hanya belajar ajaran-ajaran Yesus tetapi sekaligus menaati segala perinta-Nya dan mempercayakan hidupnya kepada Yesus setiap hari. Mereka inilah benar-benar murid-Nya yang dimerdekakan dari kuasa dosa. Kenyataannya, ada banyak orang yang mengaku percaya kepada Yesus tetapi tidak menyediakan diri untuk taat menjadi murid-Nya.

"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku", apa maksudnya? Kata "tetap" bisa berarti "tinggal/diam"; seperti tertulis "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita." (Injil Yohanes 1:14). Hal ini menggambarkan ketekunan, ketaatan, komitmen dan sikap konsisten Yesus dalam melayani semua orang di seluruh hidup-Nya hingga kematian-Nya di kayu salib. Kenyataannya, banyak orang mengaku percaya kepada Yesus tetapi tidak memiliki ketekunan, ketaatan, komitmen dan sikap yang konsisten atas apa yang mereka percaya. Mereka hanya puas melihat mujizat Yesus dan merasa cukup dengan pengajaran Yesus yang telah didengarnya. Mereka seharusnya terus menerus mempelajari pengajaran Yesus (Kitab Suci) dan tidak pernah meninggalkannya. Bukan sekedar mempelajarinya sebagai pengetahuan/ilmu tetapi juga percaya pada kebenarannya dan menaatinya serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.

Sabda Yesus dan diri-Nya sendiri sebagai pusat dan fokusnya sudah menjadi magnet yang menarik banyak orang. Ketika orang "tinggal (diam) dalam firman-Nya (Yesus)", ia tidak berhenti teryakinkan oleh kebenarannya dan tidak pernah meninggikan kebenaran lain di atasnya. Ia tidak berhenti tertarik pada keindahan dan nilainya, dan tidak pernah melihat apa pun yang lebih indah atau lebih berharga atau lebih menarik daripada firman dan Tuhan yang diungkapkannya. Ia tidak berhenti bersandar pada rahmat dan kuasanya — tidak pernah berpaling karena tidak ada kedamaian yang lebih besar dapat ditemukan di tempat lain. Ia tidak henti-hentinya makan dan minum firman sebagai roti surga dan air hidup, tidak ada kehidupan bisa dipertahankan di tempat lain. Ia tidak henti-hentinya berjalan dalam terang firman, tidak ada terang lain dapat menyingkapkan rahasia kehidupan.

Perhatikan ayat 32. Murid Yesus yang sejati adalah mereka  yang tetap (tinggal/diam) dalam firman-Nya dan mereka akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan mereka. Kata "mengetahui" berarti "mengenal" yang berarti "hubungan pribadi", bukan dalam pengertian "kebenaran kognitif/kecerdasan pikiran". Yesus-lah kebenaran. Dia bersabda, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Injil Yohanes 14:6). Murid Yesus yang sejati bukan sekedar tahu tentang Dia, tetapi yang lebih penting adalah memiliki relasi pribadi yang erat dengan-Nya. Yesus memerdekakan mereka dari kuasa dosa; merdeka dari legalisme, ritualisme, dan orientasi pada prestasi keagamaan manusia. Mereka merdeka untuk tetap tinggal dalam firman Tuhan; merdeka untuk tidak berbuat dosa lagi dan hidup bersukacita dalam segala hal, situasi dan kondisi.

Apakah Saudara sungguh orang merdeka? Jadilah murid Yesus yang sesungguhnya dan kebenaran-Nya akan memerdekakan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd26082023)

Thursday, 10 August 2023



[Lukas 18:1-8]
Kamis, 10 Agustus 2023

(Injil Lukas 18:1-8)

Apakah Saudara merasa lelah, putus asa dan menyerah karena seolah-olah doa-doa Saudara tidak didengar dan dijawab Allah? Perhatikan pesan Yesus kepada murid-murid-Nya. Bacalah kisahnya di Injil Lukas 18:1-8.

Saat itu, murid-murid Yesus dan para pengikut-Nya mengalami berbagai penderitaan bahkan kematian karena iman mereka. Sebagai orang beriman yang menerima jaminan keselamatan dan menanti-nantikan Kerajaan Allah dinyatakan, pergumulan hidup bisa membuat mereka putus asa dan menyerah. Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada murid-murid-Nya untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Perhatikanlah perumpamaan tentang seorang janda yang selalu datang kepada seorang hakim untuk membela haknya.

Bacalah ayat 2-6. Hakim tersebut tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun (ayat 2). Dia tidak peduli pada Firman Allah (ayat 4a, lihat Lukas 10:26-27). Dia mengasihi diri sendiri (ayat  4b-5). Dia hakim yang lalim (ayat 6). Teks asli Alkitab menggambarkan bahwa dia hakim yang tidak jujur, tidak adil,korup, dan tidak punya rasa malu. Ironisnya, hakim itu sadar bahwa dirinya jahat, tidak takut Allah dan tidak menghormati seorangpun (ayat 4). Apakah Saudara pernah menjumpai orang seperti hakim ini; orang yang kepadanya Saudara mengharapkan bantuan? Bagaimana dengan Allah? Ingatlah peristiwa sebelumnya, Yesus melihat seorang janda yang berduka karena anak laki-laki satu-satunya meninggal. Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan dan berkata kapada janda itu "Jangan menangis!" Bahkan, Yesuslah yang berinisiatif menghampiri janda itu dan membangkitan kembali anaknya (Injil Lukas 7:11-17).  Kontras dengan hakim yang lalim, Allah mereka adalah adalah Allah yang adil dan benar, mencintai manusia, bahkan rela berkorban demi manusia (Injil Yahya 3:16; Surat Filipi 2:6-8).

Bagaimana Yesus menggambarkan siapa janda itu dalam perumpamaan-Nya? Saat itu, seorang perempuan, terlebih lagi seorang janda, memiliki posisi yang rendah di masyarakat, seringkali dalam keadaan miskin dan tidak berdaya. Janda ini sudah beberapa waktu lamanya membela haknya dan tidak ada suami yang mendampinginya. Janda itu tidak memiliki klaim kebenaran atas kasusnya. Dia tidak punya "jalan masuk" kepada hakim yang lalim itu, datang tanpa diundang bahkan hakim itu menolak kehadirannya dan tidak bersedia membela kasus yang dihadapinya (ayat 3,4). Tetapi perhatikan, bagaimana murid-murid Yesus dan para pengikut-Nya memiliki keadaan yang berbeda.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan Allah sebagai Bapak peduli terhadap anak-anak-Nya (Injil Lukas 11:13).  Mereka memiliki akses yang terbuka ke hadirat Bapak-nya dan dapat datang kapan saja untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan (Surat Efesus 2:18; 3:12; Ibrani 4:14-16; 10:19-22). Ketika mereka berdoa, mereka memiliki di sorga seorang Juruselamat yang adalah Pembela (Surat 1 Yahya 2:1) dan Imam Besar (Ibrani 2:17-18), yang secara konsisten mewakili mereka di hadapan takhta Allah. Ketika mereka berdoa, mereka dapat membuka Firman Allah (Kitab Suci) dan mengklaim banyak kebenaran janji Allah yang tidak pernah gagal. Mereka juga memiliki Roh Kudus yang membantu mereka dalam berdoa (Surat Roma 8:26-27). Janda itu datang ke pengadilan dengan hakim yang lalim; tetapi mereka datang ke takhta kasih karunia (Surat Ibrani 4:14-16).

Bagaimana usaha janda itu memperoleh pembelaan atas haknya? Ketekunan, dia selalu datang, beberapa waktu lamanya tetapi tidak putus asa (ayat 3,4). Terus saja ia datang, siang malam, dan akhirnya mendapatkan jawaban (ayat 5,7). Teks Kitab Suci menggambarkan "janda itu mengganggu terus sehingga hakim itu tidak bisa tidur, sehingga matanya menjadi biru seperti bekas dipukul". Satu-satunya alasan hakim yang lalim membantu janda itu adalah karena dia takut akan "lelah" dan merusak reputasinya. Tetapi, Allah menjawab doa untuk kemuliaan-Nya dan untuk kebaikan umat-Nya serta Dia tidak jengkel ketika umat datang menghampiri-Nya.

Bacalah ayat 6-8. Jadi, terlebih baik lagi Allah yang menjawab doa anak-anak-Nya dan Yesus menegaskan bahwa murid-murid-Nya harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (ayat 1). Sebelumnya, Yesus pernah berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan....Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Injil Lukas 11:9-13).

Nikmatilah persekutuan yang penuh kasih dengan Allah. Senantiasa berdoa, jangan putus asa dan jangan menyerah, karena Allah pasti menjawabnya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd10082023)

Thursday, 27 July 2023



[Lukas 7:11-15]
Kamis, 27 Juli 2023

Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"
(Injil Lukas 7:11-15)

Adalah kesedihan ketika ditinggalkan oleh orang yang dicintai, suami/istri, anak, orang tua, keluarga atau sahabat. Bukan ditinggalkan dalam waktu 2-3 hari, beberapa minggu/bulan bahkan beberapa tahun, tetapi ditinggalkan untuk selamanya karena kematian yang memisahkannya. Dan bagaimana ucapan "Turut berdukacita. Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan" bisa menolong di tengah duka, tangisan dan bayang-bayang hari-hari berikutnya yang suram? Perhatikanlah kisah seorang janda yang ditinggal mati anak satu-satunya yang masih muda dan bagaimana Allah berbelaskasihan kepadanya; bacalah Injil Lukas 7:11-15.

Kisah sebelumnya, seorang Perwira mencari Yesus dan dengan sangat meminta pertolongan kepada Yesus untuk menyembuhkan seorang hambanya yang sakit keras dan hampir mati. Yesus memenuhi permintaan seorang Perwira itu, hambanya yang sakit telah sehat kembali (Injil Lukas 7:1-10). Tetapi sekarang, Injil mencatat peristiwa berikutnya; Yesus menolong seorang janda, anak tunggalnya yang sudah mati dihidupkan kembali. Tidak ada permintaan dari janda itu tetapi Yesus-lah yang menghampirinya dan bertindak memberikan pertolongan.

Bacalah ayat 11-12. Di kota sebelumnya, banyak orang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon telah berkumpul mendengarkan Yesus dan disembuhkan dari penyakit dan juga dari kerasukan roh-roh jahat (Injil Lukas 6:17-19). Orang banyak tersebut berkerumun dan berbondong-bondong menyertai Yesus sampai dekat pintu gerbang kota Nain. Mereka bertemu dengan sekumpulan banyak orang dari kota itu. Di tengah hiruk-pikuk banyak orang inilah, Yesus memberikan perhatiannya pada satu pribadi; seorang janda yang berduka hendak memakamkan anak laki-lakinya, anak tunggalnya yang masih muda.

Betapa lembah air mata penderitaan menjadi bagian hidup manusia sehari-hari di dunia ini. Seorang anak laki-laki muda, harapan satu-satunya dari seorang ibu yang melahirkannya, ternyata harus meninggal dunia mendahului ibunya. Saat itu, seorang janda yang hidup sebatang kara tidak punya pengharapan lagi dalam hidupnya. Dan di dalam waktu, tempat dan kesempatan yang tepat, Yesus bertemu dengan janda itu.  

Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" (ayat 13). Tidak seperti beberapa peristiwa sebelumnya, orang-orang mencari Yesus dan memohon pertolongan; tetapi tidak ada perkataan dari janda itu atau orang lain yang memohon kepada Yesus untuk menghidupkan kembali anak yang sudah mati. Yesus melihat janda itu tetapi tidak seperti orang lain melihat. Yesus melihat, berbelaskasihan dan mengambil inisiatif untuk menghampiri janda itu, hadir di dalam duka mendalam yang sedang dialami. Pada peristiwa yang lain, hati Yesus sedih, sangat terharu dan Dia ikut menangis bersama keluarga yang berduka (Injil Yohanes 11:33-35). Yesus tidak sedang menyalahkan janda itu ketika mengatakan "Jangan menangis!", tetapi berbelaskasihan dan memberikan penghiburan serta pengharapan (yang tidak bisa diberikan oleh orang lain) bahwa Yesus akan menghidupkan anak yang sudah mati itu. Penulis Injil memberikan gelar "Tuhan" kepada Yesus untuk pertamakalinya melalui peristiwa ini.

Bacalah ayat 14. Yesus berbelaskasihan dan bertindak dengan kuasa-Nya. Yesus tidak menunggu sampai ada yang meminta-Nya untuk menolong, tetapi mengambil inisiatif dan menghentikan para pengusung jenazah anak itu; peristiwa yang sebenarnya tidak dipikirkan dan diharapkan oleh janda itu dan orang-orang lainnya. Dan hanya dengan perkataan-Nya (firman-Nya) yang penuh kuasa, Yesus menghidupkan anak yang sudah mati itu. Yesus berkuasa atas hidup dan maut.

Bacalah ayat 15. Pada akhirnya, tangisan dan duka mendalam seorang janda menjadi kesaksian belas kasihan dan kuasa Allah yang bisa dilihat banyak orang. Anak yang sudah mati dan siap dimakamkan itu sekarang bangkit, bangun, duduk dan mulai berkata-kata; menjadi bukti terjadinya mujizat. Setelah anak itu bangkit, Yesus menyerahkan anak itu kembali kepada ibunya. Peristiwa yang mengharukan, menggambarkan terjadinya pemulihan dalam hidup janda itu. Ia memulai hidup yang baru dengan harapan baru bersama anak tunggal laki-lakinya yang hidup lagi.

Yesus Kristus adalah Tuhan yang berkuasa atas hidup dan maut. Yesus juga membangkitkan Lazarus yang sudah mati. Yesus berkata kepada Marta (saudaranya Lazarus), "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (bacalah Yohanes 11:1-44). Apakah Saudara sedang menghadapi duka yang mendalam, menangis dan putus asa menantikan pertolongan Allah? Percayalah bahwa Allah tidak meninggalkan Saudara. Dia adalah Allah yang melihat dan berbelas kasihan kepada yang berduka; berinisiatif hadir di hidup mereka dan berkuasa memberikan pertolongan yang tepat pada waktu yang tepat. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd27072023)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...