[1 Raja-raja 19:1-8,10,14,18]
Rabu,
16 Februari 2022
"Karena
merasa pergumulan terlalu besar sehingga Allah yang Maha Besar kelihatan sangat
kecil. Allah tidak pernah meninggalkan Saudara, percayalah dan berjuanglah!"
(Kitab 1 Raja-raja 19:1-8, 10, 14, 18)
Saudara,
kenyataannya setiap orang mengalami pergumulannya sendiri-sendiri; khususnya
dalam masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini. Apakah Saudara
merasa bahwa segala usaha yang sudah Saudara kerjakan tidak membuahkan hasil
seperti yang Saudara harapkan? Apakah Saudara merasa frustasi menghadapi
pergumulan hidup? Belajarlah dari kegagalan Nabi Elia dan bagaimana Allah
menolong dirinya. Bacalah kitab 1
Raja-raja 19:1-8, 10, 14, 18.
Nabi
Elia sudah dipelihara secara ajaib oleh Allah selama 3,5 tahun masa kekeringan.
Dia sendiri sudah mengalami kemenangan dalam pergumulan spiritual yang berat
dan spektakuler di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46)? Tetapi, mengapa
akhirnya dia ketakutan dan bahkan ingin mati saja? Memang Nabi Elia adalah
manusia biasa sama seperti Saudara (Surat Yakobus 5:17), tetapi bagaimana hal
itu bisa terjadi?
Perhatikan ayat 1-2. Tersirat bahwa
semua yang telah dikerjakan Allah dengan dahsyat dan ajaib melalui Nabi Elia
yang taat, tidak membuat raja Ahab dan Isebel berbalik meninggalkan dewa Baal
dan menyembah Allah saja. Raja Ahab tetap lemah dan tidak membela Allah. Isebel
tidak bertobat. Tersirat justru Isebel melawan Allah dan berencana membunuh
nabinya Allah (bacalah surat 2 Korintus 4:4).
Perhatikan ayat 3. Dalam peristiwa sebelumnya
di gunung Karmel, Nabi Elia yakin apa yang akan terjadi dan melihat sendiri
bagaimana Allah bertindak menunjukkan kuasa-Nya. Dia berharap apa yang sudah
terjadi bisa mengubah orang-orang untuk meninggalkan dewa Baal dan kembali
kepada Allah. Tetapi sekarang, kenyataan yang
dilihatnya berbeda dengan apa yang diharapkannya. Nabi Elia menjadi takut kepada
perempuan penyembah dewa Baal itu dan lari supaya tidak dibunuh (ingat
sebelumnya, 450 nabi Baal telah dikalahkan dan dibunuh). Ia melarikan diri
menjauh 152 km ke arah Selatan, bukan atas perintah Allah (bandingkan 1
Raja-raja 17:5, 8-10; 18:1-2, 36). Dalam ketakutannya, Nabi Elia merasa
bertanggung jawab atas keamanan dirinya sendiri, bukan pada Allah. Nabi Elia
berkecil hati dan melarikan diri dari apa yang harus diselesaikannya.
Perhatikan ayat 4-5a. "Cukuplah itu!
Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada
nenek moyangku". Nabi Elia mengatakan "Cukuplah itu!" dan "ambillah nyawaku". Tersirat
bahwa ia kecewa dengan hasil pelayananan yang tidak seperti harapannya sendiri.
Ia kecewa
dengan hal yang seharusnya tidak terjadi pada dirinya sebagai nabi Allah. Ribka,
Rahel, Ayub, Nabi Musa, Salomo, Yunus dan Rasul Paulus juga mengungkapkan "ambillah nyawaku" di tengah
pergumulan hidup mereka (Kejadian 27:46, 30:1; Ayub 3:11; Bilangan 11:15;
Pengkhotbah 2:17; Yunus 4:3; 2 Korintus 1:8). Merasa terbebani dengan energi
emosional dan fisik yang berlebihan membuatnya memikirkan hal yang terburuk. Nabi
Elia melupakan bagaimana Allah sudah dan terus bekerja memeliharan dan memakai
dirinya (bacalah kitab Mazmur 23).
Perhatikan ayat 10, 14, 18. "Aku bekerja
segiat-giatnya bagi Tuhan..; hanya aku
seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku". Nabi Elia menjawab Allah dua kali dengan kalimat yang sama. Tersirat
bahwa Nabi Elia juga tertekan dengan perasaan "hanya aku seorang diri" melayani Allah. Sebenarnya,
masih ada 100 nabi Allah yang diselamatkan oleh Obaja, kepala istana raja Ahab
(1 Raja-raja 18:3-4). Allah sendiri menegaskan bahwa karena pekerjaan-Nya maka
masih ada 7.000 orang di Israel yang tidak sujud menyembah Baal dan yang
mulutnya tidak menciumnya.
Perhatikan ayat 5b-8. Berita baiknya
adalah Allah bersabar, peduli dan memperhatikan Nabi Elia sepenuhnya. Pergumulan
yang telah menekan jiwa maupun fisik/tubuhnya diperhatikan oleh Allah. Melalui 2
kali sentuhan malaikat ketika dirinya berbaring dan tidur, Allah hadir dan
menghibur Nabi Elia. Alih-alih berbicara tentang kesalahan spiritual dan
emosional Nabi Elia, Allah melayani Nabi Elia dan menyediakan "roti bakar
dan air" yang membuatnya kuat lagi. Allah tidak pernah meninggalkan Nabi
Elia. Allah merestorasi Nabi Elia, membuatnya kuat berjalan lagi 40 hari 40 malam lamanya (400 km) sampai ke gunung Allah,
yakni gunung Horeb; di sanalah firman Allah datang kembali kepadanya.
Saudara, banyak orang merasa pergumulannya
terlalu besar sehingga Allah yang Maha Besar kelihatan sangat kecil. Ingatlah
pesan Rasul Paulus, 4 hal tentang pencobaan: pencobaan-pencobaan
yang dialami adalah pencobaan-pencobaan yang biasa, tidak melebihi kekuatan dan
dapat menanggunnya, Allah setia, dan ada jalan keluarnya (1 Korintus 10:13). Allah tidak
pernah meninggalkan Saudara, percayalah dan berjuanglah (bacalah Ibrani 4:14-16).
Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd160222).