Thursday, 10 February 2022



[1 Raja-raja 18:41-46] 
Kamis, 10 Februari 2022

"Allah yang berkuasa adalah Allah yang bertindak mengubahkan hati manusia. Jangan menyerah, percaya dan berdoalah senantiasa"
(1 Raja-raja 18:41-46)

Di tengah berbagai pergumulan hidup dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, apakah Saudara mengalami frustasi dan menyerah? Bagaimana tetap berdoa dan percaya bahwa Allah berkuasa dan juga bertindak? Renungkan kisah doa Nabi Elia, bacalah kitab 1 Raja-raja 18:41-46.

Karena menyembah dewa Baal, Allah menghukum bangsa Israel. Hujan tidak turun selama 3,5 tahun (1 Raja-raja 17:1; 18:1). Dan akhirnya, Allah menyatakan kuasa-Nya di gunung Karmel (tempat keramat dewa Baal). Rakyat Israel tersujud dan berkata "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"; 450 nabi Baal ditangkap dan dibunuh (1 Raja-raja 18:39-40). Selanjutnya, bagaimana Allah menurunkan hujan?

Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya (1 Raja-raja 18:41-42). Perhatikan, saat itu belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Perkataan Nabi Elia kepada raja Ahab menunjukkan kepercayaannya bahwa Allah pasti bertindak menggenapi apa yang sudah difirmankan-Nya; hujan pasti turun. Tetapi perhatikan yang dilakukan Nabi Elia; ia naik ke puncak gunung Karmel dan berdoa dengan sikap yang tidak biasa. Penafsir Alkitab menjelaskan bahwa membungkuk dengan muka di antara kedua lutut adalah posisi seorang perempuan yang berjuang melahirkan bayinya. Nabi Elia percaya bahwa Allah pasti menurunkan hujan (setelah 3,5 tahun) dan dia berdoa dengan sungguh-sungguh. Nabi Elia menunjukkan keindahan doa orang percaya.

Ingatlah perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu"  (Injil Matius 9:37-38). Tuan yang empunya tuaian pasti mempunyai tujuan dan segala cara untuk mengumpulkan tuaian yang banyak baginya. Tetapi perhatikan, tuan berkata kepada pekerjanya (budaknya) supaya pekerjanya itu meminta kepada dirinya untuk mengirimkan banyak pekerja lagi. Bagaimana dengan doa Nabi Elia di gunung Karmel?

"Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali" (1 Raja-raja 18:37). Perhatikan 2 poin penting doa Nabi Elia: Tuhan yang disembahnya adalah Allah sejati yang berkuasa dan Dia-lah yang mengubah hati manusia. Tetapi perhatikan kisah selanjutnya; Nabi Elia yang sudah bekerja segiat-giatnya bagi Allah tetapi merasa sendirian dan nyawanya terancam oleh bangsa Israel yang telah meninggalkan Allah. Tetapi Allah berfirman kepadanya, "Tetapi Aku (Allah) akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia" (1 Raja-raja 19:14,18). Peristiwa ini penting sehingga Rasul Paulus mengutipnya dalam surat Roma 11:1-5. Poin pentingnya, jangan menyerah, Allah tidak meninggalkan umat-Nya; Allah mengubah hati mereka karena kasih karunia-Nya.

Perhatikan ayat 43-45. Sebelumnya dalam peristiwa turunnya api, Nabi Elia berdoa dan Allah segera menjawabnya (ayat 37-38), tetapi tidak demikian dengan peristiwa turunnya hujan. Namun demikian, Nabi Elia tidak putus asa dan tidak menyerah, tetap berdoa dengan sungguh-sungguh. Ingat bagaimana sikap doa Nabi Elia di puncak gunung Karmel dan bagaimana ia meminta bujangnya untuk melihat tanda hujan sampai 7 kali. Awan kecil sebesar telapak tangan yang terlihat adalah cukup baginya untuk percaya bahwa Allah sudah menjawab doanya. Peristiwa ini dikutip dalam surat Yakobus 5:16-18, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya". 

Perhatikan ayat 46. Dan akhirnya, peristiwa di gunung Karmel berakhir dengan Allah memberikan kepada Nabi Elia tenaga ajaib dan ilahi, sehingga ia dapat lari lebih cepat dari kuda-kuda raja Ahab, sejauh 27 Km. Nabi Elia taat, percaya, berdoa dan menjadi alat Allah menunjukkan kuasa-Nya. Allah yang sejati adalah Allah yang menjawab doa, bertindak dan mengubah hati manusia. Jangan menyerah, percaya dan berdoalah senantiasa. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd101222)

Saturday, 5 February 2022



[1 Raja-raja 18:30-40]
Sabtu, 5 Februari 2022

"Merindukan ibadah yang benar kepada Allah, 
bukan hanya merindukan berkat-Nya saja".
(1 Raja-raja 18:30-40)

Pandemi Covi-19 sudah berjalan 2 tahun; new normal, hidup tidak sama seperti dulu lagi. Ada banyak perubahan dalam kehidupan ibadah kepada Allah. Bagaimana dengan hidup ibadah Saudara kepada Allah saat ini (ibadah pribadi maupun bersama jemaah)? Renungkanlah restorasi ibadah yang dikerjakan Allah atas umat Israel, ketika mereka semakin jauh hidup dalam dosa dengan menyembah dewa Baal. Bacalah kitab 1 Raja-raja 18:30-40.

Dikisahkan bahwa Israel menjadi kerajaan yang dipimpin oleh raja-raja yang tangguh, sampai pada pemerintahan raja Ahab (874-853 sebelum Masehi). Tetapi, raja Ahab melakukan apa yang jahat di mata Allah lebih dari pada semua raja sebelumnya. Ia memperistri Ezebel dari Sidon yang menyembah dewa Baal ("tuan/pemilik") dan akhirnya berpengaruh sangat buruk bagi kehidupan ibadah Israel. Mereka beribadah kepada dewa Baal dan sujud menyembah kepadanya. "Ahab menimbulkan sakit hati Tuhan, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya" (1 Raja-raja 16:29-34). Allah menghukum dengan tidak menurunkan hujan selama 3,5 tahun yang pasti mendatangkan penderitaan bagi mereka. Dan akhirnya, Allah yang sejati menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menurunkan hujan secara ajaib. Bagaimana tindakan Allah menurunkan hujan?

Perhatikan, tersirat bahwa yang terpenting bukan tentang turunnya hujan dan berakhirnya kekeringan/penderitaan tetapi bagaimana restorasi kehidupan ibadah yang dikerjakan Allah atas umat-Nya. Allah menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang sejati. Allah menunjukkan kuasa-Nya melalui Nabi Elia yang taat mengerjakan kehendak-Nya. Renungkan 5 pokok restorasi ibadah yang dikerjakan Allah dalam peristiwa di gunung Karmel itu.

Pertama. Memperbaiki ibadah (ayat 30-33). Nabi Elia meruntuhkan mezbah yang telah dibangun oleh 450 nabi Baal dan membangun kembali mezbah untuk Allah dengan menumpuk 12 batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. Perhatikan, Nabi Elia sebenarnya nabi di kerajaan Israel Utara yang terdiri atas 10 suku saja. Tindakan Nabi Elia menunjukkan bahwa ia mengingat janji Allah tentang restorasi dan berkat atas seluruh Israel (12 suku).

Kedua. Pengorbanan ibadah (ayat 34-35). Perhatikan, air mengalir sekeliling mezbah; bahkan parit penuh dengan air. Ingat, setelah tidak turun hujan selama 3,5 tahun, pasti air sangat berharga bahkan sangat sulit mendapatkannya saat itu. Tindakan ini menunjukkan bahwa ada harga mahal yang dikorbankan dalam ibadah. Seorang utusan Injil tingkat dunia pernah berkata "Jika Kristus menyediakan diri mati di kayu salib, maka tidak ada hal yang terlalu besar dalam hidup saya untuk saya persembahkan kepada-Nya".

Ketiga. Kerinduan supaya nama Allah diketahui oleh dunia (ayat 36-37). Pada waktu mempersembahkan korban, Nabi Elia berkata "biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel.. bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." Bagaimana hidup ibadah Saudara saat ini, apakah nama Allah yang sejati semakin dikenal dunia; atau kebesaran nama Saudara sendiri dan justru nama Allah semakin dihujat dunia?

Keempat. Kerinduan dikenal sebagai hamba Allah (ayat 36). Nabi Elia berkata, "dan bahwa aku ini hamba-Mu". Bukan hanya rindu supaya nama Allah dikenal oleh dunia, apakah Saudara juga rindu nama Saudara sendiri dikenal oleh dunia sebagai hamba Allah? Apakah Saudara malu mengakui identitas Saudara sebagai hamba Yesus Kristus yang sudah mati disalibkan dan bangkit? Bagaimana dengan kesaksian hidup Saudara sendiri di tengah dunia?

Kelima. Mengikatkan diri pada Allah dan firman-Nya saja (ayat 36). Selanjutnya, Nabi Elia berkata "dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini". Ia berhadapan dengan 450 nabi Baal bukan karena kehendak dan kemauan diri sendiri tetapi hanya karena Allah dan taat mengikuti firman-Nya. Walaupun kelihatannya sulit bahkan tidak logis, ketaatan pada firman-Nya mendatangkan pertobatan dan pemulihan umat-Nya serta nama Allah ditinggikan (ayat 38-40)

Saudara, renungkanlah 5 pokok restorasi ibadah di atas. Rindukanlah ibadah yang benar kepada Allah, bukan hanya merindukan berkat-Nya saja. Selamat beribadah. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd050222)

Friday, 4 February 2022



[1 Raja-raja18:20-40]
Jumat, 4 Februari 2022

"Allah yang sejati itu mendengar dan bertindak; jangan mendua hati, bertobatlah dan beribadah hanya kepada-Nya".
(Renungan kitab 1 Raja-raja 18:20-40)

Dikisahkan dalam Alkitab, peristiwa yang terjadi tahun 900an sebelum Masehi ketika dosa semakin merajalela di Israel (1 Raja-raja 16:29-34), dengan dramatis Nabi Elia ("Yahweh adalah Allahku") seorang diri berhadapan dengan 450 nabi Baal (Baal: "pemilik/tuan", dewa kesuburan) di gunung Karmel untuk membuktikan siapa Allah yang sejati. Dan terbukti bahwa Allah yang sejati adalah Allah yang disembah Nabi Elia dan Baal adalah allah palsu. Tragis, akhirnya 450 nabi Baal itu ditangkap dan disembelih di tepi sungai. Kisah ini mengajarkan kepada umat bahwa Allah yang sejati menuntut pertobatan yang sejati. Bacalah kisahnya dalam kitab 1 Raja-raja 18:20-40. 

Ayat 20-21. Nabi Elia berkata kepada seluruh rakyat: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Tersirat bahwa bangsa Israel tidak menjawab dan tidak mengambil keputusan dengan benar. Mereka tidak menyerahkan hati sepenuhnya kepada Allah karena ada illah-illah lain dalam hidup mereka. Allah menghendaki pertobatan yang sejati. Bagaimana harus menjawab Allah yang sejati dan memutuskan untuk setia hanya kepada-Nya adalah perkara yang sangat penting. Perhatikan pengulangan kata "menjawab" di ayat 24, 26, 29, 37. Perhatikan teladan Yosua yang mengambil keputusan hanya beribadah kepada Allah yang sejati, "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15). Ingat pesan Allah kepada salah satu jemaah-Nya yang ditulis oleh Rasul Yahya, "Aku (Allah) tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" (kitab Wahyu 3:15). Jangan mendua hati, jawablah Allah, bertobatlah dan ambillah keputusan untuk beribadah hanya kepada-Nya.

Ayat 22-29. Pertemuan di gunung Karmel (tempat keramat Baal) ini untuk memutuskan sekali dan untuk selamanya, menyatakan kuasa Allah atas Baal dan menunjukkan siapakah Allah Israel yang sejati. Pertandingan ini bukan untuk menentukan mana allah yang lebih besar, tetapi untuk menentukan yang mana adalah Allah yang sejati atau palsu! Kontestasi pertandingan yang terjadi adalah untuk memastikan bahwa apa yang segera akan terjadi benar-benar merupakan mukjizat. Perhatikan, mereka mempersembahan korban kepada Baal dengan sungguh-sungguh seharian, bahkan sampai melukai diri sendiri dan darah bercucuran dari tubuh mereka. Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. Dewa Baal yang dipercaya mendatangkan hujan dan petir/api ternyata adalah allah yang palsu. Ibadah mereka sia-sia karena dilakukan dengan salah kepada allah palsu. Bagaimana dengan hidup ibadah Saudara?

Ayat 30-40.  Allah telah melatih dan mempersiapkan Nabi Elia selama 3,5 tahun masa kekeringan. Allah membangun relasi dan memelihara Nabi Elia bahkan menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menghidupkan kembali anak janda Sarfat yang sudah mati (1 Raja-raja 17:1-2, 8-9, 22). Tersirat bahwa Nabi Elia semakin mengenal siapa Allah yang disembahnya adalah Allah yang hidup. Tetapi perhatikan, kontestasi pertandingan dengan 450 nabi Baal bukanlah rancangan Nabi Elia melainkan kehendak dan perbuatan Allah sendiri. Nabi Elia mengikatkan dirinya pada Allah dan firman-Nya, "bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini" (ayat 36). Perhatikan yang tertulis, kontras dengan 450 nabi Baal, Nabi Elia berbicara kepada Allah hanya beberapa kalimat saja dan langsung api turun dengan ajaib. "Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya" (ayat 38). Rakyat Israel bertobat dan 450 nabi Baal dihukum mati. Renungkan, ingat peristiwa dibinasakannya Sodom dan Gomora serta diturunkannya tulah di Mesir; api Allah yang turun berkuasa mempertobatkan tetapi juga menghakimi yang tidak percaya kepada-Nya (baca Kejadian 19:24; Keluaran 9:24).

Rancangan Allah penuh risiko dan tampaknya tidak menguntungkan tetapi dikerjakan Nabi Elia dengan taat dan akhirnya menang. Renungkan, Yusuf di penjara sebelum akhirnya berkuasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 39:20-23; 41:45-46); Gideon mengalahkan Midian hanya boleh dengan 300 orang (Hakim-hakim 7:7-9); Daniel di gua singa (Daniel 6:16-28); dan tentunya Yesus yang disalibkan, mati dan bangkit (Injil Matius 27:32-44; 28:1-10). Allah yang sejati itu mendengar dan menyatakan kuasa-Nya, jangan mendua hati, bertobatlah dan beribadah hanya kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd040222)

Friday, 21 January 2022



[1 Raja-raja 18:16-22] 
Jumat, 21 Januari 2022

(Renungan kitab 1 Raja-raja 18:16-22)

Seorang bijak berkata bahwa kesulitan hidup bisa terjadi tidak selalu karena dosa, tetapi dosa selalu menimbulkan kesulitan hidup. Memasuki tahun 2022, apakah Saudara mengalami kesulitan hidup? Bagaimana Saudara menghadapinya? Renungkanlah kisah kesulitan hidup yang pernah dialami umat Allah. Bacalah kitab 1 Raja-raja 18:16-22.

Waktu itu, Raja Ahab yang lebih jahat dari raja-raja bangsa Israel sebelumnya, beribadah kepada dewa Baal dan sujud menyembah kepadanya (1 Raja-raja 16:30-34). Akhirnya, Allah di atas segala illah menjatuhkan hukuman atas Raja Ahab dan bangsa Israel. Selama 3 tahun, embun atau hujan tidak turun dan terjadilah kekeringan serta penderitaan. Namun bukan berarti Allah meninggalkan umat-Nya. Ingat, Allah memelihara secara ajaib Nabi Elia di tepi sungai Kerit dan di rumah janda Sarfat, bahkan anak janda yang sudah mati dihidupkan kembali (1 Raja-raja 17:6,12,16,22). Obaja, kepala istana yang sungguh-sungguh takut akan Allah, menyelamatkan 100 orang nabi Allah dalam gua (1 Raja-raja 18:3-4). Bagaimana dengan bangsa Israel yang mengalami kekeringan dan penderitaan?

Perhatikan 1 Raja-raja 17:1 dan 18:1. Sebelumnya, Nabi Elia berkata"Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." Kemudian sesudah beberapa lama, datanglah firman Allah kepada Nabi Elia dalam tahun yang ketiga: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi." Allah mendatangkan penghukuman tetapi juga pemulihan dan pengampunan. Tetapi bagaimana respon raja Ahab dan bangsa Israel sendiri?

Perhatikan ayat 17-18. Raja Ahab tidak mengakui dosanya, bahkan menyalahkan Nabi Elia, "Engkaulah itu, yang mencelakakan Israel?" Tersirat bahwa Raja Ahab tidak taat dan lebih percaya kepada dewa Baal (dewa kesuburan/pertanian). Menurutnya, karena Nabi Elia-lah maka dewa Baal marah dan tidak menurunkan berkat. Dan dengan berani, Nabi Elia menyatakan kebenaran "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal". Allah sudah berfirman bahwa kekeringan akan datang kepada Israel yang tidak taat (kitab Ulangan 28:15,23-24). Bagaimana dengan bangsa Israel sendiri?

Perhatikan ayat 20-21. Seluruh rakyat Israel berkumpul di gunung Karmel. Lalu Nabi Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Nabi Elia peduli dan memperhatikan apa yang dialami oleh bangsa Israel. Frasa "berapa lama lagi" menyiratkan bahwa Allah mengasihi mereka dan menantikan pertobatan mereka. Sikap mereka yang "berlaku timpang" dan "tidak menjawab sepatah katapun" menunjukkan bahwa mereka saat itu terombang-ambing antara Allah dan Baal, tidak memiliki keberanian untuk mengambil posisi yang benar tetapi menggabungkan keduanya dalam hidup mereka. Mereka menyembah Allah untuk menyenangkan para nabi Allah, tetapi juga menyembah Baal untuk mendapat berkatnya dan menyenangkan Izebel yang telah membunuh nabi-nabi Allah (lihat 2 Raja-raja 17:33). Namun Allah menentang dengan keras sikap seperti ini. Mereka tidak bisa hidup dengan mendua hati, kecuali hanya hidup sepenuhnya bagi Allah (bandingkan Yosua 24:15, Injil Matius 6:24).

Raja Ahab dan bangsa Israel tentu berharap kekeringan dan penderitaan yang mereka alami selama 3 tahun itu segera berakhir, dan mereka menantikan doa Nabi Elia (ingat 1 Raja-raja 17:1). Memang nantinya, Nabi Elia sungguh-sungguh berdoa kepada Allah dan akhirnya turunlah hujan yang lebat (1 Raja-raja 18:45) mengakhiri kekeringan dan penderitaan yang mereka alami. Namun perhatikan hal yang penting, sebelum semuanya itu terjadi, Allah menuntun mereka pada pertobatan yang sesungguhnya. Penderitaan yang mereka alami menjadi alat kasih Allah untuk menuntun mereka kembali kepada-Nya. Di gunung Karmel, tempat keramat bagi dewa-dewa, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya di atas segala illah dan menunjukkan kasih-Nya kepada mereka (perhatikan ayat 19, 22).

Saudara, bertobat dan percayalah bahwa kesulitan hidup menjadi alat Allah untuk menuntun Saudara kembali kepada-Nya dan menikmati kasih-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd210122)

Wednesday, 19 January 2022



[1 Raja-raja 18:1-6] 
Rabu, 19 Januari 2022

"Kekuasaan dan kasih Allah nyata melalui 
orang-orang yang taat dan setia kepada-Nya".
(1 Raja-raja 18:1-16)

Waktu itu, Raja Ahab yang lebih jahat dari raja-raja bangsa Israel sebelumnya, beribadah kepada dewa Baal dan sujud menyembah kepadanya (1 Raja-raja 16:30-34). Baal dikenal sebagai dewa kesuburan dan pertanian. Akhirnya, Allah di atas segala illah menjatuhkan hukuman atas Raja Ahab dan bangsa Israel. Selama 3 tahun, embun atau hujan tidak turun dan terjadilah kekeringan yang sangat mengerikan. Terjadilah kelaparan yang parah dan orang-orang menderita. Allah menyatakan kekuasaan-Nya di atas dewa Baal yang mereka sembah. Dalam masa kekeringan itu, Allah memelihara secara ajaib Nabi Elia di tepi sungai Kerit dan di rumah janda Sarfat. Bahkan, anak janda yang sudah mati dihidupkan kembali (1 Raja-raja 17). Allah berkuasa atas kehidupan. Allah mendatangkan penghukuman tetapi juga pemulihan dan pengampunan. Bacalah kisah selanjutnya, 1 Raja-raja 18:1-16.

Perhatikan ayat 1-2. Kekejaman musuh dan ketaatan Nabi Elia. Jika 3 tahun sebelumnya Allah berfirman supaya Nabi Elia sembunyi dari Raja Ahab (1 Raja-raja 17:3), maka sekarang Allah berfirman kepadanya untuk memperlihatkan diri kepada Raja Ahab yang semakin jahat dan tidak bertobat. Raja Ahab membiarkan rakyatnya kelaparan, bahkan lebih peduli merawat kuda dan bagal miliknya sendiri. Dia semakin giat menyembah Baal bersama Izebel, istrinya yang telah membunuh nabi-nabi Allah. Jadi, menghadap Raja Ahab bagi Nabi Elia adalah nyawa taruhannya. Tetapi Nabi Elia taat, pergi memperlihatkan dirinya kepada Raja Ahab. Allah sudah berelasi dan membentuk Nabi Elia sehingga dia memahami bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang hidup.

Perhatikan ayat 3-6. Di tengah pergumulan, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya melalui pribadi yang taat kepada-Nya. Ingat kisah sebelumnya, Allah memelihara Nabi Elia melalui burung gagak di tepi sungai Kerit dan di rumah seorang janda di Sarfat (17:4,9). Sekarang, Allah memakai Obaja (nama Ibrani: "abdi Yahweh/penyembah Yahweh"), seorang kepala istana. Perhatikan pergumulan situasi yang dihadapi Obaja. Obaja hidup di suatu masyarakat dimana raja dan rakyatnya menyembah berhala. Tidak hanya itu, para nabi Allah dibunuh oleh Izebel, sang permaisuri. Ahab sendiri hanya mementingkan kekuatan militernya yang tampak dari tindakannya mencari rumput bagi kuda dan bagal. Bahkan dalam situasi kelaparan yang demikian parah, Ahab tidak merasa perlu mencari Allah. Malahan ia mencari rumput sendiri bagi kekuatan militernya. Dengan kata lain mata rohani Ahab sudah menjadi buta. Bencana alam yang begitu hebat (ayat 2) tidak menyadarkan dia. Namun, Obaja tetap takut akan Tuhan dalam situasi seperti ini. Ia tidak hanya menyelamatkan 100 nabi Allah dari pembunuhan namun juga menyembunyikan dan memberi mereka makan dan minum setiap hari. Itu merupakan suatu tindakan yang berbahaya. Obaja adalah seorang yang berani melawan arus dan ia pun berhasil dalam kariernya dengan menjadi kepala istana.

Perhatikan ayat, 7-14. Dilema hamba Allah. Sampai akhirnya suatu saat di tengah perjalanan, dalam rancangan Allah, Obaja bertemu dengan Nabi Elia. Nabi Elia meminta supaya Obaja (kepala istana) menyampaikan kepada Raja Ahab bahwa Nabi Elia akan menemuinya. Bagaimana respon Raja Ahab nantinya? Obaja takut jika dia pergi untuk memberi tahu Ahab, Tuhan akan mengirim Elia ke tempat lain, dan dia akan dibunuh karena mengatakan dia telah menemukannya. Dia takut Ahab akan mengetahui tentang dia yang menyembunyikan 100 nabi Allah yang benar. Obaja, orang yang sungguh-sungguh takut kepada Allah pun kuatir dan takut. Tetapi akhirnya, Obaja berani pergi menemui Raja Ahab dan menyampaikan keberadaan Nabi Elia yang akan menemui dirinya.

Perhatikan ayat 15-16. Jawab Nabi Elia: "Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepada Raja Ahab." Lalu pergilah Obaja menemui Raja Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Raja Ahab pergi menemui Nabi Elia. Ungkapan ini menunjukkan keintiman relasi Nabi Elia dengan Allah dan ketaatan Nabi Elia mengerjakan perintah-Nya. Obaja yang takut pada Ahab tetapi dia lebih takut pada Allah. Obaja dipakai Allah sebagai alat-Nya dalam misi menyatakan kekuasaan dan kasih-Nya.

Kekuasaan dan kasih Allah nyata melalui orang-orang yang taat dan setia kepada-Nya. Siapapun Saudara, memasuki dan menjalani tahun 2022, bersiaplah menjadi alat Allah di mana pun dan dalam pergumulan apapun Allah mengutus Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd190122)

Tuesday, 18 January 2022



[Keluaran 2-4] 
Selasa, 18 Januari 2022

 "Tuhan sedang terus bekerja. Dan karena Dia mengasihi Saudara, 

Dia ingin melibatkan Saudara dalam pekerjaan-Nya".
(Renungan kitab Keluaran 2, 3, 4)

Penjara Angola di Louisiana adalah salah satu lembaga pemasyarakatan terbesar dan dengan sistem pengamanan terketat di Amerika Serikat. Kebanyakan penghuninya adalah narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup yang tidak memiliki harapan akan masa depan. Beberapa tahun lalu, penjara itu mempekerjakan kepala penjara baru, yang merupakan seorang Kristen. Ketika menerima jabatan baru itu, orang Kristen ini tidak tahu apa maksud Tuhan untuk tempat yang suram dan tanpa harapan itu. Suatu hari seorang terpidana dihukum mati atas segala kejahatannya. Roh Kudus menyadarkan kepala penjara itu bahwa ia tidak tahu apakah napi itu seorang Kristen, tetapi ia dapat membantu mengantarkannya ke dalam kekekalan.

Kepala penjara itu merasa Tuhan ingin memakainya untuk membawa pengharapan dan keselamatan kepada para penghuni penjara itu. Gerejanya sedang mempelajari Experiencing God (Mengalami Tuhan), dan ia memutuskan untuk mengadakan kursus itu juga bagi para napi yang mau mengikutinya. Kursus itu juga ditawarkan kepada semua orang yang menantikan hukuman mati.

Tuhan mulai mengubah hidup banyak orang melalui pelajaran itu. Banyak orang yang menanti hukuman mati menjadi Kristen. Sesungguhnya, begitu banyak narapidana yang menjadi Kristen sampai-sampai 7 gereja yang berbeda diadakan di dalam penjara dengan para penghuni sendiri melayani sebagai pendetanya. Kekerasan dan narkoba menurun drastis di lembaga pemasyarakatan itu. Ketika para napi itu selesai mempelajari Experiencing God, mereka mulai mengadakan studi-studi Alkitab lainnya. Beberapa bahkan merasa Tuhan memanggil mereka ke dalam pelayanan Kristen!

Akhirnya, sebuah seminari teologi mulai memberikan pelatihan-pelatihan kepada para napi itu dan menjadikan penjara itu sebagai kampus satelit resmi. Beberapa penghuni merasa terpanggil misi pekabaran Injil. Akibatnya, napi-napi itu minta dipindahlan ke penjara-penjara lain agar dapat memulai memimpin pelajaran-pelajaran Alkitab dan membawa rekan-rekan napi lainnya untuk percaya kepada Kristus. Para napi itu membawa dampak yang sangat positif pada penghuni penjara itu sampai-sampai kepala-kepala penjara dari seluruh negeri mulai meminta Penjara Angola untuk memindahkan beberapa napinya yang sudah diubahkan ke penjara mereka. Tuhan sedang bekerja di salah satu tempat paling tak berpengharapan di negara itu, dan Dia mencari seseorang untuk bergabung dengan-Nya dalam pekerjaan itu. Ketika Tuhan mengundang kepala penjara itu untuk bergabung, orang ini tidak dapat membayangkan semua yang akan Tuhan lakukan. Seperti itulah yang terjadi setiap kali Tuhan datang pada seorang anak-Nya dan mengundangnya untuk bergabung dengan Dia dalam misi-Nya. (Bab 5 buku Experiencing God: Knowing and Doing the Will of God; Henry Blackaby, Richard Blackaby, and Claude V. King. Terjemahan diterbitkan: Penerbit Katalis, Yogyakarta Des. 2021).

Alkitab menyatakan bahwa ketika Tuhan akan melakukan sesuatu di dunia kita, Dia akan menyingkapkan yang akan dilakukan-Nya itu kepada umat-Nya. Lalu Tuhan melakukan tujuan-Nya itu melalui umat-Nya. Seperi inilah juga cara Tuhan bekerja dengan Saudara. Alkitab dirancang untuk membuat Saudara mengerti jalan-jalan Tuhan. Lalu, ketika Tuhan mulai memakai hidup Saudara dengan cara yang sama seperti yang Dia lakukan di dalam Alkitab, Saudara akan menyadari bahwa itu adalah Tuhan.

Bacalah kitab Keluaran pasal 2-4. Renungkanlah pengalaman Nabi Musa yang menggambarkan dengan indah cara Tuhan bekerja dalam hidup seseorang. Perhatikan, ada 7 realitas mengalami Tuhan: 1) Tuhan sedang terus bekerja di sekitar Saudara, 2) Tuhan mengejar relasi kasih yang terus menerus dengan Saudara secara nyata dan bersifat personal, 3) Tuhan mengundang Saudara untuk terlibat dengan-Nya dalam pekerjaan-Nya, 4) Tuhan berbicara melalui Roh Kudus yang memakai Alkitab, doa, situasi, dan gereja untuk menyatakan diri-Nya, tujuan-tujuan-Nya dan jalan-jalan-Nya, 5) Undangan Tuhan agar Saudara bekerja dengan-Nya selalu membuat Saudara mengalai krisis kepercayaan yang membutuhkan iman dan perbuatan, 6) Saudara harus membuat penyesuaian-penyesuaian besar dalam hidup Saudara untuk dapat bergabung dengan Tuhan dalam pekerjaan-Nya, dan 7) Saudara akan mengenal Tuhan melalui pengalaman ketika Saudara menaati Dia, dan Dia melakukan pekerjaan-Nya melalui Saudara.

Tuhan sedang terus bekerja memperdamaikan dunia dengan diri-Nya. Karena Dia mengasihi Saudara, Dia ingin melibatkan Saudara dalam pekerjaan-Nya. Renungkanlah tujuh realitas mengalami Tuhan. Tuhan menolong Saudara mengerti bagaimana cara Dia bekerja dengan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd180122) 

Monday, 17 January 2022



[Matius 2:1-12] 
Senin, 17 Januari 2022

"Memasuki Tahun Baru 2022, memulai 
perjalanan iman dan ketaatan kepada Allah".
(Injil Matius 2:1-12)

Perjalanan hidup terus berlangsung, 2 minggu tahun yang baru 2022 sudah berlalu. Covid-19 masih menjadi ancaman. Berbagai persoalan hidup masih menjadi pergumulan. Namun, perjalanan hidup harus dilanjutkan. Apakah semuanya akan berjalan dengan baik? Renungkanlah perjalanan orang-orang Majus dari Babilonia ke Yerusalem menemukan Yesus. Bacalah Injil Matius 2:1-12.

Ayat 1-2. Perhatikan, orang-orang Majus di Babilonia telah melihat bintang yang ditunjukkan Allah sebagai tanda bahwa Yesus telah lahir. Kemudian mereka menempuh perjalanan dari negerinya yang jauh dan memakan waktu lebih dari 1 tahun hingga akhirnya bertemu dengan Yesus di sebuah rumah di Betlehem. Yesus bukan lagi seorang bayi mungil yang terbungkus dengan kain lampin, usia-Nya sudah lebih dari satu tahun. Yusuf dan Maria pun sudah berpindah dari kandang binatang ke rumah biasa (lihat Matius 2:16).

Perjalanan IMAN. Renungkan, bagaimana orang-orang Majus menempuh perjalanan yang jauh dan memakan waktu sampai lebih dari 1 tahun? Mereka adalah orang-orang bijaksana, ahli dalam berbagai ilmu, kelompok bangsawan dan bangsa non-Yahudi. Namun, mereka bersedia meninggalkan negerinya menuju Yerusalem untuk menemukan dan menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Mereka bersiap menempuh perjalanan yang tidak nyaman di atas unta dengan berbagai resikonya. Entah bagaimana tanggapan teman-teman mereka dan masyarakat atas tindakan mereka tersebut. Cuaca padang gurun sangat panas dan kadang-kadang cukup dingin bahkan terjadi badai. Ada banyak pencuri dan bandit di sekitar perjalanan yang bisa merampok harta benda mereka bahkan membunuhnya. Ingat, mereka membawa harta benda yang berharga seperti emas, kemenyan dan mur. Mereka menempuh perjalanan yang penuh risiko, tidak dapat mengetahui dengan pasti perjalanan di depan yang akan dilaluinya.

Namun, orang-orang Majus itu melangkahkan kakinya dengan percaya. Mereka hanya menduga dari keahlian astronomi mereka bahwa bintang yang mereka lihat adalah tanda ilahi yang mengumumkan kelahiran Yesus. Mereka hanya mengetahui sedikit dari tradisi agama Yahudi yang dikenal mereka di Babilonia. Tetapi bukan sekedar tahu, melalui "sarana" yang tidak memadai itu mereka percaya dan melangkahkan kakinya. Mereka bersedia mengorbankan kenyamanan, keamanan dan harta bendanya; melangkah dengan iman dan menemukan Yesus. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1). Sebaliknya, semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi yang sudah tahu dari kitab-kitab yang mereka pelajari, tetapi mereka tidak segera bertindak menemukan Yesus.

Perhatikan ayat 11. Setelah perjalanan panjang (mereka mungkin tiba ketika Yesus berusia sekitar 2 tahun), mereka akhirnya tiba. Tindakan mereka sangat sederhana, menunjukkan kerendahan hati dan iman yang besar. Orang-orang hebat ini yang penuh dengan kebijaksanaan dan pengetahuan bersujud di tanah di hadapan Seorang anak kecil. Sangat sedikit orang yang mengerti siapa Anak ini, dan apa yang akan Dia lakukan, tetapi sepertinya setidaknya sebagian orang Majus mengerti. Iman mereka memimpin mereka dalam perjalanan panjang dan begitu mereka tiba yang bisa mereka lakukan adalah sujud dalam ibadah yang mereka nyatakan dengan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur kepada yang mereka Agungkan, Yesus Kristus Mesias. Perjalanan mereka adalah perjalanan IBADAH,  dengan rendah hati dan beriman; berkorban baik waktu dan harta bahkan hidup mereka. Bacalah surat Roma 12:1.

Ayat 12. Perhatikan, ini adalah perintah langsung dari Allah yang tercatat di awal Injil Matius. Orang-orang Majus bisa membuat banyak alasan untuk tidak patuh dan menghindari jalan memutar yang membuang waktu. Dan tampaknya, tidak akan menjadi masalah untuk memberitahukan tentang Anak itu kepada Raja Herodes. Namun, perintah Allah yang tampaknya sederhana (dalam mimpi) mereka taati dengan tindakan sederhana (tanpa banyak penolakan). Ketaatan mereka memberi Yusuf dan keluarganya waktu untuk melarikan diri sebelum Raja Herodes membunuh semua bayi di kota itu. Perjalanan mereka adalah perjalanan KETAATAN.

Saudara, melanjutkan perjalanan hidup di tahun 2022 ini, bersediakah Saudara menjalaninya seperti perjalanan orang-orang Majus dengan sukacita yang sangat besar (ayat 10)? Menjalaninya sebagai perjalanan iman, ibadah dan ketaatan yang memuliakan Allah. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd170122).

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...