Friday, 18 June 2021



[Mazmur 1]
Jumat, 18 Juni 2021

"Dia berkenan atau tidak berkenan berdasarkan atas 
apa yang Dia sudah ungkapkan dalam Firman-Nya. I
tulah sebabnya keutamaan Firman Allah begitu penting".
(Mazmur 1)

Adalah sangat mendasar bagi Saudara untuk memahami keutamaan dari otoritas Firman Allah. Segala sesuatu dalam hidup Saudara haruslah berpusatkan Kristus! Haruslah berpusat dalam diri Sang Mesias, berpusat dalam Kristus, berpusat pada Salib, berpusat pada Kerajaan Allah dimana Sang Raja bertahta dan Sang Raja tinggal! Tetapi bagaimana memusatkan hidup secara berpusatkan Kristus dengan cara yang berpusat pada Kristus? Jawabannya, melalui Firman Allah!

Firman Allah mengungkapkan Kristus. Firman yang dituliskan (Alkitab), mengungkapkan Firman yang hidup (Yesus Kristus)! Sehingga Saudara harus kembali kepada Kepusatan-Kristus dalam kehidupan Saudara, dan satu-satunya jalan Saudara bisa kembali adalah melalui Firman Allah. Mengapa keutamaan dari Firman Allah begitu penting? Bacalah Mazmur 1.

Renungkan tentang perspektif Allah akan segala hal. “Berbahagialah (Diberkatilah) orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” (Mazmur 1:1). “Diberkatilah” (blessed) orang, kata Ibraninya adalah “ashreh”,  jamak. Dengan kata lain, banyak berkat. Ini dapat diterjemahkan, _“O banyaknya berkat... banyak diberkatilah orang...” Dan orang (the man) “ha-ish” adalah kata empatik dalam bahasa Ibrani. Sehingga ini adalah, betapa diberkatinya orang itu! Diberkatilah orang itu, orang dengan jenis tertentu. Jenis seperti apa? Yaitu yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.

Perhatikan, ayat ini tidak berkata, “Dia tidak berjalan dalam kebodohan orang fasik”. Hal itu benar, tetapi bukan yang dikatakan ayat ini. Ayat ini berkata, “Dia tidak berjalan menurut nasihat orang fasik”. Menurut nasihat orang fasik, apa yang kelihatannya bijaksana? Apa yang kelihatannya pintar? Apa yang kelihatannya masuk akal? Tetapi nasihat ini adalah nasihat duniawi yang tidak akan bertahan dalam ujian waktu dan realitas.

Diberkatilah orang. Banyaknya berkat orang itu “yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” Perhatikanlah, Mazmur 1 adalah sebuah studi mendalam akan kontras. Ini adalah kontras antara orang saleh (yang diberkati) dan orang fasik (yang akan dihakimi). Dan ini memberi tahu Saudara untuk waspada dalam bagaimana seharusnya berjalan dengan Allah dari perspektih Allah.

Apakah jangkar teologis untuk Mazmur 1 ini? Ada banyak ayat-ayat yang luar biasa dalam mazmur yang hanya terdiri dari 6 ayat ini tetapi apakah jangkar teologis dari mazmur ini? Perhatikan ayat terakhir yang menjadi akar dari seluruh mazmur ini, “sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan” (ayat 6). Mengapa tidak dikatakan, “Tuhan mengenal orang benar?” Mengapa dikatakan, “Tuhan mengenal jalan orang benar?” Karena kata “mengenal” dalam bahasa Ibrani adalah "da’at” . Arti kata ini bukan sekedar pengetahuan, tetapi “memperhitungkan, menimbang, mempertimbangkan.” Dan secara mendasar, ayat ini berkata: Allah memperhitungkan jalan orang benar.

Perhatikan. Ide di belakang hal ini adalah Allah berkenan kepada jalan orang benar. Dia menimbangnya dan mempertimbangkannya. Dia memperhitungkannya dan berkenan kepada jalan orang benar. Jalan orang fasik tidak diperkenan oleh Allah dan oleh karenanya dihakimi oleh Dia. Inilah prinsip teologisnya, perkenan Allah adalah yang mutlak terpenting. Dan karena perkenanan Allah adalah mutlak terpenting, bagaimana Saudara mendefinisikan sukses dalam hidup harus sesuai dengan perkenanan Allah? Bagaimana Saudara mendefinisikan sukses dalam pelayanan harus sesuai dengan perkenanan Allah? Bagaimana Saudara mendefinisikan sukses dalam pekerjaan harus sesuai dengan perkenanan Allah?

Pertanyaannya, bagaimana Allah (da’at) memperhitungkan dan memperkenan? Jawabannya: Berdasarkan Firman Allah (ayat 2-3).  Perhatikan, dari perspektif Allah, sukses ditentukan oleh satu hal dan hanya satu hal. Perkenanan Allah! Dan bagaimana Allah berkenan atau apa yang Allah tidak berkenan? Dia berkenan atau tidak berkenan berdasarkan atas apa yang Dia sudah ungkapkan dalam Firman Allah. Itulah sebabnya keutamaan Firman Allah begitu pentingnya karena menentukan sukses sejati bagi Saudara dalam terang perkenanan Allah. Renungkan Firman Allah dan hidup yang selaras dengan Firman-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. 

Tuesday, 15 June 2021



“Bersediakah Kau mengulanginya kembali melalui saya?”

Pada tahun 1940, Profesor Edwin Orr (School of World Missions, di Fuller Theological Seminary), membawa sekelompok tim mahasiswa dari Amerika ke Inggris untuk mengunjungi tempat-tempat religius di Kerajaan Inggris. Mereka tiba di Lincolnshire, rumah John Wesley (28 Juni 1703 – 2 Maret 1791). Dan ketika ia membawa para mahasiswa ke rumah Wesley, mereka mengunjungi dapurnya Wesley biasa makan. Mereka pergi ke ruang belajar Wesley, dan beberapa buku-buku Wesley masih dibiarkan di rak bukunya. Dan kemudian mereka pergi ke lantai dua ke sebuah ruangan kecil di mana Wesley tinggal; itu adalah kamar tidurnya.

Di kamar tidur Wesley, mereka melihat di atas lantai berkarpet ada dua lekukan di atas lantai. Dan sang profesor menjelaskan kepada murid-muridnya, “Kedua lekukan ini terbentuk oleh lutut John Wesley dimana ia berlutut di lantai dan meninggalkan bekas lekukan di lantai.” Para murid itu terinspirasi karena disitu John Wesley berlutut berseru kepada Allah untuk suatu kebangunan. Inilah John Wesley, tergabung dalam umat Allah dalam doa syafaat, berseru bagi suatu kebangunan rohani, untuk sebuah restorasi! Tidak heran pada masa Wesley, terjadi kebangunan rohani yang mengubah secara harafiah hidup puluhan ribu orang, ratusan ribu; kota-kota dan desa-desa dibuat berbalik pada Yesus! Suatu kebangunan rohani dicurahkan, kebangunan rohani Wesley.

Dan kemudian profesor Edwin Orr memberitahukan murid-muridnya, “Waktunya sudah habis!” Mereka kembali ke bus. Profesor menghitung murid-muridnya sebelum berangkat dan ada satu murid hilang. Jadi dia kembali ke dalam rumah. Murid yang hilang itu tidak ada di dapur, tidak juga di ruang belajar. Profesor naik ke kamar tidur dan disitu muridnya berada sedang berlutut di samping ranjang John Wesley, dan kedua lututnya ada di lekukan yang sama dimana Wesley berlutut sebelumnya. Dan sang profesor dengan diam-diam berdiri di belakangnya. Dia bisa mendengar doa-doa muridnya itu. “Tuhan, maukah Kau melakukannya kembali? Bersediakah Kau mengulanginya kembali? Bersediakah Kau mengulanginya kembali melalui saya?” Itulah kunci untuk sebuah kebangunan rohani, itulah kunci untuk membangun Gereja yang memuridkan. Itulah kunci untuk pengudusan.

Bayangkan, Saudara gambar sebuah lingkaran di lantai (lingkaran imajinasi), dan kemudian katakan, “Tuhan, bersediakah Engkau membangkitkan segalanya dalam lingkaran ini?” dan Saudara melangkah masuk ke dalam lingkaran itu. “Tuhan, bersediakah Kau bangkitkan saya dalam lingkaran ini? Mulailah dengan saya – satu korban persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah!” Dan ketika Saudara melakukan hal tersebut, ketika Saudara berseru kepada Allah, ketika Saudara menguduskan hidup bagi Dia, kebangunan rohanipun mulai. Itulah kunci menuju Gereja yang memuridkan!

Dan kemudian sang profesor menyentuh murid itu dan berkata, “Sudah waktunya untuk berangkat, anakku.” Bangkit dari lututnya, Billy Graham muda keluar dan Allah melakukannya kembali! Ada curahan urapan yang kuat atas Billy Graham dalam hidup dan pelayanannya.

"Allah yang kekal dan Bapa Sorgawi, mulailah kembali kebangunan rohani melalui kami. Kami menyesal sudah menambah rumit banyak hal. Kembalikan kami Tuhan.. dengan sebuah kekudusan, kekudusan pelayanan, pelayanan yang sehati, pelayanan yang rohani untuk memuridkan “Gereja”, untuk menjadi sebuah “Gereja” yang memuridkan. Bersediakah Kau memulainya dari saya, Tuhan? Lakukanlah lagi, Tuhan. Lakukanlah lagi melalui saya. Tolonglah kami untuk kembali menguduskan diri kami sehingga Kau boleh memulai dengan setiap kami. Dalam nama Yesus Kristus. Amin!”

(disadur dari khotbah Rev. Edmund Chan, IDMC 2021 Indonesia, 12/06/2021)

Thursday, 10 June 2021



[Ester 8:1-17]
Kamis, 10 Juni 2021

 "Tuhan, Raja segala raja mengubahratap tangis umat-Nya menjadi sukacita".
(Ester 8:1-17)

Renungkan kembali peristiwa yang terjadi di bulan Juni 2.500-an tahun yang lalu, sekitar tanggal 25 Juni 474 Sebelum Masehi.  Umat Tuhan yang terbuang di 127 daerah kekaisaran Persia, mulai dari India sampai Etiopia, saat itu bersukacita karena akhirnya Tuhan menyelamatkan mereka dari ancaman pembunuhan dan pemusnahan. Tuhan, Raja segala raja mengubah tangis umat-Nya menjadi sukacita. Bacalah Kitab Ester 8:1-17.

Perhatikan ayat 1-2. Memang Haman sudah binasa. Namun surat perintah yang dikeluarkan Raja atas tipuan Haman untuk membinasakan umat Tuhan (3:12-13) masih berlaku. Jika tidak ada perubahan, dalam 9 bulan berikutnya orang-orang Persia akan menyerang umat Tuhan dan memusnahkannya dari muka bumi. Sebagai minoritas, mereka bisa dibinasakan, tetapi Tuhan menyertai umat-Nya dengan kuasa mayoritas. Tuhan telah membawa Ester dan Mordekhai ke dalam kerajaan di “waktu yang tepat”, dan mereka siap untuk bertindak. Raja mengambil kembali cincin kerajaannya (3:10), lambang otoritas takhta (8: 8, 10; 3:12), dan dia memberikannya kepada Mordekhai sebagai perdana menteri. Dengan Ratu seorang Yahudi dan Perdana Menteri seorang Yahudi di istana, berarti umat Tuhan di Kekaisaran Persia berada dalam posisi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Perhatikan ayat 3-6. Dengan anugerah dan hikmat Tuhan, Ester terus memperjuangkan keselamatan bangsanya. Tuhan telah meninggikan Ester, gadis yatim piatu di pembuangan, menjadi Ratu, mendapat kasih yang berlimpah-limpah dan dicintai banyak orang (2:15, 17), hidup tentram dalam istana dan tidak kekurangan suatu apa pun. Namun berkali-kali Ester mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang-orang sebangsanya (5:2; 8:3-6). Kekayaan, prestise, dan keamanan pribadi tidak membuat Ester berpuas diri ketika umat Tuhan dalam bahaya.

Ester tidak bisa melakukan segalanya, tetapi dia bisa melakukan sesuatu, dan apa yang bisa dia lakukan, dia melakukannya. Dengan hikmat, Ester menyampaikan kepada Raja alasan 4 rangkap: 1) “jikalau baik pada pemandangan raja”, 2) “jikalau hamba mendapat kasih raja”, 3) “dipandang benar oleh raja”, 4) “raja berkenan kepada hamba”. Dan Raja Ahasyweros memberikan jawaban yang menjadi jalan dbatalkannya surat perintah sebelumnya yang sudah mencekam umat Tuhan.

Perhatikan ayat 7-14. Sebelumnya, Mordekhai adalah orang yang melolong-lolong dengan nyaring dan pedih, mengoyakkan pakaiannya dan mengenakan kain kabung serta abu di atas kepalanya (4:1). Sekarang, Tuhan mengangkatnya menjadi orang penting yang memakai cincin meterai Raja (8:2,15). Ia dulu ditindas melalui cincin meterai Raja (3:12), sebaliknya sekarang menyelamatkan rakyatnya dengan cincin meterai Raja; membuat Surat Undang-undang yang baru untuk membatalkan surat sebelumnya (8:9-10). Surat itu dipersiapkan dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Haman (3:12-15). Dibuat tanggal 25 Juni tahun 474 sM (bulan Siwan: pertengangah Mei – pertengahan Juni), sekitar dua bulan lebih sesudah ketetapan pertama dikeluarkan, sehingga memberikan waktu lebih dari delapan bulan bagi umat Tuhan untuk mempersiapkan pertahanan mereka (ayat9). “Pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan” (ayat 10); secara khusus ditekankan kecepatan dengan mana surat-surat ketetapan Mordekhai disebarkan, bahkan mungkin lebih cepat dari penyebaran surat ketetapan yang dibuat oleh Haman. Inti dari suratnya adalah memungkinkan umat Tuhan saat itu “mempertahankan nyawanya” atas semua musuhnya (ayat 11).

Perhatikan ayat 15-17. Tuhan mengubahkan kegentaran dan ratap tangis di bawah kekuasaan Haman menjadi sorak-sorai kegembiraan di bawah kekuasaan Mordekhai (3:15; 8:15). Dimulai dengan Ratu Ester dalam air matanya (8:3), tetapi berakhir dengan orang-orang sebangsanya yang bersukacita dalam perjamuannya (8:15-17). Mereka yang “berkabung”, “berpuasa”, “menangis” dan “meratap” (4:3), tetapi sekarang beroleh “kelapangan hati”, “sukacita”, “kegirangan” dan “kehormatan” (8:16). Dan terakhir tertulis “dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi” (8:17). 

Saudara... percayalah bahwa Tuhan, Raja segala raja mengubah ratap tangis umat-Nya menjadi sukacita. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd100621).

Monday, 7 June 2021



[Ester 7:1-10]
Senin, 7 Juni 2021

 

Allah tidak pernah terlambat dan keliru bertindak

untuk menyelamatkan umat-Nya!

(Ester 7:1-10)

Apakah Saudara sudah berputus asa melihat kejahatan yang merajalela dan kebenaran seakan terinjak-injak bersama dengan penderitaan umat yang percaya kepada Yesus Kristus? Allah hadir dengan nyata walau nama-Nya tidak disebut. Renungkanlah kisah pemeliharaan Allah kepada umat-Nya di Kitab Ester. Bacalah kitab Ester 7:1-10.

Perhatikan Ester 7:1-6, hikmat dalam menghadapi musuh. Ingat, sejak jamuan sehari sebelumnya yang dipersiapkan Ratu Ester, Raja Ahasyweros telah menunggu untuk mendengar keinginan Ratu. Bahkan Raja telah berkata, “sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu” (5:3, 6). Selama 24 jam sebelumnya, Ester mungkin telah melatih pidatonya berkali-kali, dan sekarang Allah memberinya kekuatan untuk melakukannya di hadapan Raja. Ingat, Ester mempertaruhkan hidupnya sendiri (4:16), karena jika Raja menolak permohonannya, itu bisa mendatangkan hukuman mati baginya.

Perhatikan ayat 3-4, ketika Raja bertanya yang diinginkan Ester, Ester tidak langsung menyebut nama Haman terlebih dahulu. Ester mengatakan bahwa keinginannya bukan untuk menyenangkan diri sendiri tetapi untuk kepentingan Raja. Ester berhikmat, terutama ketika berhadapan dengan Raja “sovinistis” (sifat patriotik yang berlebihan) seperti Ahasyweros. Ester memfokuskan petisi (pernyataan tuntutan) pada kenyataan bahwa kehidupan Ratu dalam bahaya dan Raja harus melakukan sesuatu tentang itu. Tentunya Ahasyweros masih mencintai Ratunya dan tidak ingin hal buruk terjadi kepadanya.

Selanjutnya, Ester mengatakan bahwa tidak hanya kehidupan Ratu yang dalam bahaya, tetapi bangsanya juga dalam bahaya terbunuh. Pernyataan Ester ini bisa membingungkan Raja. Siapakah bangsanya Ratu Ester? Saat itulah Ester mengingatkan Raja tentang dekrit yang telah disetujuinya untuk menghapus bangsa Yahudi. Ester berkata kepada Raja tentang “dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan”, kata-kata yang dipakai oleh Haman dalam peristiwa sebelumnya (3:13). Kata “dijual” dalam ayat ini menunjuk kepada uang yang diberikan Haman kepada Raja Ahasyweros (lihat 3:9). Ester menggunakan kata yang berarti “tidak pantas mengganggu Raja” (lihat 3:8; 5:13). Ratu Ester berani bersuara untuk rakyatnya dan diketahui identitasnya sebagai orang Yahudi. Bagaimana Raja akan merespons?

Perhatikan ayat 5-7. Apa yang dipikirkan Raja Ahasyweros? Secara tidak langsung Raja tertuduh. Ester telah melibatkan Raja dalam kejahatan yang mengerikan, dan Raja merasa bersalah. Raja telah menandatangani surat kematian untuk istrinya sendiri! Raja harus menemukan cara untuk menyelamatkan istrinya dan menyelamatkan namanya pada saat yang sama. Saat inilah, Ester baru menyebut nama Haman setelah Raja mengerti persoalannya dan menjadikannya murka. Ester berhikmat dalam menghadapi musuhnya. Anugerah pemeliharaan Allah, tidak menghilangkan tanggung jawab umat-Nya untuk hidup benar dan bertindak dengan hikmat dalam menghadapi semua ancaman yang ada.

Jadi, sekarang Saudara dapat lebih memahami mengapa Allah mengarahkan Ester untuk menunda permohonannya: Allah ingin memberikan kesempatan kepada Ahasyweros untuk mempelajari apa yang telah dilakukan Mordekhai, bahwa Mordekhai adalah seorang Yahudi dan yang pantas untuk dihormati karena jasanya menyelamatkan Raja (2:19-23). Jika seorang Yahudi menyelamatkan hidup Raja, mengapa Raja harus memusnahkan orang-orang Yahudi?

Perhatikan ayat 8-10. Sebenarnya, Allah telah bekerja di balik layar; dengan hikmat-Nyalah musuh dihancurkan. Haman sangat marah karena Mordekhai tidak tunduk padanya, dan sekarang Haman bersujud di hadapan seorang wanita Yahudi, memohon keselamatan nyawanya. Semula Haman mendongakkan kepalanya (3:1-2), tak lama kemudian ia harus menyelubungi mukanya karena malu (6:12), dan kini terpaksa diselubungi mukanya karena menanti hukuman mati. Haman ingin menyulakan Mordekhai (5:14) tapi Raja menyulakan dirinya. Haman digantung karena tiang gantungan yang ia buat sendiri, sekitar 22 meter tingginya.

Apakah Saudara sudah putus asa di tengah pergumulan hidup sebagai umat-Nya? Percayalah, Allah tidak pernah terlambat dan keliru bertindak untuk menyelamatkan Saudara! Dia senantiasa hadir dalam hidup Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd070621)

Saturday, 29 May 2021



[Ester 6:1-14]
Sabtu, 29 Mei 2021

 "Yang tidak Saudara sadari dan ketahui, tangan Allah yang tidak kelihatan itu 
bekerja untuk kebaikan Saudara."
(Kitab Ester 6:1-14)

Ingat peristiwa sebelumnya, Haman dengan otoritas raja Ahasyweros membuat siasat untuk membinasakan semua orang Yahudi yang terbuang di  127 daerah kerajaan Persia, mulai dari India sampai ke Etiopia (Ester 1:1; 3:13). Kemudian, Mordekhai dan Ester (sudah menjadi ratu) serta orang-orang Yahudi lainnya berpuasa 3 hari lamanya (Ester 4:16-17). Bukan saja berpuasa, Mordekhai dan ratu Ester mulai bertindak. Yang tidak mereka sadari dan ketahui adalah tangan Allah yang tidak kelihatan sedang bekerja menyelamatkan mereka. Bacalah Kitab Ester 6:1-14; bagaimana Allah yang bekerja di belakang layar.

Perhatikan ayat 1-5, pemeliharaan Allah dalam keadaan yang kritis. Haman menyuruh membuat tiang gantungan untuk Mordekhai besok paginya (Ester 5:14) dan Ester tidak dapat menolong. Tetapi dalam waktu yang mendesak tersebut, Allah bekerja di belakang layar melalui beberapa peristiwa yang kelihatannya hanya "kebetulan" saja.

Pertama, ada banyak kemungkinan mengapa raja tidak dapat tidur malam itu. Tetapi realitanya, saat itulah raja menemukan suatu kebenaran yang akhirnya bisa merubah keadaan secara radikal. Kedua, ada banyak hal yang bisa dilakukan raja saat tidak dapat tidur. Tetapi realitanya, raja bertitah untuk mengambil kitab sejarah dan dibacakan untuknya. Ketiga, ada banyak kitab sejarah dan tidak ada perintah raja untuk mengambil kitab sejarah tertentu. Tetapi realitanya, kitab sejarah yang dibacakan adalah tentang Mordekhai yang berjasa menyelamatkan raja dari rencana pembunuhan (Ester 2:19-23). Keempat, ada banyak alasan mengapa terjadi penundaan pemberian anugerah kehormatan kepada Mordekhai. Ada penundaan 5 tahun lamanya (Ester 2:16; 3:7). Tetapi realitanya, penundaan itu akhirnya terwujud justru di waktu yang tepat. Allah bertanggung jawab dan sudah memiliki hari yang dipilih-Nya untuk Mordekhai mendapat kehormatan. Apakah Saudara juga mengalami "penundaan anugerah kehormatan" dalam hidup Saudara? Menurut Saudara, adakah hal baik yang layak Saudara terima saat ini tetapi belum terjadi? Renungkan, mungkin Allah sudah merancangkan waktu yang tepat, yang tidak Saudara pahami saat ini. Penundaan Allah bukan penolakan Allah. Kelima, ada kemungkinan Haman tiba dua jam kemudian setelah raja membaca kitab sejarah tentang jasa Mordekhai. Raja akan berkonsultasi dengan penasihat lain, dan Haman akan terhindar dari peristiwa perayaan kehormatan untuk Mordekhai. Tetapi realitanya, Haman muncul di waktu yang pas. Allah ingin Haman menghabiskan hari itu untuk menghormati Mordekai yang tidak jadi digantungnya. Allah benar-benar memperingatkan Haman bahwa dia lebih baik mengubah arah atau dia akhirnya akan dihancurkan.

Perhatikan ayat 4-11, betapa humorisnya Allah mengatur rancangan-Nya. Pertama, mungkin saja Haman telah terjaga sepanjang malam hingga pagi menikmati pembangunan tiang gantungan. Haman ingin melihat raja sesegera mungkin memberikan izin untuk menggantung Mordekhai; semakin awal digantung, semakin baik dan menyenangkan hatinya. Tubuh Mordekhai akan jadi pameran sepanjang hari dan menjadi ketakutan bagi orang-orang Yahudi di kota. Setelah mengeksekusi Mordekhai, Haman bisa yakin bahwa semua orang akan mematuhi perintah raja dan tunduk padanya. Tetapi realitanya, justru raja Ahasyweros hendak menghormati Mordekhai.

Kedua, Haman memberikan usulan kepada raja seperti yang begitu diinginkannya (ayat 7-9). Tetapi realitanya, justru itulah kehormatan yang diberikan kepada Mordekhai, bukan kepada Haman.

Ketiga, sebelumnya Haman berkata kepada istri dan semua sahabatnya:  "si Mordekhai, si Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana" (Ester 5:13). Tetapi realitanya, sekarang raja berkata kepada Haman: "kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang istana" untuk sesuatu yang baik bagi Mordekhai. Sebuah pukulan telak bagi Haman.

Perhatikan ayat 12-14, prediksi Haman yang berbeda dengan yang dirancangnya. Sangat kontras dengan akhir pasal 5, justru Mordekhai mendapat kehormatan dari raja Ahasyweros. Dan Haman dengan segera menuju kepada kehancurannya (ayat 14, bandingkan 5:5; 6:10). Jika Mordekhai pernah bingung karena raja mempromosikan Haman tetapi mengabaikannya (3:1), dia akan segera mengetahui bahwa sebenarnya Allah tidak melakukan kesalahan.

Jadi, kedaulatan Allah tidak menghilangkan tanggung jawab manusia. Dan pada akhirnya rencana Allah yang akan menyempurnakan rencana Saudara. Bersyukurlah dan percayalah: Tangan Allah yang tidak kelihatan itu bekerja untuk kebaikan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd290521)

Thursday, 27 May 2021



[Kisah Para Rasul 2:1-13]
Kamis, 27 Mei 2021

Peristiwa turunnya Roh Kudus membawa harapan dan 
semangat untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.
(Kisah Para Rasul 2:1-13)
https://alkitab.app/v/e4b5a1d2c728

Sesaat sebelum naik ke sorga, Tuhan Yesus Kristus berjanji kepada murid-murid-Nya bahwa tidak lama lagi Roh Kudus akan turun ke atas mereka (Kisah Para Rasul 1:4-5, 8), dan Dia menggenapinya. Peristiwa turunnya Roh Kudus di Yerusalem, menjadi bukti bahwa Tuhan Yesus Kristus menepati janji-Nya kepada mereka. Renungkan, apa yang dipikirkan murid-murid Yesus pada saat itu ketika mereka melihat Yesus menggenapi janji-Nya? Ingat, sebagai saksi Yesus Kristus, mereka sedang menghadapi pergumulan, ancaman bahkan penderitaan. Sekarang, setelah ribuan tahun berlalu, ketika merayakan peristiwa turunnya Roh Kudus di Yerusalem (Kisah Para Rasul 2:1-13), kebenaran apa yang Saudara renungkan yang menguatkan iman Saudara? Bacalah  sebagian deskripsi kisahnya dalam Kisah Para Rasul 2:5-13. 

Perhatikan ayat 5-8. Ingat, hari raya Pentakosta di Yerusalem dihadiri oleh orang-orang Yahudi dari semua bangsa di dunia dengan bahasa masing-masing. Dan dengan kuasa Roh Kudus, murid-murid bisa berbicara tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah dalam bahasa mereka. Kata Yunani untuk "bahasa" adalah "dialektos" dan dari kata inilah muncul istilah/kata "dialek"

Perhatikan ayat 9-11, dari mana mereka datang? Daftar ini mewakili orang Yahudi dari seluruh dunia yang diketahui di abad pertama. 

“Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia”  (ayat 9) berasal dari daerah “Bulan Sabit Subur” (Mesopotamia), daerah asal dari mana Abraham dipanggil (Ur-Kasdim, Kejadian 11:28) dan dari mana Israel dan Yehuda telah diasingkan (Asyur, Babilonia). Negara-negara modern di “Bulan Sabit Subur” antara lain Israel, Yordania, Lebanon, Suriah, Irak dan Iran Barat.

“Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia”  (ayat 9-10) adalah daerah-daerah dari Turki modern.

“Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene” (ayat 10) adalah daerah-daerah dari Afrika Utara.

“pendatang-pendatang dari Roma”  (ayat 10), para peziarah Yahudi yang bertobat pada kesempatan ini lah yang mungkin telah menjadi asal usul dari gereja di Roma.

“penganut agama Yahudi” (ayat 11), ini menunjuk pada orang bukan Yahudi yang beralih agama kepada Yudaisme. Mereka hadir di Yerusalem karena semua laki-laki Yahudi diwajibkan untuk menghadiri tiga hari raya tahunan utama (lihat Keluaran 23:14-19 dan Imamat 23).

“orang Kreta” (ayat 11).  Kreta adalah sebuah pulau besar di Laut Tengah dekat dengan Turki. Ini mungkin sebagai sebutan kolektif bagi pulau-pulau Aegean, yang berbatasan dengan Yunani daratan di barat dan utara dan Turki di timur.

“orang Arab” (ayat 11), ini menunjuk pada keturunan Esau. Ada beberapa banyak suku bangsa Arab tersebar di bagian Selatan Timur Dekat (bagian dari benua Afrika).

Penafsir Alkitab mengatakan bahwa peristiwa saat Pentakosta itu adalah pembalikan penghakiman di Menara Babel ketika Allah membingungkan bahasa manusia (Kej 11: 1-9). Di Babel, orang-orang tidak dapat memahami satu sama lain karena dikacaukan bahasanya, tetapi pada Pentakosta, mereka bersama-sama hadir dari berbagai daerah, bersama-sama mendengar tentang Yesus Kristus di dalam dialek-dialek asli mereka. Menara Babel dirancang manusia untuk memuji diri dan membuat namanya sendiri besar, tetapi peristiwa Pentakosta membawa pujian kepada Allah. Ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah tanda yang meneguhkan bagi mereka tentang kebenaran dari berita baru mengenai Allah bagi seluruh dunia.

Kenyataannya, Allah membuat mereka semua tahu bahwa Injil adalah untuk seluruh dunia. Allah ingin berbicara dengan setiap orang dalam bahasanya sendiri dan memberikan pesan penyelamatan yang menyelamatkan dalam Yesus Kristus. “Menjadi saksi Yesus Kristus sampai ke ujung bumi” (1:8) adalah tema penting dalam Kitab Kisah Para Rasul. 

Renungkan, sanggupkah murid-murid Yesus Kristus menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi? Mereka harus berhadapan dengan pemerintah Romawi yang berkuasa saat itu dan mengalami banyak penderitaan. Dan Roh Kudus memampukan mereka. Kitab Kisah Para Rasul sebenarnya adalah kisah Roh Kudus sendiri. Dia ada di hati Saudara ketika Saudara percaya kepada Yesus Kristus. Dan kisah Roh Kudus serta kuasa-Nya masih terus terjadi hingga saat ini, dalam diri dan hidup Saudara. Jadilah saksi-Nya sampai ke ujung bumi. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Saturday, 22 May 2021



 [Ester 5:1-14]

 Waspadalah, "ke-aku-an" adalah dosa yang mematikan.
 (Kitab Ester 5:1-14)

 Dengan mengatasnamakan raja Ahasyweros (Kerajaan Persia), Haman telah menulis surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya. Surat perintah supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dan supaya dirampas harta milik mereka. Ikhtiar jahat ini dilakukan ketika Haman sangat panas hatinya setelah melihat Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya (Kitab Ester 3:5, 12-15). Bagaimana persiapan yang dilakukan Haman? Bacalah Kitab Ester 5:1-14. Siapa yang menggali lubang, ia akan terperosok ke dalamnya. Siapa yang berniat (berbuat) jahat terhadap orang lain akan mendapat kecelakaan sendiri.

Perhatikan ayat 1-8. Menghadapi ancaman pemusnahan atas diri mereka, semua orang Yahudi berpuasa selama 3 hari. Dan Ratu Ester (orang benar) melakukan persiapan serta bertindak dengan hikmat. Tuhan membimbing dan memelihara mereka di tengah ketegangan yang ada. Sangat kontras dengan Haman (orang fasik) dengan apa yang dilakukannya. Bacalah bagian berikutnya, ayat 9-14; tindakan yang sombong dan emosional.

Perhatikan ayat 9 dan 13, kerapuhan kesuksesan duniawi. Dengan kekuasaan dan kehormatan yang diperoleh dari raja Ahasyweros, Haman bisa hidup dengan hati yang riang dan gembira. Tetapi seketika bisa lenyap ketika melihat Mordekhai, orang buangan yang dibencinya; sangat panas hatinya (ayat 9). Kata Haman, “Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu” (ayat 13).

Perhatikan ayat 10-12, kebodohan orang sombong. Sungguh suatu kehormatan bagi Haman menghadiri perjamuan khusus dengan Raja dan Ratu sendirian di tempat istimewa pada saat itu! Mustahil setiap pejabat di istana dihormati seperti itu, dan Haman membanggakannya. Fakta bahwa ratu mengundang Haman ke perjamuan kedua hanya meningkatkan kepercayaan diri manusia jahat ini, dan itulah respons yang diinginkan Ester.

Kesombongan orang fasik. Dengan percaya diri, Haman meninggalkan istana dan kembali ke rumah dengan hati yang menyenangkan. Bangga dengan makan malam ekslusif bersama Raja dan Ratu, dan mengantisipasi perjamuan kedua pada malam berikutnya, apa yang diceritakan Haman kepada sahabat-sahabat dan isterinya ketika pulang ke rumah? Perhatikan jumlah kata ganti pribadi maskulin di sini: hatinya, rumahnya, sahabat-sahabatnya, isterinya, kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki (10 anak, Ester 9:7-10), kebesarannya, kenaikan pangkatnya, dan “kecuali aku”. Banyak penafsir Alkitab yang meyakini bahwa "ke-aku-an"/kesombongan adalah esensi dari dosa (lihat Kejadia 3:4-5).

Perhatikan ayat 9b, 13-14. Haman "dipenuhi dengan kemarahan terhadap Mordekhai" dan meracuninya sehingga dia bahkan tidak bisa menikmati kebesaran diri yang dibicarakannya! "Tetapi semua itu tidak berarti, selama masih kulihat Mordekhai, orang Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana." Rasul Paulus membandingkan dendam dan kebencian seperti ragi, dari yang sangat kecil tetapi berangsur-angsur tumbuh mengkamirkan seluruh adonan (1 Korintus 5:8). Dendam dan kebencian dalam hati orang Kristen bisa mendukakan Roh Kudus Allah dan ahrus dikeluarkan dalam hidup mereka (Efesus 4:30-32; Kolose 3:8).

Haman telah menginfeksi istri dan semua sahabatnya dengan kebenciannya yang berdosa terhadap orang-orang Yahudi, dan mereka menyarankan agar Haman meminta izin raja untuk menggantung Mordekhai. Dan tanpa pertimbangan yang matang, Haman segera menuruti saran mereka membuat tiang gantungan. Ironi, realitanya perjamuan yang dirancang Ester tersebut justru menjadi alat Tuhan untuk menyatakan kebenaran dan menjatuhkan hukuman mati kepada Haman. Haman dihukum mati di tiang gantungan yang dibuatnya; bahkan kesepuluh anak laki-laki Haman mati terbunuh juga (Ester 7: 6,10; 9:12).

Jadi Saudara... waspadalah, "ke-aku-an" adalah dosa yang mematikan. Sadarlah dan mintalah hikmat Tuhan dalam setiap langkah Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd210521).

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...