Monday, 22 February 2021

 

[Yosua 24:1-15]

”Ingatlah sejarah sebagai kisah-Nya”
Bacaan: Yosua 24:1-15

History is His story. ­_Sejarah adalah kisah-Nya. Dalam usia Saudara saat ini, semua hal apa yang Saudara ingat dan kenang? Bukan tentang diri tetapi tentang Allah? Bacalah Yosua 24:1-14; apa yang dikenang dan dinasihatkan Yosua di usia senjanya?

Nasihat Yosua yang terakhir dalam hidupnya, diberikannya saat usianya mencapai 110 tahun (Yosua 24:29). Ingat, sejak muda dia menjadi abdi Musa. Pada saat berumur 40 tahun, Tuhan berfirman tentang Tanah Perjanjian kepada Musa; dan akhirnya Kanaan berhasil diduduki setelah 45 tahun lamanya Yosua dalam pengembaraan di padang gurun bersama bangsa Israel (Bilangan 14:30; Yosua 14:10).

Perhatikan, menakjubkan mengetahui di mana Yosua memberikan nasihat terakhirnya pada waktu itu. ”Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem” (Yosua 24:1). Di sinilah, Yosua membangun mezbah Allah dan menuliskan hukum-hukum Allah pada sebuah batu besar dan membacakan serta menyimak kembali hukum-hukum tersebut untuk seluruh bangsa Israel (Yosua 8:30-35).

Di sinilah, untuk pertama kalinya Abraham menerima janji Allah, bahwa Dia akan memberikan seluruh tanah Kanaan kepada Israel, dan di sini pulalah Abraham menolak kesediaannya menyembah allah lain dengan jalan mendirikan sebuah mezbah bagi Allah, satu-satunya Allah yang benar (Kejadian 12:6-7). Di sini pulalah, Yakub setelah pengembaraannya di Mesopotamia, menyucikan dan menguduskan seluruh keluarganya dari penyembahan berhala dengan cara membakar semua berhala-berhala yang ada dan mendirikan sebuah altar bagi Allah pula (Kejadian 33:18-20; 35:1-4).

Yosua ingin agar semua orang tahu bahwa Allah Abraham, Iskak dan Yakub-lah yang memimpin mereka, sehingga mereka memperoleh kemenangan yang besar di tanah Kanaan, sejak mereka menyeberang sungai Yordan, bahkan sejak awal dalam sejarah mereka.

Perhatikan ayat 2-4. Allah-lah yang memilih mereka. “Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat” (ayat 3). Seharusnya mereka tetap rendah hati dan taat. Bacalah Yohanes 15:16.

Perhatikan ayat 5-7. Allah membebaskan Israel. “Lalu Aku mengutus Musa serta Harun” (ayat 5). “Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir”_ (ayat 6). Renungkan, berapa harga penebusan Saudara dari dosa?

Perhatikan ayat 8-10. Allah membimbing Israel. “Aku membawa kamu ke negeri orang Amori... dan mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu” (ayat 8). “Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangan Bileam” (ayat 10).

Perhatikan ayat 11-13. Allah memberikan Kanaan. “Kuserahkan (bangsa Kanaan) ke dalam tanganmu” (ayat 11). “Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu” (ayat 12). “Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan” (ayat 13).

Perhatikan ayat 14-15. “Oleh sebab itu...”  Yosua mengakhiri nasihat dengan sebuah kesaksian yang paling hebat dan berkuasa di seluruh kitab. Dengan suara yang bergetar karena usianya yang telah lanjut, dia meneriakkan: “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"  Kata “serve” (melayani, beribadah) ditulis 15 kali dalam pasal ini; menjadi kata kunci yang harus diperhatikan.

Allah terlibat sepenuhnya dalam perjalanan sejarah. Allah hadir. Allah berkuasa menggenapkan rencana-Nya. Allah setia pada janji-Nya. Bagaimana kenyataan ini membuat hati Saudara tidak berhenti bersyukur sekalipun jalan Saudara tidak mulus?  Bagaimana hal ini menguatkan Saudara menghadapi masa pandemi Covid-19 saat ini, situasi berbagai bencana dan hidup ke depannya? ”Ingatlah sejarah sebagai kisah-Nya.” Bacalah Roma 8:28. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd220221)

Saturday, 20 February 2021

 

[Yosua 23]
Sabtu, 20 Februari 2021

”Konsistenlah, jangan tinggalkan jalan yang benar!”
Bacaan: Yosua 23

Apakah Saudara menjumpai seseorang yang telah dipakai Tuhan dengan heran, tetapi meninggalkan jalan yang benar pada saat berusia lanjut? Ingat, apa yang terjadi dengan Daud dan Salomo pada masa tuanya? Bahkan hamba Allah yang besar yaitu Musa, telah mengecewakan Allah pada masa terakhir dalam hidupnya, sehingga Allah tidak mengijinkannya memimpin bangsa Israel masuk Tanah Perjanjian? Tetapi berbeda dengan Yosua. Bacalah dengan tenang: Kitab Yosua 23; perkataan Yosua yang telah tua dan lanjut umur kepada bangsa Israel.

Yosua muncul sebagai seorang tokoh yang jarang ditemukan dalam kitab Perjanjian Lama, namun secara konsisten mengikuti semua kehendak dan jalan Allah dalam seluruh hidupnya. Ketekunan dan kesetiaannya kepada Allah terlihat dengan jelas dalam sejarah hidupnya, dan kelihatan lebih jelas lagi pada saat ia mengucapkan kata-kata yang teakhir sebelum pergi ke dalam hadirat Allah yang kekal.

”Maka sekarang, sebentar lagi aku akan menempuh jalan segala yang fana” (ayat 14, 15). Perhatikan hal penting, apa yang dipikirkan dan dikatakan Yosua dalam bab terakhir hidupnya?  Bangsa Isreal dan bagaimana hidup mereka di hadapan Allah. ”Konsistenlah, jangan tinggalkan jalan yang benar.” Ingatlah kesetiaan Allah pada bangsa Israel pada masa lalu, yaitu sejak mereka menyeberang sungai Yordan sampai kemenangan mereka atas tanah Kanaan. Yosua mengumpulkan semua orang Israel (ayat 2). Yosua meninggalkan pesan yang pernah disampaikan Tuhan kepada dirinya ketika masih muda dan penakut (ayat 6-9; bandingkan Yosua 1:6-9). Apa yang dikatakan Yosua:

  • "Dan kamu ini telah melihat segala yang dilakukan TUHAN, Allahmu, kepada semua bangsa di sini demi kamu” (ayat 3a).
  • “Sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang telah berperang bagi kamu” (ayat 3b).
  • “Dan TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan mengusir dan menghalau mereka dari depanmu” (ayat 5a).
  • “Sehingga kamu menduduki negeri mereka, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu” (ayat 5b).
  • “Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang” (ayat 8).
  • “Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan kamu ini, seorangpun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang” (ayat 9).
  • “Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadaku” (ayat 10).
  • “Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu” (ayat 11).

Perhatikan ayat 12-16. Selanjutnya... apa penjelasan Yosua terakhir yang tidak kalah pentingnya? Apa yang terjadi jika mereka tidak taat? “Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu, sehingga kamu segera binasa dari negeri yang baik, yang telah diberikan-Nya kepadamu." (ayat 16b).

Yosua hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Allah yang benar. Setelah meninggalkan allah bangsa Mesir, dia tidak pernah meninggalkan Allah yang benar. Dua belas kali dalam pasal 23 di Kitab Yosua, ia menggunakan kata “Tuhan Allahmu”, ketika dia menyatakan keberhasilan yang dicapai Israel saat merebut tanah Kanaan. Ini dengan jelas dan nyata mencerminkan bahwa Allah Israel menduduki tempat pertama dalam hidup Yosua.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara mendengar pesan Yosua? Patuhi Firman Allah (ayat 6), berpegang teguh pada Allah (ayat 8), dan kasihi Allah (ayat 11). ”Konsistenlah, jangan tinggalkan jalan yang benar” Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd200221)

Friday, 19 February 2021


    [2 Samuel 11-12]
   Jumat, 19 Februari 2021

“Semakin jauh bertindak, sadarlah!”
: 2 Samuel 11-12

Seseorang bisa salah semakin jauh bertindak, dan akhirnya terjatuh; bahkan seorang Hamba Tuhan yang terkenal di seluruh dunia. Rasul Paulus menulis, “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12). Salah satu tokoh Alkitab yang mengalami kejatuhan yang serius adalah Daud. Daud adalah orang yang berkenan di hati Tuhan dan dipilih Tuhan menjadi raja atas umat-Nya (1 Samuel 13:14). Bagaimana Raja Daud bisa jatuh; melakukan hal yang jahat di mata Tuhan? Bacalah kisahnya di kitab 2 Samuel pasal 11 dan 12!

APA. Kejahatan Daud di mata Tuhan dan konsekuensinya. Daud tidak mengerjakan tanggung jawabnya (11:1), tidur dengan istri pahlawan perangnya (11:4-5), membuat siasat jahat dan melibatkan orang lain (11:6-13), melakukan pembunuhan berencana (11:14-25), dan menutupi kesalahannya (11:26-27). Tetapi Tuhan melihat kejahatan Daud dan menjatuhkan hukuman atasnya (12:10-12, 15). Daud bertobat (12:13).

SIAPA. Siapa Daud (“yang dikasihi”)? Apakah dia orang yang tidak mengenal Tuhan yang telah memilih dan memeliharanya? Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa ini? Daud yang berotoritas, Batsyeba (“si lincah ayu”)  (istri Uria) yang elok rupanya, Yoab dan orang-orang suruhan yang ikut terlibat, Uria (“terang dari Yehovah”), pahlawan perang yang menjaga kehormatan tetapi terbunuh, dan beberapa orang tentara ikut gugur pula. Anak laki-laki yang dilahirkan bekas istri Uria pun mati. Natan (“pemberi”) tampil dengan otoritas Tuhan yang mengutusnya. Salomo (“perdamaian”) anak Daud lahir dari Batsyeba isterinya. Yedija (“kekasih Yehovah”) nama dari Tuhan untuk Salomo. 

KAPAN. Apakah Daud jatuh pada saat menghadapi pergumulan hidup yang berat? Daud sudah menjadi raja yang berkuasa. Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya berperang, dan seharunys Daud juga ikut berperang. Pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya dan bersantai di istananya; mulai saat inilah peristiwa terjadi. Dengan cepat Daud menyusun siasat-siasatnya. Ada waktu 1 tahun-an, sampai akhirnya anak laki-laki dari perempuan yang ditidurinya lahir. Daud tidak mengakui kesalahannya, sampai tiba waktunya Natan – utusan Tuhan hadir, kesalahan dinyatakan dan penghukuman diberikan. Pada hari yang ketujuh setelah Daud berpuasa, menangis, dan berbaring di tanah, matilah anak itu. Dan hari yang baru dimulai kembali.

DI MANA. Apakah Daud jatuh pada saat berada di tengah-tengah situasi dan musuh yang mencobainya? Peristiwa justru berawal dari dalam istananya sendiri. Dan menjadi masalah dalam medan peperangan, dan akhirnya masalah bagi seluruh bangsa Israel.

BAGAIMANA. Perhatikan. Apa yang dilakukan Daud di awal peristiwa ini? Dan kemudian bagaimana langkah-langkah selanjutnya? Berjalan-jalan di atas sotoh istana – melihat perempuan sangat elok rupanya yang sedang mandi – dengan otoritasnya mulai melibatkan orang lain - mencari tahu dan membawa perempuan istri orang tersebut kepadanya – tidur dengan perempuan itu dan hamil – membuat siasat jahat untuk menutupi apa yang dilakukannya – berlanjut ke pembunuhan berencana pada Uria yang tidak bersalah – beberapa orang dari tentara gugur. Daud merasa aman, perempuan tersebuat menjadi isterinya dan melahirkan anak laki-laki baginya. Tetapi Tuhan tidak membiarkan Daud terus ada di dalam dosanya. Natan hadir dengan otoritas Tuhan, menyatakan kebenaran. Daud bertobat dan mendapat anugerah Tuhan, menerima konsekuensi dosa bagi dirinya, keluarganya dan bangsanya (12:10-15)

MENGAPA. Mengapa Daud bisa melakukannya dan jatuh? Apakah Daud tidak tahu bahwa yang dilakukannya adalah melanggar hukum Tuhan? Bacalah 2 Samuel 12:7-8, apakah Daud melupakan Tuhan dan bagaimana Tuhan sudah dan akan memberkatinya? Bagaimana menurut Saudara? 

Realitanya, Daud telah jatuh dan Alkitab dengan jujur menceritakannya. Betapa kuatnya kuasa dosa, tetapi kasih Tuhan lebih besar dan mengatasinya. Tuhan mengasihi Daud. Dia mengutus Natan yang dengan hikmat menegur Daud yang telah jatuh. Daud bertobat dan Tuhan mengampuninya. Bagaimana dengan Saudara? Apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, mengapa? “Semakin jauh bertindak, sadarlah!” “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”  (1 Yohanes 1:9). Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd190221).

Thursday, 18 February 2021



[2 Samuel 11-12] 
Kamis, 8 Februari 2021

”Kontestasi Rasa Malu vs Kehormatan”
Bacaan: 2 Samuel 11-12

Saudara pernah mendengar seorang Hamba Tuhan yang terkenal di akhir hidup/pelayanannya terungkap telah terlibat dengan kasus yang sangat memalukan? Kasus yang berkaitan dengan dosa seks/perjinahan, menghancurkan reputasi pelayanannya, berdampak sangat buruk bagi keluarga dan orang banyak? Perihal rasa malu menjadi pelajaran serius yang didajarkan Alkitab. Bacalah kitab 2 Samuel pasal 11 dan 12; Raja Daud – raja yang dipilih Tuhan - telah melakukan hal yang sangat memalukan: perjinahan, penipuan dan pembunuhan berencana.

Perhatikan, 2 Samuel 11-12 ditulis dengan struktur yang indah:
A1. Daud mengirim Yoab untuk mengepung Raba (11.1). 
B1. Daud tidur dengan Batsyeba, yang hamil (11.2-5)
C1. Daud membunuh Uria (11.6-7)
D1. Yoab mengirimi Daud pesan (11.18-27a)
            E.Tuhan tidak senang dengan Daud (11.27b)
D2. Tuhan mengirimkan utusan kepada Daud (12.1-14)
C2. Tuhan menyerang bayi laki-laki Daud, yang meninggal (12.15-23)
B2. Daud tidur dengan Batsyeba, yang hamil (12.24-25) 
A2. Yoab meminta Daud untuk mengepung dan menangkap Raba (12.26-31)

Perhatikan. Ini sebenarnya kisahnya Daud dan Uria orang Het, walaupun seringkali diberi judul “Daud dan Batsyeba”. Nama Batsyeba sendiri hanya disebut 2 kali (2 Samuel 11:3 dan 12:24). Matius menulis, “Daud memperanakkan Salomo dari istri Uria”, tidak menyebut nama Batsyeba (Matius 1:6). Penulis Kitab 2 Samuel mengarahkan pembaca pada konteks “perasaan malu dan kehormatan” sebagai perspektif kolektif yang penting saat itu. Hal yang seringkali dituliskan dalam Alkitab. Bukankah rasa malu, kehilangan muka adalah hal serius yang kita hadapi juga, yang sekarang kita pahami sebagai “dosa”?

Perhatikan, siapa Daud? Dia pribadi yang dipilih oleh Tuhan sendiri, dan layak menjadi idola. Dia memiliki kemampuan yang beragam yang sangat luas; seorang gembala, penyanyi, pembuat puisi, pahlawan perang, seorang raja, seorang hakim, pemimpin dan penyembah. Tetapi Alkitab menceritakan Daud melakukan hal yang sangat memalukan, mengingkari apa yang seharusnya dilakukan orang dengan hatinya Tuhan. Bahkan kita tahu hal ini dari kesaksian perasan pribadinya sendiri, yang ditulis dalam mazmur-mazmurnya (emosi yang jujur, sukacita dan sedih). Bacalah Mazmur 51.

Bacalah 2 Samuel 11:1. Penulis kitab Samuel menyampaikan hal yang memalukan dalam konteks budaya saat itu. Raja Daud tidak melakukan kewajibannya memimpin perang.

Bacalah 2 Samuel 11:2-4. Tersirat Daud melakukan hal yang memalukan. Apakah Daud tidak tahu hukum yang tertulis di kitab Keluaran 20:14, 178? Apakah Daud tidak tahu bahwa Israel sebagai umat Allah, memiliki standard hidup yang berbeda dari bangsa-bangsa lain? Apakah Daud juga tidak tahu bahwa para pelayan istana melihat dan mendengar semua yang terjadi (kota saat itu sangat padat)? Tetapi Daud bertindak seperti raja-raja disekitarnya. Dia dengan otoritasnya mengambil istri dari pahlawan perangnya sendiri (2 Samuel 23:39). Apakah Saudara juga sedih dan kecewa melihat hal ini?

Bacalah 2 Samuel 11:5-8. Paling tidak ada waktu 9 bulan sebelum Batsyeba berkata “Aku mengadung”. Apakah Daud berani menerima konsekuensi atas tindakannya, sebagaimana orang yang memiliki hati Allah? Sekali lagi dia melakukan tindakan-tindakan yang memalukan. Dia memanipulasi keadaan, menyuap Uria dan tidak tahu situasi medan perang. Daud tidak mau kehilangan kehormatannya, menyelamatkan mukanya dengan tidak bertanggung jawab.

Bacalah 2 Samuel 11:9-25. Bandingkan dengan Daud, bagaimana banyak saksi di istana melihat Uria dengan kehormatan perilakunya? Dengan tangannya sendiri, Uria membawa surat hukuman mati bagi dirinya. Beberapa tahun sebelumnya, Saul mau membunuh Daud; tetapi sekarang dia yang menjadi pelaku pembunuhan berencana. Bukan saja membunuh Uria, tetapi juga beberapa orang lainnya (ayat 24).

Bacalah 2 Samuel 11:26-27. Daud sekali lagi memalukan, menganggap masalah sudah selesai; seperti apa yang dilakukan raja-raja dunia di sekitarnya. “Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN” (ayat 27).

Bacalah 2 Samuel 12. Perhatikan struktur di atas, bagaimana pasal 11 dan pasal 12 ditulis. Bagaimana tindakan memalukan Daud terungkap dari perspektif Tuhan? Daud bertobat, ”Aku sudah berdosa kepada TUHAN” (ayat 13), bukan hanya kepada Uria dan istrinya, orang-orang yang ikut mati terbunuh, dan bangsa Israel. ”Jika Tuhan dipermalukan oleh tindakan-tindakanku, maka aku hanya punya satu pilihan yaitu mengakui dosa tersebut dan bertobat”. Bacalah Mazmur 51. 

Daud menanggung konsekuensi dosa dan rasa malu itu tetap tinggal. Tetapi anugerah Tuhan mengatasinya, ”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Tuhan Yesus Kristus mengampuni dan mengasihi Saudara. 🙏(erd180221)

Wednesday, 17 February 2021


 
[Yosua 22:9-34]
Rabu, 17 Februari 2021

”Kebaikan tanpa kebenaran, berbahaya”
Bacaan: Yosua 22:9-34

 Seseorang bisa sangat marah kepada orang yang dikasihinya (pasangan, anak, saudara, sahabat), yang dianggap sudah bersalah karena tidak mentaati Firman Tuhan. Ternyata anggapan tersebut salah karena kesalahan informasi yang didengarnya. Orang yang dikasihinya tidak memberikan informasi dengan jelas. Ingin melakukan kebaikan tetapi tanpa kebenaran dan fatal akibatnya. Saudara mengalaminya? Bacalah kisah menarik di kitab Yosua 22:9-34.

Perhatikan ayat 9-12. Bani Ruben, bani Gad dan setengah suku Manasye akan kembali ke seberang sungai Yordan, ke tanah yang telah mereka pilih; di mana istri dan anak-anak mereka sudah menunggu setelah 7 tahun ditinggalkan. Sebelum menyeberangi sungai Yordan, mereka menyempatkan diri mendirikan “mezbah” yang besar bangunannya. Terdengarlah oleh 9 suku Israel yang lainnya. Mereka marah dan bersiap maju memerangi bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu. Bayangkan, perang saudara yang bisa terjadi.

Perhatikan ayat 24; apakah tujuan pendirian “mezbah” tersebut sesuatu yang tidak baik? Mengapa menimbulkan kemarahan dan memicu perang saudara? Perhatikan ayat 16-20 (Ulangan 12:13-14, Ulangan 13; Imamat 17:3-9; Bilangan 25); apakah alasan kemarahan dan peringatan 9 suku Israel yang lain adalah sesuatu yang tidak baik?

Perhatikan ayat 24-25. Bagaimana sikap suku bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu? Bukankah sebenarnya anak-anak mereka sendiri yang bisa bermasalah dengan pengaruh buruk dari bangsa-bangsa di sekitar mereka? Tetapi mereka menyalahkan anak-anak dari 9 suku yang sekarang tinggal di Tanah Perjanjian, yang akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Bahkan mereka menuduh Tuhan yang menciptakan masalah sejak awal! “Bukankah TUHAN telah menentukan sungai Yordan sebagai batas antara kami dan kamu” (ayat 25). Sebenarnya, mereka sendirilah yang menjadikan sungai Yordan sebagai garis pemisah! Mereka memisahkan diri dari bangsanya sendiri dan dari tanah yang telah Tuhan berikan kepada mereka semua; memilih untuk tinggal di sebelah timur sungai Yordan yang kelihatan baik buat mereka.

Perhatikan ayat 26-27. Tidak ada kejelasan informasi disampaikan kepada Yosua dan Imam Besar tentang pembangunan “mezbah”. Yang dibangun bukanlah mezbah untuk mempersembahkan korban tetapi mezbah sebagai saksi. “Saksi” macam apa tumpukan batu besar yang mereka bangun tersebut? Mereka berbicara dengan saleh tentang anak-anak mereka, tetapi kekayaan merekalah yang benar-benar memotivasi keputusan mereka untuk tinggal di sebelah timur Sungai Yordan. "Mezbah" mereka bertentangan dengan mezbah yang didirikan Yosua untuk kemuliaan Allah. Ingat, di dekat “mezbah saksi” yang mereka bangun, ada dua belas batu yang dibawa orang-orang itu dari tengah Sungai Yordan (Yosua 4: 20-24). Itu mengingatkan orang bangsa Israel bahwa mereka telah menyeberangi sungai dan mengubur masa lalu mereka selamanya.

Perhatikan ayat 34. Mereka menamai mezbah Saksi, karena inilah saksi antara kita, bahwa TUHAN itulah Allah”. Tetapi jika Tuhan adalah Tuhan, mengapa mereka tidak menaati-Nya dan tinggal di tanah yang telah Tuhan tentukan untuk mereka? Dikelilingi oleh bangsa-bangsa kafir dan dipisahkan dari saudara dan saudari mereka di seberang sungai, mereka dengan cepat jatuh ke dalam penyembahan berhala dan akhirnya menjadi buangan oleh Asyur (1 Tawarikh 5: 25–26).

Perhatikan ayat 13-20. Untung 9 suku di tanah Kanaan melakukan tabayyun, sehingga terhindar dari kekacauan perang saudara. Mereka marah atas kesalahan saudaranya, tetapi mengasihi mereka dan memperingatkannya. Pengalaman mentaati kebenaran firman Tuhan telah menuntun perbuatan baik mereka. Mereka memberikan nasihat bijak: “Datanglah dan tinggallah bersama kami, karena kami memiliki Kemah Tuhan di tanah kami” (22:19, parafrase). Tidak ada mezbah buatan manusia yang dapat menggantikan kehadiran Tuhan di antara umat-Nya di bait-Nya. Sayang sekali, bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu tidak menerima nasihat ini dan mengklaim warisan mereka di dalam tanah yang telah Tuhan janjikan akan diberkati-Nya (Ulangan 11: 10–32).

Bagaimana dengan hidup Saudara? Adakah melihat ”Kebaikan tanpa kebenaran yang berbahaya” dalam diri orang-orang yang Saudara kasihi (pasangan, anak, saudara, sahabat), bahkan dalam diri Saudara sendiri? Sadarilah! Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd170221)

Tuesday, 16 February 2021

 [Yosua 22:9-10]
Selasa, 16 Februari 2021

”Bahaya hidup dengan melihat, bukan dengan iman”
Bacaan: Yosua 22:9-10; Bilangan 32:1-5, 32

Ingat kisah Lot, keponakan Abraham, yang memilih menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom? Lot memilih daerah ini karena kelihatan lebih baik, banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir. Padahal, orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN (Kejadian 13:10-13). Dan akhirnya, daerah pilihan Lot yang terlihat baik tersebut justru mendatangkan petaka, bahkan dimusnahkan Tuhan;  Isteri Lot mati menjadi tiang garam. Kedua putri Lot hidupnya berantakan, keturunan anak-anak mereka menjadi bangsa yang bermusuhan dengan bangsa Israel (Kejadian 19).Lot adalah orang yang berjalan dengan melihat dan bukan dengan iman. Ratusan tahun kemudian, hal ini terjadi lagi di bangsa Israel.

Perhatikan Yosua 22:9-10. Setelah bangsa Israel berhasil menduduki dan membagi tanah Kanaan; Bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang ikut dalam peperangan, bersiap kembali ke tanah yang mereka pilih sendiri di seberang Timur sungai Yordan. Tersirat, mereka galau menghadapi situasi ini. Mengapa mereka mendirikan mezbah yang besar bangunannya? Apa yang terjadi dengan mereka?

Bacalah Bilangan 32:1-5, 32. ”Adapun bani Ruben dan bani Gad ternaknya banyak, bahkan sangat banyak sekali. Ketika mereka melihat tanah Yaezes dan tanah Gilead, tampaklah tempat itu yang baik untuk peternakan” (ayat 1). Sebelum menyeberang sungai Yordan, bani Ruben dan bani Gad telah membuat keputusan berdasarkan keuntungan materi yang mereka lihat, bukan berdasarkan nilai-nilai spiritual. Tanah di sebelah Timur sungai Yordan sangat ideal untuk ternak mereka yang sangat banyak sekali. Mereka memutuskan untuk tinggal di daerah itu saja. ”…janganlah kami harus pindah ke seberang sungai Yordan”  (ayat 5). Tentu hal ini bisa berpengaruh buruk bagi yang lainnya untuk bersiap menyeberang sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian. Ingat, bagaimana 10 pengintai berpengaruh buruk bagi bangsa Israel yang enggan dan takut menghadapi Kanaan (Bilangan 13)?

Sementara anak-anak dan istri-istri, ternak dan hewan mereka tinggal di Gilead, mereka bersedia ikut menyeberangi sungai Yordan, membantu ikut berperang menduduki Kanaan, dan selanjutnya kembali lagi ke Gilead. Dan Musa menyetujuinya (Bilangan 32:33).

Kanaan sudah dikalahkan dan diduduki. Ketika orang-orang Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye berjalan ke Timur dan melewati tempat-tempat yang mengingatkan kembali akan hal-hal besar yang telah Tuhan lakukan, hati mereka mulai galau. Bahagia karena mereka akan pulang, tidak mudah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudara-saudara mereka dan meninggalkan kedekatan imamat dan tabut perjanjian. Mereka meninggalkan tanah yang Tuhan janjikan akan diberkati. Ya.., mereka akan pulang ke tanah yang telah mereka pilih sendiri, tetapi entah mengapa mereka mulai merasa terasing dari bangsa Israel.

Bagaimana mereka memutuskan untuk memecahkan masalah yang mereka buat sendiri? Dengan membangun mezbah besar dari batu di tepi Sungai Yordan, di pinggiran Kanaan, sebagai pengingat kepada semua orang bahwa dua setengah suku itu juga milik bangsa Israel. Seandainya suku-suku ini tinggal di tanah Kanaan tempat mereka berasal, tidak ada yang akan mempertanyakan kewarganegaraan mereka.

Saudara ingat bahwa Mesir mewakili dunia, dan Kanaan adalah warisan orang percaya di dalam Kristus? Dua setengah suku itu telah mengalami pertempuran dan berkat Kanaan — warisan mereka di dalam Kristus — tetapi lebih memilih untuk tinggal di perbatasan, di luar tempat berkat yang ditetapkan Allah. Tempat yang mereka pilih sendiri karena kelihatan baik_. 1 Tawarikh 5:25-26_ mencatat, kemudian hari mereka berubah setia terhadap Allah nenek moyang mereka dan mengikuti segala allah bangsa-bangsa negeri yang telah dimusnahkan Allah dari depan mereka. Mereka dikalahkan dan diangkut ke pembuangan. Bagaimana dengan Saudara? Ingat, ”Bahaya hidup dengan melihat, bukan dengan iman.” Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd 160221)

Saturday, 13 February 2021



[Yosua 22:1-8]
Sabtu, 13 Februari 2021.

"Harta warisan: Iman dan kesetiaan kepada Allah" 
Bacaan: Yosua 22:1-8

Warisan harta duniawi bisa menjadi petaka jika tidak disertai dengan warisan yang lebih penting: warisan iman dan kesetiaan kepada Allah. Seberapa banyak warisan rohani yang sudah Saudara persiapkan? Belajarlah dari kitab Yosua 22:1-8.

Perhatikan ayat 1-4. Perjuangan bangsa Israel menaklukkan bangsa-bangsa di tanah perjanjian sudah memasuki bagian akhir. Para prajurit dari suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye pasti sangat gembira ketika penaklukan atas Kanaan berakhir. Selama lebih dari tujuh tahun mereka telah jauh dari keluarga mereka di seberang sungai Yordan, dan sekarang para prajurit yang menang bebas untuk pulang. 

Perhatiakan ayat 6-8. Bayangkan sukacita yang akan mereka alami, kegembiraan yang akan mereka temukan, dan banyaknya harta yang akan mereka bagikan di kemah masing-masing! "Pulanglah ke kemahmu dengan kekayaan yang banyak dan dengan sangat banyak ternak, dengan perak, emas, tembaga, besi dan dengan pakaian yang sangat banyak. Bagilah dengan saudara-saudaramu jarahan yang dari musuhmu itu" (ayat 8).

Mengapa mereka begitu setia dan bertempur sampai akhir? Tentunya bukan karena harta semata, "…tetapi kamu setia memelihara perintah TUHAN, Allahmu, kepadamu" (ayat 3). Karena mereka pertama-tama setia kepada Tuhan, Allah mereka. Itu adalah misi-Nya yang mereka jalankan dan nama-Nya yang mereka upayakan untuk dimuliakan. Rasul Paulus menulis untuk jemaat Kolose: “Dan apa pun yang kamu lakukan, lakukan dengan sungguh-sungguh, seperti kepada Tuhan dan bukan kepada manusia, mengetahui bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima pahala warisan; karena kamu melayani Kristus Tuhan” (Kolose 3: 23–24, NKJV).

Bacalah ayat 5. Apa pesan Yosua kepada mereka ketika kembali pulang ke kemah masing-masing? Yosua lebih memperhatikan perjalanan hidup beriman rakyatnya daripada apa pun. Mereka telah mengalami kemenangan di Kanaan ketika mereka dan Yosua mengasihi Tuhan dan menaati Firman-Nya (1: 7–8). Sesungguhnya perhatian Yosua bukan pada bagaimana memelihara harta warisan yang sangat banyak (ternak, perak, emas, tembaga, besi dan pakaian yang sangat banyak), tetapi kesetiaan melakukan segala perintah dan hukum Tuhan yang diwariskan dari jaman Musa kepada mereka.

Memiliki harta kekayaan memang penting, dan mewariskannya juga baik. Tetapi yang lebih penting adalah memiliki warisan "Harta warisan: Iman dan kesetiaan kepada Allah". Hidup yang tetap melekat dan lebih bergantung kepada-Nya, bukan pada berkat-berkat-Nya. Bagaimana dengan warisan iman Saudara? Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd130221)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...