Thursday, 18 February 2021



[2 Samuel 11-12] 
Kamis, 8 Februari 2021

”Kontestasi Rasa Malu vs Kehormatan”
Bacaan: 2 Samuel 11-12

Saudara pernah mendengar seorang Hamba Tuhan yang terkenal di akhir hidup/pelayanannya terungkap telah terlibat dengan kasus yang sangat memalukan? Kasus yang berkaitan dengan dosa seks/perjinahan, menghancurkan reputasi pelayanannya, berdampak sangat buruk bagi keluarga dan orang banyak? Perihal rasa malu menjadi pelajaran serius yang didajarkan Alkitab. Bacalah kitab 2 Samuel pasal 11 dan 12; Raja Daud – raja yang dipilih Tuhan - telah melakukan hal yang sangat memalukan: perjinahan, penipuan dan pembunuhan berencana.

Perhatikan, 2 Samuel 11-12 ditulis dengan struktur yang indah:
A1. Daud mengirim Yoab untuk mengepung Raba (11.1). 
B1. Daud tidur dengan Batsyeba, yang hamil (11.2-5)
C1. Daud membunuh Uria (11.6-7)
D1. Yoab mengirimi Daud pesan (11.18-27a)
            E.Tuhan tidak senang dengan Daud (11.27b)
D2. Tuhan mengirimkan utusan kepada Daud (12.1-14)
C2. Tuhan menyerang bayi laki-laki Daud, yang meninggal (12.15-23)
B2. Daud tidur dengan Batsyeba, yang hamil (12.24-25) 
A2. Yoab meminta Daud untuk mengepung dan menangkap Raba (12.26-31)

Perhatikan. Ini sebenarnya kisahnya Daud dan Uria orang Het, walaupun seringkali diberi judul “Daud dan Batsyeba”. Nama Batsyeba sendiri hanya disebut 2 kali (2 Samuel 11:3 dan 12:24). Matius menulis, “Daud memperanakkan Salomo dari istri Uria”, tidak menyebut nama Batsyeba (Matius 1:6). Penulis Kitab 2 Samuel mengarahkan pembaca pada konteks “perasaan malu dan kehormatan” sebagai perspektif kolektif yang penting saat itu. Hal yang seringkali dituliskan dalam Alkitab. Bukankah rasa malu, kehilangan muka adalah hal serius yang kita hadapi juga, yang sekarang kita pahami sebagai “dosa”?

Perhatikan, siapa Daud? Dia pribadi yang dipilih oleh Tuhan sendiri, dan layak menjadi idola. Dia memiliki kemampuan yang beragam yang sangat luas; seorang gembala, penyanyi, pembuat puisi, pahlawan perang, seorang raja, seorang hakim, pemimpin dan penyembah. Tetapi Alkitab menceritakan Daud melakukan hal yang sangat memalukan, mengingkari apa yang seharusnya dilakukan orang dengan hatinya Tuhan. Bahkan kita tahu hal ini dari kesaksian perasan pribadinya sendiri, yang ditulis dalam mazmur-mazmurnya (emosi yang jujur, sukacita dan sedih). Bacalah Mazmur 51.

Bacalah 2 Samuel 11:1. Penulis kitab Samuel menyampaikan hal yang memalukan dalam konteks budaya saat itu. Raja Daud tidak melakukan kewajibannya memimpin perang.

Bacalah 2 Samuel 11:2-4. Tersirat Daud melakukan hal yang memalukan. Apakah Daud tidak tahu hukum yang tertulis di kitab Keluaran 20:14, 178? Apakah Daud tidak tahu bahwa Israel sebagai umat Allah, memiliki standard hidup yang berbeda dari bangsa-bangsa lain? Apakah Daud juga tidak tahu bahwa para pelayan istana melihat dan mendengar semua yang terjadi (kota saat itu sangat padat)? Tetapi Daud bertindak seperti raja-raja disekitarnya. Dia dengan otoritasnya mengambil istri dari pahlawan perangnya sendiri (2 Samuel 23:39). Apakah Saudara juga sedih dan kecewa melihat hal ini?

Bacalah 2 Samuel 11:5-8. Paling tidak ada waktu 9 bulan sebelum Batsyeba berkata “Aku mengadung”. Apakah Daud berani menerima konsekuensi atas tindakannya, sebagaimana orang yang memiliki hati Allah? Sekali lagi dia melakukan tindakan-tindakan yang memalukan. Dia memanipulasi keadaan, menyuap Uria dan tidak tahu situasi medan perang. Daud tidak mau kehilangan kehormatannya, menyelamatkan mukanya dengan tidak bertanggung jawab.

Bacalah 2 Samuel 11:9-25. Bandingkan dengan Daud, bagaimana banyak saksi di istana melihat Uria dengan kehormatan perilakunya? Dengan tangannya sendiri, Uria membawa surat hukuman mati bagi dirinya. Beberapa tahun sebelumnya, Saul mau membunuh Daud; tetapi sekarang dia yang menjadi pelaku pembunuhan berencana. Bukan saja membunuh Uria, tetapi juga beberapa orang lainnya (ayat 24).

Bacalah 2 Samuel 11:26-27. Daud sekali lagi memalukan, menganggap masalah sudah selesai; seperti apa yang dilakukan raja-raja dunia di sekitarnya. “Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN” (ayat 27).

Bacalah 2 Samuel 12. Perhatikan struktur di atas, bagaimana pasal 11 dan pasal 12 ditulis. Bagaimana tindakan memalukan Daud terungkap dari perspektif Tuhan? Daud bertobat, ”Aku sudah berdosa kepada TUHAN” (ayat 13), bukan hanya kepada Uria dan istrinya, orang-orang yang ikut mati terbunuh, dan bangsa Israel. ”Jika Tuhan dipermalukan oleh tindakan-tindakanku, maka aku hanya punya satu pilihan yaitu mengakui dosa tersebut dan bertobat”. Bacalah Mazmur 51. 

Daud menanggung konsekuensi dosa dan rasa malu itu tetap tinggal. Tetapi anugerah Tuhan mengatasinya, ”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Tuhan Yesus Kristus mengampuni dan mengasihi Saudara. 🙏(erd180221)

Wednesday, 17 February 2021


 
[Yosua 22:9-34]
Rabu, 17 Februari 2021

”Kebaikan tanpa kebenaran, berbahaya”
Bacaan: Yosua 22:9-34

 Seseorang bisa sangat marah kepada orang yang dikasihinya (pasangan, anak, saudara, sahabat), yang dianggap sudah bersalah karena tidak mentaati Firman Tuhan. Ternyata anggapan tersebut salah karena kesalahan informasi yang didengarnya. Orang yang dikasihinya tidak memberikan informasi dengan jelas. Ingin melakukan kebaikan tetapi tanpa kebenaran dan fatal akibatnya. Saudara mengalaminya? Bacalah kisah menarik di kitab Yosua 22:9-34.

Perhatikan ayat 9-12. Bani Ruben, bani Gad dan setengah suku Manasye akan kembali ke seberang sungai Yordan, ke tanah yang telah mereka pilih; di mana istri dan anak-anak mereka sudah menunggu setelah 7 tahun ditinggalkan. Sebelum menyeberangi sungai Yordan, mereka menyempatkan diri mendirikan “mezbah” yang besar bangunannya. Terdengarlah oleh 9 suku Israel yang lainnya. Mereka marah dan bersiap maju memerangi bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu. Bayangkan, perang saudara yang bisa terjadi.

Perhatikan ayat 24; apakah tujuan pendirian “mezbah” tersebut sesuatu yang tidak baik? Mengapa menimbulkan kemarahan dan memicu perang saudara? Perhatikan ayat 16-20 (Ulangan 12:13-14, Ulangan 13; Imamat 17:3-9; Bilangan 25); apakah alasan kemarahan dan peringatan 9 suku Israel yang lain adalah sesuatu yang tidak baik?

Perhatikan ayat 24-25. Bagaimana sikap suku bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu? Bukankah sebenarnya anak-anak mereka sendiri yang bisa bermasalah dengan pengaruh buruk dari bangsa-bangsa di sekitar mereka? Tetapi mereka menyalahkan anak-anak dari 9 suku yang sekarang tinggal di Tanah Perjanjian, yang akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Bahkan mereka menuduh Tuhan yang menciptakan masalah sejak awal! “Bukankah TUHAN telah menentukan sungai Yordan sebagai batas antara kami dan kamu” (ayat 25). Sebenarnya, mereka sendirilah yang menjadikan sungai Yordan sebagai garis pemisah! Mereka memisahkan diri dari bangsanya sendiri dan dari tanah yang telah Tuhan berikan kepada mereka semua; memilih untuk tinggal di sebelah timur sungai Yordan yang kelihatan baik buat mereka.

Perhatikan ayat 26-27. Tidak ada kejelasan informasi disampaikan kepada Yosua dan Imam Besar tentang pembangunan “mezbah”. Yang dibangun bukanlah mezbah untuk mempersembahkan korban tetapi mezbah sebagai saksi. “Saksi” macam apa tumpukan batu besar yang mereka bangun tersebut? Mereka berbicara dengan saleh tentang anak-anak mereka, tetapi kekayaan merekalah yang benar-benar memotivasi keputusan mereka untuk tinggal di sebelah timur Sungai Yordan. "Mezbah" mereka bertentangan dengan mezbah yang didirikan Yosua untuk kemuliaan Allah. Ingat, di dekat “mezbah saksi” yang mereka bangun, ada dua belas batu yang dibawa orang-orang itu dari tengah Sungai Yordan (Yosua 4: 20-24). Itu mengingatkan orang bangsa Israel bahwa mereka telah menyeberangi sungai dan mengubur masa lalu mereka selamanya.

Perhatikan ayat 34. Mereka menamai mezbah Saksi, karena inilah saksi antara kita, bahwa TUHAN itulah Allah”. Tetapi jika Tuhan adalah Tuhan, mengapa mereka tidak menaati-Nya dan tinggal di tanah yang telah Tuhan tentukan untuk mereka? Dikelilingi oleh bangsa-bangsa kafir dan dipisahkan dari saudara dan saudari mereka di seberang sungai, mereka dengan cepat jatuh ke dalam penyembahan berhala dan akhirnya menjadi buangan oleh Asyur (1 Tawarikh 5: 25–26).

Perhatikan ayat 13-20. Untung 9 suku di tanah Kanaan melakukan tabayyun, sehingga terhindar dari kekacauan perang saudara. Mereka marah atas kesalahan saudaranya, tetapi mengasihi mereka dan memperingatkannya. Pengalaman mentaati kebenaran firman Tuhan telah menuntun perbuatan baik mereka. Mereka memberikan nasihat bijak: “Datanglah dan tinggallah bersama kami, karena kami memiliki Kemah Tuhan di tanah kami” (22:19, parafrase). Tidak ada mezbah buatan manusia yang dapat menggantikan kehadiran Tuhan di antara umat-Nya di bait-Nya. Sayang sekali, bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu tidak menerima nasihat ini dan mengklaim warisan mereka di dalam tanah yang telah Tuhan janjikan akan diberkati-Nya (Ulangan 11: 10–32).

Bagaimana dengan hidup Saudara? Adakah melihat ”Kebaikan tanpa kebenaran yang berbahaya” dalam diri orang-orang yang Saudara kasihi (pasangan, anak, saudara, sahabat), bahkan dalam diri Saudara sendiri? Sadarilah! Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd170221)

Tuesday, 16 February 2021

 [Yosua 22:9-10]
Selasa, 16 Februari 2021

”Bahaya hidup dengan melihat, bukan dengan iman”
Bacaan: Yosua 22:9-10; Bilangan 32:1-5, 32

Ingat kisah Lot, keponakan Abraham, yang memilih menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom? Lot memilih daerah ini karena kelihatan lebih baik, banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir. Padahal, orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN (Kejadian 13:10-13). Dan akhirnya, daerah pilihan Lot yang terlihat baik tersebut justru mendatangkan petaka, bahkan dimusnahkan Tuhan;  Isteri Lot mati menjadi tiang garam. Kedua putri Lot hidupnya berantakan, keturunan anak-anak mereka menjadi bangsa yang bermusuhan dengan bangsa Israel (Kejadian 19).Lot adalah orang yang berjalan dengan melihat dan bukan dengan iman. Ratusan tahun kemudian, hal ini terjadi lagi di bangsa Israel.

Perhatikan Yosua 22:9-10. Setelah bangsa Israel berhasil menduduki dan membagi tanah Kanaan; Bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang ikut dalam peperangan, bersiap kembali ke tanah yang mereka pilih sendiri di seberang Timur sungai Yordan. Tersirat, mereka galau menghadapi situasi ini. Mengapa mereka mendirikan mezbah yang besar bangunannya? Apa yang terjadi dengan mereka?

Bacalah Bilangan 32:1-5, 32. ”Adapun bani Ruben dan bani Gad ternaknya banyak, bahkan sangat banyak sekali. Ketika mereka melihat tanah Yaezes dan tanah Gilead, tampaklah tempat itu yang baik untuk peternakan” (ayat 1). Sebelum menyeberang sungai Yordan, bani Ruben dan bani Gad telah membuat keputusan berdasarkan keuntungan materi yang mereka lihat, bukan berdasarkan nilai-nilai spiritual. Tanah di sebelah Timur sungai Yordan sangat ideal untuk ternak mereka yang sangat banyak sekali. Mereka memutuskan untuk tinggal di daerah itu saja. ”…janganlah kami harus pindah ke seberang sungai Yordan”  (ayat 5). Tentu hal ini bisa berpengaruh buruk bagi yang lainnya untuk bersiap menyeberang sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian. Ingat, bagaimana 10 pengintai berpengaruh buruk bagi bangsa Israel yang enggan dan takut menghadapi Kanaan (Bilangan 13)?

Sementara anak-anak dan istri-istri, ternak dan hewan mereka tinggal di Gilead, mereka bersedia ikut menyeberangi sungai Yordan, membantu ikut berperang menduduki Kanaan, dan selanjutnya kembali lagi ke Gilead. Dan Musa menyetujuinya (Bilangan 32:33).

Kanaan sudah dikalahkan dan diduduki. Ketika orang-orang Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye berjalan ke Timur dan melewati tempat-tempat yang mengingatkan kembali akan hal-hal besar yang telah Tuhan lakukan, hati mereka mulai galau. Bahagia karena mereka akan pulang, tidak mudah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudara-saudara mereka dan meninggalkan kedekatan imamat dan tabut perjanjian. Mereka meninggalkan tanah yang Tuhan janjikan akan diberkati. Ya.., mereka akan pulang ke tanah yang telah mereka pilih sendiri, tetapi entah mengapa mereka mulai merasa terasing dari bangsa Israel.

Bagaimana mereka memutuskan untuk memecahkan masalah yang mereka buat sendiri? Dengan membangun mezbah besar dari batu di tepi Sungai Yordan, di pinggiran Kanaan, sebagai pengingat kepada semua orang bahwa dua setengah suku itu juga milik bangsa Israel. Seandainya suku-suku ini tinggal di tanah Kanaan tempat mereka berasal, tidak ada yang akan mempertanyakan kewarganegaraan mereka.

Saudara ingat bahwa Mesir mewakili dunia, dan Kanaan adalah warisan orang percaya di dalam Kristus? Dua setengah suku itu telah mengalami pertempuran dan berkat Kanaan — warisan mereka di dalam Kristus — tetapi lebih memilih untuk tinggal di perbatasan, di luar tempat berkat yang ditetapkan Allah. Tempat yang mereka pilih sendiri karena kelihatan baik_. 1 Tawarikh 5:25-26_ mencatat, kemudian hari mereka berubah setia terhadap Allah nenek moyang mereka dan mengikuti segala allah bangsa-bangsa negeri yang telah dimusnahkan Allah dari depan mereka. Mereka dikalahkan dan diangkut ke pembuangan. Bagaimana dengan Saudara? Ingat, ”Bahaya hidup dengan melihat, bukan dengan iman.” Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd 160221)

Saturday, 13 February 2021



[Yosua 22:1-8]
Sabtu, 13 Februari 2021.

"Harta warisan: Iman dan kesetiaan kepada Allah" 
Bacaan: Yosua 22:1-8

Warisan harta duniawi bisa menjadi petaka jika tidak disertai dengan warisan yang lebih penting: warisan iman dan kesetiaan kepada Allah. Seberapa banyak warisan rohani yang sudah Saudara persiapkan? Belajarlah dari kitab Yosua 22:1-8.

Perhatikan ayat 1-4. Perjuangan bangsa Israel menaklukkan bangsa-bangsa di tanah perjanjian sudah memasuki bagian akhir. Para prajurit dari suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye pasti sangat gembira ketika penaklukan atas Kanaan berakhir. Selama lebih dari tujuh tahun mereka telah jauh dari keluarga mereka di seberang sungai Yordan, dan sekarang para prajurit yang menang bebas untuk pulang. 

Perhatiakan ayat 6-8. Bayangkan sukacita yang akan mereka alami, kegembiraan yang akan mereka temukan, dan banyaknya harta yang akan mereka bagikan di kemah masing-masing! "Pulanglah ke kemahmu dengan kekayaan yang banyak dan dengan sangat banyak ternak, dengan perak, emas, tembaga, besi dan dengan pakaian yang sangat banyak. Bagilah dengan saudara-saudaramu jarahan yang dari musuhmu itu" (ayat 8).

Mengapa mereka begitu setia dan bertempur sampai akhir? Tentunya bukan karena harta semata, "…tetapi kamu setia memelihara perintah TUHAN, Allahmu, kepadamu" (ayat 3). Karena mereka pertama-tama setia kepada Tuhan, Allah mereka. Itu adalah misi-Nya yang mereka jalankan dan nama-Nya yang mereka upayakan untuk dimuliakan. Rasul Paulus menulis untuk jemaat Kolose: “Dan apa pun yang kamu lakukan, lakukan dengan sungguh-sungguh, seperti kepada Tuhan dan bukan kepada manusia, mengetahui bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima pahala warisan; karena kamu melayani Kristus Tuhan” (Kolose 3: 23–24, NKJV).

Bacalah ayat 5. Apa pesan Yosua kepada mereka ketika kembali pulang ke kemah masing-masing? Yosua lebih memperhatikan perjalanan hidup beriman rakyatnya daripada apa pun. Mereka telah mengalami kemenangan di Kanaan ketika mereka dan Yosua mengasihi Tuhan dan menaati Firman-Nya (1: 7–8). Sesungguhnya perhatian Yosua bukan pada bagaimana memelihara harta warisan yang sangat banyak (ternak, perak, emas, tembaga, besi dan pakaian yang sangat banyak), tetapi kesetiaan melakukan segala perintah dan hukum Tuhan yang diwariskan dari jaman Musa kepada mereka.

Memiliki harta kekayaan memang penting, dan mewariskannya juga baik. Tetapi yang lebih penting adalah memiliki warisan "Harta warisan: Iman dan kesetiaan kepada Allah". Hidup yang tetap melekat dan lebih bergantung kepada-Nya, bukan pada berkat-berkat-Nya. Bagaimana dengan warisan iman Saudara? Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd130221)

Friday, 12 February 2021



[Yosua 14:6-15]
Jumat, 12 Februari 2021

"Fondasi Iman dan Keberanian Iman yang Benar"
Bacaan: Yosua 14:6-15

Hari ini dirayakan sebagai Tahun Baru Imlek 2572 (2021) dengan "Shio Kerbau" yang melambangkan keberuntungan melalui kerja keras dan ketabahan. Bagaimana dengan 11 Shio yang lainnya? Bagaimana dengan shio Saudara sendiri? Apakah Saudara percaya bahwa "Tahun Kerbau" ini mendatangkan Hoki (keberuntungan) bagi Saudara, atau sebaliknya? Sebenarnya, apa yang menjadi fondasi dan keberanian iman Saudara menjalani hari-hari ke depan?

Yosua 14 menjelaskan tentang iman yang ideal. Kaleb memiliki komitmen iman yang benar dan Allah menghargainya. Setelah 45 tahun masa pergumulan akhirnya Kaleb memperoleh apa yang dijanjikan Allah sebelumnya, "Lalu Yosua (teman sesama pengintai) memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya,… karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati" (ayat 13-14). Kemudian hari, Hebron milik pusaka Kaleb ini menjadi ibukotanya Daud ketika dia menjadi raja atas Yehuda. Atas dasar apa komitmen iman Kaleb? Dan… apa yang menjadi fondasi harapan hidup Saudara sendiri, dibandingkan dengan Shio keberuntungan Saudara?

Perhatikan ayat 6, 9. 10, 12. Fondasi iman adalah Firman Allah dan janji-Nya. Apa yang telah difirmankan dan dijanjikan Allah, khususnya kepada Kaleb sendiri? Kaleb mengklaim apa yang diucapkan Allah dengan jelas 45 tahun silam, "Engkau tahu firman yang diucapkan TUHAN kepada Musa… Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa" (Yosua 14:6,10; Bilangan 14:30). Kaleb mempunyai perspektif iman yang benar. Dia melihat dan mengingat apa yang Allah sudah kerjakan di masa lalu, dan percaya pada apa yang Allah lakukan di masa depan. Saat menghadapi tantangan kehidupan, ingat janji Firman-Nya dan apa yang Allah kerjakan.

Obyek iman merupakan bagian yang penting dari iman. Jangan beriman pada iman itu sendiri atau pada perasaan. Kebaikan dan Firman Tuhan apa saja yang Saudara ingat yang menjadi fondasi harapan Saudara? Dibandingkan Shio keberuntungan Saudara di "Tahun Kerbau" saat ini?

Perhatikan ayat 12. Keberanian iman yang benar. Sekarang, Kaleb meminta daerah kota-kota besar dan berkubu yang ada orang Enak (raksasa) yang menakutkan banyak orang. Sebelumnya, Yosua dan Kaleb hampir saja mati dilempari batu oleh 10 Pengintai dan orang-orang Israel. Mereka ketakutan dan menolak terus maju mengikuti Yosua dan Kaleb yang berani karena iman.

"Mungkin TUHAN menyertai aku…" Mengapa memakai kata mungkin bukan pastilah?  Apakah Kaleb kurang beriman pada waktu berharap janji Allah seperti yang difirmankan-Nya? Kaleb berani beriman, dengan berpegang pada apa yang Allah janjikan dan katakan tentang diri-Nya. "Dia Mahakuasa". Tetapi Kaleb tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Bukan tidak beriman, tetapi Kaleb bertindak dengan rendah hati.

Apakah kehendak Saudara pribadi selalu sesuai dengan kehendak-Nya? Ada yang berdoa dengan yakin "pasti sembuh" tetapi lain kenyataannya. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:8-9). 

Kaleb memiliki iman yang teguh, yang telah teruji melalui ketaatannya kepada Allah. Fondasi imannya ada pada Allah dan janji-Nya, bukan pada perasaannya sendiri. Dia memiliki keberanian untuk terus bertindak dalam iman yang benar, dan kerendahan hati untuk menerima setiap keputusan Tuhan. 

Bagaimana Saudara menghadapi hari mendatang? Apakah seperti Kaleb dengan "Fondasi Iman dan Keberanian Iman yang Benar", dibandingkan dengan shio Saudara dan hoki yang dijanjikannya? Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd12221)

Thursday, 11 February 2021

[Yosua 14:1-11]
Kamis, 11 Februari 2021

"Allah menghargai komitmen iman Saudara"
Bacaan: Yosua 14:1-11

Saudara…masih ingatkah kapan Saudara pertama kali menyatakan komitmen iman untuk sungguh-sungguh hidup beriman kepada Allah? Bukan sekedar pernyataan iman di mulut Saudara dalam upacara-upacara ibadah, tetapi pernyataan dari hati Saudara sendiri saat pertobatan Saudara. Apakah Saudara sungguh-sungguh setia dengan komitmen tersebut? Allah tetap setia dan menghargai komitmen iman Saudara.

Perhatikan ayat 1-5. Akhirnya umat Allah bisa menaklukkan tanah Kanaan; Allah setia menepati janji-Nya. Ingat…. lebih dari empat ratus lima puluh tahun telah berlalu sejak Allah memanggil Abraham keluar dari negerinya, dari sanak saudaranya dan dari rumah bapaknya di Ur Kasdim untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukkan Allah, dan memandangnya sebagai rumah masa depan umat-Nya. 

Ingat... janji Allah ratusan tahun sebelumnya yang diberikan kepada Abraham (Kejadian 12:1-3), dan diulangi selama beberapa generasi, telah telah tiba pada akhirnya.  Betapa panjang sabar dan setianya Allah menolong umat-Nya; dari ratusan tahun perbudakan di Mesir, keluar dan mengembara di padang gurun, menyeberang sungai Yordan, jatuhnya Yerikho dan berbagai kemenenangan berikutnya. Kanaan yang begitu lama menjadi "Tanah Perjanjian" akhirnya mereka diduduki.

Perhatikan ayat 6-11. Ingatkah Saudara tentang siapa Kaleb (Bilangan 13)? Kaleb dan Yosua hampir saja mati dirajam batu  karena mempunyai pandangan iman yang berbeda dari 10 Pengintai lainnya dan seluruh Israel (Bilangan 14:10). Kaleb berani menantang arus, memegang teguh imannya, bahkan melawan mayoritas umat Allah sendiri yang melakukan hal yang tidak benar. Perhatikan, saat itu umur Kaleb 40 tahun dan sekarang usianya 85 tahun; jadi sudah 45 tahun Kaleb memegang komitmen imannya dan janji Allah.

Saudara tahu arti nama Kaleb (bandingkan dengan nama Yosua)? "Anjing", yang menggambarkan binatang yang mengais-ngais sampah. Sebutan dunia kuno yang tidak baik untuk nama seseorang. Tetapi orang ini memiliki komitmen iman yang benar. Komitmen iman yang berani menantang arus demi kebenaran. Dan Allah menghargainya. Bagaimana dengan komitmen iman Saudara? Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd110221)

Wednesday, 10 February 2021

 [Yosua 11:1-15]
Rabu, 10 Februari 2021

"Tantangan hidup terus berlanjut, jangan takut"
Bacaan: Yosua 11:1-14

Hidup terus berlanjut, tantangan hidup silih berganti menyertainya. Tak terduga, terjadi pandemi Covid-19 melanda dunia; jutaan nyawa jadi korbannya. Tak terbayangkan sebelumnya, terjadi krisis dalam segala aspek hidup manusia. Apakah Saudara menghadapi tantangan hidup yang terlihat semakian berat? Saudara merasa tidak sanggup lagi menghadapinya? Perhatikan, bagaimana perjalanan hidup bangsa Israel setelah keluar dari perbudakan Mesir dan sebelum masuk Tanah Perjanjian? Ada tantangan dan peperangan yang harus mereka hadapi, yang semakin berat sebelum akhirnya berhasil menduduki Tanah Perjanjian.

Perhatikan Yosua 11:1-5. Ingat, sebelumnya Yosua dan bangsa Israel menghadapi Yerikho dengan mengitari tembok kota yang akhirnya runtuh. Tetapi kalah dari Ai, kota yang lebih kecil; dan akhirnya menang setelah bangsa Israel bertobat dari dosanya. Setelah menang dari satu kota, selanjutnya mereka harus menghadapi lawan yang lebih berat lagi, 5 kota di bagian Selatan Kanaan yang bersatu; dan mereka menang lagi karena Allah menyertai mereka. Tetapi sekarang, mereka harus menghadapi lawan yang lebih berat lagi, persatuan raja-raja di Utara Kanaan yang jauh lebih banyak dari mereka. _"Kemudian keluarlah raja-raja ini bersama-sama semua tentaranya, amat banyak rakyat, seperti pasir di tepi laut banyaknya, beserta sangat banyak kuda dan kereta."_ (ayat 4). Mereka belum pernah menghadapi pasukan dengan penunggang kuda dan kereta kudanya.

Perhatikan ayat 6-8. Lalu apa yang dikatakan Allah kepada Yosua, "Janganlah takut menghadapi mereka.." Bangsa Israel harus terus maju mengalahkan musuh yang jumlahnya lebih banyak itu, dan harus menjaga waktu yang telah ditetapkan Allah (ayat 7). Perjalanan satu hari yang berat dan menakutkan, walaupun sebelumnya Allah telah menolong mereka. Dan Yosua mentaatinya; Allah menyerahkan semua musuh kepada mereka (ayat 8, 19).

Perhatikan ayat 9. Mengapa kuda-kuda harus dilumpuhkan dan kereta-kereta perang harus dibakar? Bukankah semuanya itu bisa menjadi jarahan perang yang sangat bermanfaat bagi hidup selanjutnya? Tetapi Allah tidak menghendakinya. Mereka harus selalu ingat bahwa Allah yang membuat mereka menang dan mereka tidak bergantung pada diri sendiri dengan kekuatan militernya. Dan Yosua tunduk dan taat pada Allah. Yosua menyangkal diri dengan yakin pada Allah dibandingkan hal-hal yang duniawi, "tidak ada sesuatu yang diabaikan Yosua dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa" (ayat 15).

Tantangan hidup kelihatan semakin berat, tetapi kehidupan harus terus dilanjutkan. Perhatikan, Kanaan tidak begitu saja diberikan Allah kepada mereka. Mereka harus melewati berbagai tantangan dan peperangan. Peperangan yang telah diatur Allah, mulai dari 1 kota – 5 kota yang lebih besar, dan kemudian lebih banyak lagi seperti pasir di tepi laut banyaknya. Allah menyertai mereka dengan tantangan dan disiplin yang semakin keras, untuk percaya kepada-Nya lebih besar lagi, dan menikmati kemenangan-Nya yang lebih tinggi juga.

Perhatikan. Allah menyertai Yosua, seperti seorang ibu yang memberikan dorongan kepada anaknya "Janganlah takut menghadapi mereka..." Janji bahwa Allah yang akan berperang, menolong Yosua terus maju dalam ketaatannya. Allah peduli mengarahkan Yosua untuk mengandalkan kekuatan-Nya dan bergantung pada-Nya. Allah memperhatikan dengan mengatur tantangan-tantangan yang dihadapi Yosua, dan menyelesaikannya. Allah peduli memelihara iman umat-Nya secara langsung.

Jadi, apakah tantangan hidup yang silih berganti dan terlihat terlalu berat membuat Saudara takut dan menyerah? Bagaiama seharusnya Saudara menghadapinya seperti Yosua menghadapi tantangan hidupnya. "Tantangan hidup terus berlanjut, jangan takut" Allah menyertai dan mengasihi Saudara. Bacalah 1 Korintus 10:13. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd100221)

 

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...