Wednesday, 18 May 2022




"TUHAN adalah Terangku dan Keselamatanku"
[Mazmur 27:1-3]

1) Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? 2) Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. 3) Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya. (Mazmur 27:1-3)

Apakah arti TUHAN bagi diriku? Dia adalah "terang" bagiku, sumber kehidupan yang vital, kehadiran-Nya memberikan perintah dan tuntunan yang baik di jalan kehidupanku. Kegelapan ditakuti tetapi "terang" adalah suatu berkat.

Dia adalah "keselamatan" bagiku. Firman-Nya: "Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya" (Mazmur 12:6).

Dia adalah "perlindungan" bagiku. "Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan; TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka, Ia meluputkan mereka dari tangan orang-orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya" (Mazmur 37:39-40).  

Hidup memiliki cobaan, masalah, insiden, tetapi TUHAN selalu bersamaku dan bagiku. Apa yang harus aku lakukan dalam terang pengalaman hidup di dunia yang sudah jatuh? Aku "tidak takut dan tidak gemetar". Aku "tetap percaya". "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31b). 

Iman yang benar adalah suatu hubungan pribadi dengan TUHAN. Karena menyatakan TUHAN sebagai "terang, keselamatan dan kekuatan", maka tidak ada alasan untuk merasa takut atau panik. Ketentramannya tidak dengan syarat-syarat lahiriah, tetapi tanpa syarat. TUHAN bersama dan bagi kita dan ingin memiliki hubungan pribadi sehari-hari dengan kita, bahkan dalam suatu dunia yang jatuh dengan orang-orang berdosa! TUHAN memberkati. (erd170522)

Monday, 18 April 2022



[Yohanes 19:38-42] 
Senin, 18 April 2022

"Kematian dan kebangkitan-Nya sudah tergenapi. 
Kasih-Nya itu mengubahkan Saudara menjadi saksi-Nya"
(Yohanes 19:38-42)

Apa respon Saudara dalam hidup pribadi Saudara selanjutnya, setelah merayakan Jumat Agung dan Paskah? Belajarlah dari hidup Yusuf orang Arimatea dan Nikodemus. Pengorbanan dan kematian Yesus di kayu salib sudah mengubahkan hidup mereka. Bacalah Yohanes 19:38-42 dan Matius 27:57-60; Markus 15:46; Lukas 23:50-54.

Sesudah Yesus mati di kayu salib, bagaimana pemakaman mayat-Nya harus dilakukan dengan cepat, karena hari Sabat sudah hampir tiba dan pada hari itu tidak dapat dilakukan pekerjaan apa-apa? Murid-murid-Nya ketakutan. Bahkan karena miskin, mereka pun akan kesulitan memakamkan Yesus dengan layak. Lalu bagaimana dengan perkataan Yesus sendiri bahwa "pada hari yang ketiga Anak Manusia (Yesus) akan dibangkitkan" (Matius 20:18-19; Markus 10:33-34; Lukas 18:31-33)?

Menurut hukum Romawi, mayat orang yang dihukum mati biasanya diserahkan kepada keluarga, tetapi kalau dihukum mati karena pemberontakan atau penghasutan, mayatnya dibiarkan di salib. Orang-orang Yahudi selalu mengijinkan penguburan segala penjahat, tetapi bukan di dalam kuburan biasa, supaya mayat itu tidak dapat menajiskan kuburan itu. Penjahat biasanya dikuburkan bersama-sama di dalam sebuah kubur umum yang hina. Dalam situasi ini, hal yang menakjubkan terjadi; Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus tampil memakamkan Yesus dengan layak. Siapakah Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus ini?

Yusuf dari Arimatea tidak disebut namanya dalam kitab Perjanjian Baru selain dalam peristiwa pemakanan Yesus ini yang tertulis dalam semua Injil. Ia murid Yesus juga, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi. Ia seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka dan kaya; seorang yang baik lagi benar serta menanti-nantikan Kerajaan Allah juga. Ia memberanikan diri menghadap Pilatus (seorang Gubernur pemerintah Romawi) dan meminta mayat Yesus. Permohonan Yusuf cukup berbahaya, karena Yesus dihukum sebagai pemberontak dan semua anggota Mahkamah Agung lainnya pasti tidak setuju. Perhatikan, Yusuf Arimatea bisa dikucilkan dari rumah ibadah, bahkan dikeluarkan dari keanggotaan Mahkamah Besar, reputasinya hancur dan menghadapi kesulitan dalam hidupnya karena dianggap bersekutu dengan penjahat besar dan pemberontak yang dihukum mati. Tetapi, dia yang sebelumnya sembunyi-sembunyi, sekarang menjadi pejabat yang berani tampil menghadap penguasa Romawi, meminta mayat Yesus untuk memakamkan-Nya dengan baik.

Nikodemus tercatat di Alkitab hanya dalam tiga peristiwa. Peristiwa pertama pada saat malam hari, dia datang kepada Yesus dan bercakap-cakap dengan-Nya (Yohanes 3:1-2). Namanya baru disebut lagi pada saat membela Yesus dihadapan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (Yohanes 7:50-52). Tetapi kemudian, berani tampil memakamkan Yesus, "Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya" (Yohanes 19:39). Tersirat bahwa pengenalan dan kepercayaan Nikodemus kepada Yesus semakin bertumbuh. Dia adalah seorang Farisi dan seorang pemimpin agama Yahudi, tetapi sekarang berani tampil memakamkan Yesus yang dianggap penjahat besar dan pemberontak oleh para pemimpin agama Yahudi. Seperti Yusuf Arimatea, reputasi Nikodemus bisa hancur dan menghadapi kesulitan dalam hidupnya karena dianggap bersekutu dengan penjahat besar dan pemberontak. 

Jabatan dan keberanian Yusuf Arimatea dan Nikodemus memungkinkan penguasa Romawi saat itu mengijinkan mereka memakamkan mayat Yesus pada saat yang tepat sehingga bisa tergenapi apa yang sudah difirmankan-Nya; meskipun besar resikonya bagi mereka. Kain lenan yang putih bersih, lima puluh kati (30 kg) campuran minyak mur dengan minyak gaharu, dan kuburan yang baru sudah disediakan oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus. Sementara murid-murid yang lain tidak bisa menyediakannya, Yusuf Arimatea dan Nikodemus menjadi alat Tuhan melalui kekayaan mereka. Tersirat bahwa mereka sungguh-sungguh menghormati Yesus Kristus.

Perhatikan, kematian Yesus Kristus sudah mengubahkan Yusuf Arimatea dan Nikodemus. Mereka yang lambat percaya kepada Yesus Kristus, sembunyi-sembunyi menjadi murid-Nya, akhirnya berani tampil melayani Dia, meskipun besar resikonya. Bagaimana kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sudah mengubah hidup Saudara saat ini? Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd18042022)

Saturday, 16 April 2022



[Matius 27:34] 
Sabtu, 16 April 2022

"Dia mengerti penderitaanmu. Dia sendiri telah mengalaminya untukmu"
(Matius 27:34; Markus 15:23)

Kejahatan, penderitaan, kematian memang masalah fundamental manusia. Pergumulan hidup apa yang sekarang sedang Saudara alami? Mengenang dan merenungkan peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus kiranya memberikan penghiburan dan kekuatan kepada Saudara. Dia mengerti penderitaan Saudara. Dia sendiri telah mengalaminya untuk Saudara. Bacalah satu peristiwa kecil saat perjalanan Yesus Kristus yang berat menuju Golgota untuk disalibkan; Matius 27:34, Markus 15:23.

"Lalu mereka (serdadu-serdadu Romawi) memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya" (Matius 27:34). Tidak ada alasan yang tertulis mengapa Yesus tidak mau meminum anggur bercampur empedu yang diberikan kepada-Nya. Tetapi perhatikan penjelasan berikut ini.

Menurut tradisi lama, para wanita Yahudi memberikan ramuan minuman (anggur bercampur empedu/mur) semacam obat bius kepada mereka yang dikutuk sampai mati untuk mengurangi sensitivitas mereka terhadap rasa sakit yang luar biasa dan menumpulkan pikiran. Praktik seperti ini tercatat dalam Amsal 31:6-7, "Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati. Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya"

Selain mematikan rasa sakit dan menumpulkan pikiran, para serdadu Romawi memberikan minuman anggur bercampur empedu mungkin bukan karena belas kasihan tetapi supaya Yesus mudah diatur saat sedang disalibkan. Tetapi setelah mencicipi sedikit, Yesus menolak untuk meminumnya. Kalimatnya tertulis dalam bentuk Imperfect Tense yang berarti para serdadu Romawi mencoba beberapa kali memberikan minuman tersebut kepada Yesus.

Dengan menolak minuman anggur bercampur empedu, Yesus merasakan sepenuhnya rasa sakit dalam tubuh-Nya sampai mati di kayu salib. Pukulan, cambukan dan luka-luka di sekujur tubuh dirasakan-Nya semuanya dengan sadar. Yesus taat dan tidak mengambil jalan pintas menghindari penderitaan.

Penderitaan Yesus adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan penebusan dan menyempurnakan karakter-Nya sebagai "seorang Imam Besar yang penuh belas kasihan". Penulis surat Ibrani menuliskan, "Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai" (Ibrani 2:16-18). 

Saudara, percayalah bahwa dalam segala penderitaan yang saat ini Suadara alami, Yesus Kristus mengerti dan bisa merasakannya. Dia sendiri telah mengalaminya untuk Saudara. Sekarang, Dia hadir dan memberikan pertolongan kepada Saudara.

Rasul Paulus menuliskan, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (Filipi 3:10, 11). Tersirat bahwa bagi Rasul Paulus, penderitaan Yesus Kristus menjadi teladan dan kekuatan dalam menghadapi semua kesulitan hidup yang harus diderita demi Kristus. Bagaimana dengan Saudara? Selamat menyambut Paskah dengan penuh syukur dan sukacita. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd16042022) 

Thursday, 3 March 2022



[1 Raja-raja 19:8-18]
Kamis, 3 Maret 2022

"Saudara mungkin tidak melihat apa yang sedang Allah kerjakan, tetapi Allah selalu berkarya setiap saat. Allah rindu mendengarkan curahan hati Saudara, membimbing Saudara dan menjawab pergumulan Saudara. Percayalah kepada-Nya!"
(Kitab 1 Raja-raja 19:8-18)

Di tengah pergumulan hidup yang sedang terjadi, seringkali kehadiran Allah tidak terlihat dengan jelas. Seolah-olah Allah tidak bekerja. Kenyataannya, Allah selalu memiliki rencana dan tidak pernah berhenti bekerja dalam kehidupan anak-anak-Nya. Belajarlah dari perjalanan hidup Nabi Elia; bagaimana Allah menghibur, membela dan memelihara dirinya pada saat sedang mengalami pergumulan. Bacalah 1 Raja-raja 19:8-18).

Perhatikan ayat 8. Allah tidak meninggalkan Nabi Elia yang tertekan jiwa dan fisiknya. Allah memberikan kekuatan Nabi Elia berjalan 40 hari 40 malam (400 km) sampai ke gunung Allah (gunung Horeb). Mengapa Nabi Elia mengambil waktu perjalanan yang lebih lama, jika seharusnya Nabi Elia hanya membutuhkan waktu 10-14 hari? Tersirat, bahwa Allah membimbing Nabi Elia melewati waktu pergumulan yang cukup hingga sampai ke gunung Allah dan siap mengerjakan perintah Allah selanjutnya (baca Mazmur 37:23). Ingat, gunung ini adalah tempat di mana Allah memberi petunjuk kepada Nabi Musa tentang pembentukan Israel (Keluaran 3:1-10). Di gunung ini, Nabi Musa 40 hari 40 malam tidak makan roti dan tidak minum air dan Allah menyatakan kehadiran-Nya; Kesepuluh Firman dituliskan (Kitab Keluaran 34:28). Dan sekarang, di gunung ini juga Allah memberikan petunjuk kepada Nabi Elia tentang pemulihan Israel. 

Perhatikan ayat 9-14. Allah yang menghibur. Pemeliharaan atas Nabi Elia dalam perjalanan 40 hari menuju gungung Horeb menunjukkan bahwa Allah berbelas kasihan kepada Nabi Elia. Dan dua kali Allah bertanya kepada Nabi Elia dengan perkataan yang sama, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (ayat 9,13). Tentu bukan berarti Allah tidak tahu apa yang sedang dikerjakan Nabi Elia. Tersirat, Allah ingin supaya Nabi Elia mencurahkan isi hatinya. Allah tidak menyatakan diri-Nya dalam angin besar dan kuat, gempa dan api yang terjadi saat itu. Justru Allah menyatakan diri-Nya dalam angin sepoi-sepoi, menunjukkan Allah sedang memperlakukan hamba-Nya dengan lembut. Dan Nabi Elia mencurahkan isi hatinya, menjawab 2 pertanyaan Allah dengan 2 kalimat yang sama pula. Nabi Elia meratapi bahwa dia satu-satunya yang tersisa untuk beribadah kepada Allah, letih, depresi, merasa bahwa semua pelayanannya telah sia-sia. Bagaimana respon Allah?

Perhatikan ayat 15-17. Allah yang membela. Allah tidak menolak Nabi Elia (Mazmur 103:10,14). Justru Allah berfirman, "Pergilah, kembalilah ke jalanmu.." Allah membangkitkan semangat Nabi Elia dan memberikan tugas kepadanya mengurapi Hazael, Yehu, dan Elisa untuk menghakimi dan membunuh orang-orang Israel yang sudah melawan Allah. Ini adalah tiga pengurapan yang tidak biasa. Hazael adalah raja atas Aram (Siria), bangsa non-Yahudi, tetapi Nabi Elia yang mengurapinya. Yehu, cucu Nimsi, menjadi raja atas Israel. Perhatikan, bukan keturunan Raja Ahab dan Izebel yang akan menjadi raja atas Israel. Allah telah memutus garis keturunan raja Ahab sebagai raja atas Israel. Pengurapan Elisa adalah pengurapan yang tidak biasa karena hanya Elisa satu-satunya nabi yang menjalani pengurapan. Mengapa Nabi Elia perlu mengurapi Elisa? Pengurapan yang khusus ini menegaskan bahwa Allah telah mempersiapkan Elisa untuk tugas yang besar menggantikan Nabi Elia. Jadi realitanya, ketika Nabi Elia merasa tertekan dan seorang diri dalam pergumulannya, sebenarnya Allah memiliki rencana dan tidak pernah berhenti bekerja.

Perhatikan ayat 18. Allah yang memelihara. Ingat, Nabi Elia meratapi bahwa dia satu-satunya yang tersisa untuk beribadah kepada Allah, letih, depresi, merasa bahwa semua pelayanannya telah sia-sia. Tetapi kemudian Allah mengejutkan dirinya; bahwa selain Elisa, ada 7.000 orang yang telah Allah siapkan. Tersirat Allah mengatakan kepada Nabi Elia, "Kuatkanlah hatimu.., Aku sedang bekerja, bahkan ketika engkau tidak melihat apa yang sedang Aku kerjakan". Pemeliharaan Allah melampaui apa yang Nabi Elia bayangkan.

Renungkan, mungkin Saudara tidak melihat apa yang Allah kerjakan, merasa kecewa dan merasa terisolasi seperti Nabi Elia. Saudara mulai berpikir, kalau tidak bisa melihat apa yang Allah kerjakan maka Allah sedang tidak berkerja apapun. Kenyataannya, Allah mempunyai rencana dan selalu sedang bekerja setiap saat walaupun Saudara mungkin tidak melihat apa yang Allah sedang kerjakan. Allah rindu mendengarkan curahan hati Saudara, membimbing Saudara dan menjawab pergumulan Saudara. Percayalah kepada-Nya (2 Korintus 5:7). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd03032022)

Wednesday, 16 February 2022



[1 Raja-raja 19:1-8,10,14,18]
Rabu, 16 Februari 2022

"Karena merasa pergumulan terlalu besar sehingga Allah yang Maha Besar kelihatan sangat kecil. Allah tidak pernah meninggalkan Saudara, percayalah dan berjuanglah!"
(Kitab 1 Raja-raja 19:1-8, 10, 14, 18)

Saudara, kenyataannya setiap orang mengalami pergumulannya sendiri-sendiri; khususnya dalam masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini. Apakah Saudara merasa bahwa segala usaha yang sudah Saudara kerjakan tidak membuahkan hasil seperti yang Saudara harapkan? Apakah Saudara merasa frustasi menghadapi pergumulan hidup? Belajarlah dari kegagalan Nabi Elia dan bagaimana Allah menolong dirinya. Bacalah kitab 1 Raja-raja 19:1-8, 10, 14, 18.

Nabi Elia sudah dipelihara secara ajaib oleh Allah selama 3,5 tahun masa kekeringan. Dia sendiri sudah mengalami kemenangan dalam pergumulan spiritual yang berat dan spektakuler di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46)? Tetapi, mengapa akhirnya dia ketakutan dan bahkan ingin mati saja? Memang Nabi Elia adalah manusia biasa sama seperti Saudara (Surat Yakobus 5:17), tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi?

Perhatikan ayat 1-2. Tersirat bahwa semua yang telah dikerjakan Allah dengan dahsyat dan ajaib melalui Nabi Elia yang taat, tidak membuat raja Ahab dan Isebel berbalik meninggalkan dewa Baal dan menyembah Allah saja. Raja Ahab tetap lemah dan tidak membela Allah. Isebel tidak bertobat. Tersirat justru Isebel melawan Allah dan berencana membunuh nabinya Allah (bacalah surat 2 Korintus 4:4).

Perhatikan ayat 3. Dalam peristiwa sebelumnya di gunung Karmel, Nabi Elia yakin apa yang akan terjadi dan melihat sendiri bagaimana Allah bertindak menunjukkan kuasa-Nya. Dia berharap apa yang sudah terjadi bisa mengubah orang-orang untuk meninggalkan dewa Baal dan kembali kepada Allah. Tetapi sekarang, kenyataan yang dilihatnya berbeda dengan apa yang diharapkannya. Nabi Elia menjadi takut kepada perempuan penyembah dewa Baal itu dan lari supaya tidak dibunuh (ingat sebelumnya, 450 nabi Baal telah dikalahkan dan dibunuh). Ia melarikan diri menjauh 152 km ke arah Selatan, bukan atas perintah Allah (bandingkan 1 Raja-raja 17:5, 8-10; 18:1-2, 36). Dalam ketakutannya, Nabi Elia merasa bertanggung jawab atas keamanan dirinya sendiri, bukan pada Allah. Nabi Elia berkecil hati dan melarikan diri dari apa yang harus diselesaikannya.

Perhatikan ayat 4-5a. "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku". Nabi Elia mengatakan "Cukuplah itu!" dan "ambillah nyawaku". Tersirat bahwa ia kecewa dengan hasil pelayananan yang tidak seperti harapannya sendiri. Ia kecewa dengan hal yang seharusnya tidak terjadi pada dirinya sebagai nabi Allah. Ribka, Rahel, Ayub, Nabi Musa, Salomo, Yunus dan Rasul Paulus juga mengungkapkan "ambillah nyawaku" di tengah pergumulan hidup mereka (Kejadian 27:46, 30:1; Ayub 3:11; Bilangan 11:15; Pengkhotbah 2:17; Yunus 4:3; 2 Korintus 1:8). Merasa terbebani dengan energi emosional dan fisik yang berlebihan membuatnya memikirkan hal yang terburuk. Nabi Elia melupakan bagaimana Allah sudah dan terus bekerja memeliharan dan memakai dirinya (bacalah kitab Mazmur 23).

Perhatikan ayat 10, 14, 18. "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan..; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku". Nabi Elia menjawab Allah dua kali dengan kalimat yang sama. Tersirat bahwa Nabi Elia juga tertekan dengan perasaan "hanya aku seorang diri" melayani Allah. Sebenarnya, masih ada 100 nabi Allah yang diselamatkan oleh Obaja, kepala istana raja Ahab (1 Raja-raja 18:3-4). Allah sendiri menegaskan bahwa karena pekerjaan-Nya maka masih ada 7.000 orang di Israel yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak menciumnya.

Perhatikan ayat 5b-8. Berita baiknya adalah Allah bersabar, peduli dan memperhatikan Nabi Elia sepenuhnya. Pergumulan yang telah menekan jiwa maupun fisik/tubuhnya diperhatikan oleh Allah. Melalui 2 kali sentuhan malaikat ketika dirinya berbaring dan tidur, Allah hadir dan menghibur Nabi Elia. Alih-alih berbicara tentang kesalahan spiritual dan emosional Nabi Elia, Allah melayani Nabi Elia dan menyediakan "roti bakar dan air" yang membuatnya kuat lagi. Allah tidak pernah meninggalkan Nabi Elia. Allah merestorasi Nabi Elia, membuatnya kuat berjalan lagi 40 hari 40 malam lamanya (400 km) sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb; di sanalah firman Allah datang kembali kepadanya. 

Saudara, banyak orang merasa pergumulannya terlalu besar sehingga Allah yang Maha Besar kelihatan sangat kecil. Ingatlah pesan Rasul Paulus, 4 hal tentang pencobaan:  pencobaan-pencobaan yang dialami adalah pencobaan-pencobaan yang biasa, tidak melebihi kekuatan dan dapat menanggunnya, Allah setia, dan ada jalan keluarnya (1 Korintus 10:13). Allah tidak pernah meninggalkan Saudara, percayalah dan berjuanglah (bacalah Ibrani 4:14-16). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd160222).

Friday, 11 February 2022




“Protokol ketangguhan dalam masa pandemi; pelajaran dari kehidupan Nabi Elia di tengah tekanan hidupnya”.
(Renungan Kitab 1 Raja-raja 19)

Memasuki Februari 2022, Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 2 tahun belum juga berakhir. Bahkan angka kasusnya melonjak lagi. Bagaimana tetap tangguh menghadapinya dengan protokol kesehatan yang benar? Belajarlah dari pergumulan hidup Nabi Elia. Bacalah kitab 1 Raja-raja 19.

Diceritakan bahwa Nabi Elia sedang dalam keadaan tertekan; padahal baru saja memperoleh kemenangan rohani yang besar di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46). Ia merasa sangat kelelahan luar biasa. Orang yang memiliki keberanian dan iman yang hebat itu, sekarang ketakutan luar biasa. Nabi Elia lari sekitar 120 km ke Betsyeba, ke padang gurun dan di bawah pohon arar berdoa, “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku” (ayat 1-3). Bagaimana Tuhan menolong Nabi Elia menjadi semakin tangguh pada saat dia mengalami tekanan hidup?

Ayat 4. Istirahat dan retreat. Nabi Elia mengalami retreat dengan pergi sendirian ke dalam keheningan padang gurun, pelayanannya pun ia tinggalkan. Di dalam keheningan, ia berbicara kepada Allah dan beristirahat. Saat pembatasan karena pandemi Covid-19 sekarang ini, nikmatilah relasi dan berbicara kepada Allah lebih akrab lagi.

Ayat 5a. Tidur. Setelah Nabi Elia berkata pada Allah bahwa sudah cukup dan dia ingin mati, kemudian berbaringlah dia dan tertidur. Sepertinya ia tertidur dengan cepat di tempat yang tenang ini. Kemudian ia bangun dan tertidur lagi. Tidurlah yang cukup, jangan kelelahan.

Ayat 5b,7. Sentuhan. Malaikat menyentuh Nabi Elia sampai dua kali. Sentuhan malaikat meyakinkan Nabi Elia bahwa ia tidak sendirian karena masih ada orang lain yang peduli. Yesus juga menyentuh orang-orang, atau mengizinkan mereka menyentuh-Nya, termasuk mereka yang tidak bisa disentuh atau tidak tahir (Matius 9:20; Lukas 7:37-38; 8:54). Kehadiran dan sentuhan Sahabat menenangkan.

Ayat 5-7. Makanan yang baik. Malaikat memberikan Nabi Elia roti dan air. Beberapa waktu sebelumnya, Nabi Elia diberi makan oleh burung gagak (1 Raja-raja 17:6); walaupun orang Yahudi menganggap gagak adalah burung yang tidak tahir. Dan sekarang, Allah mengirimkan malaikat untuk membuatkan roti bakar bagi Nabi Elia saat ia tidur; roti yang masih hangat. Nabi Elia menghirup aroma roti hangat itu, ia makan, dan ia minum lagi untuk memperoleh kekuatan bagi perjalanan selanjutnya.

Ayat 8. Olahraga. Nabi Elia berjalan 40 hari dan 40 malam ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Perjalanan itu menempuh jarak sekitar 320 km, jadi sekitar 8 km per hari. Nabi Elia berjalan dengan lebih santai sehingga menghabiskan waktu lebih banyak. Jangka waktu itulah yang mungkin membantunya untuk mulai pulih dari keadaan tertekannya. Pada hari-hari terakhir kehidupannya di bumi ia berjalan dari Gilgal ke Betel ke Yerikho dan menyeberang sungai Yordan (2 Raja-raja 2:1-8). Perjalanan itu menempuh paling sedikit 64 km, lumayan bagi yang sudah tua, meskipun kebanyakan adalah jalan menurun.

Ayat 9-14. Menceritakan kisahnya. Allah bertanya kepada Nabi Elia, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 9). Dan Nabi Elia menceritakan kisahnya. Empat ayat kemudian, Allah bertanya lagi, "Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 14). Dan Nabi Elia menceritakan kembali kisahnya untuk kedua kalinya, menggunakan kata-kata yang sama persis dengan yang sebelumnya. Allah tentu tidak lupa atau mengabaikan saat Nabi Elia pertama kali bercerita. Allah tahu bahwa baik bagi Nabi Elia untuk menceritakan kisahnya lebih dari sekali. Bercerita tentang Allah dan kasih-Nya, menyegarkan hati dari perasaan terisolasi dan bersalah serta mengantarkan pada pemulihan.

Ayat 10,14. Dukungan. Nabi Elia berkata kepada Allah, “Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup”. Nabi Elia merasa terisolasi serta menjadi satu-satunya yang tersisa di seluruh Israel dan berpikir akan segera dibunuh sehingga pelayanannya (dan kehidupannya) selama ini adalah membuang-buang waktu. Dan Allah memberikan respons dengan mengatakan kepada Nabi Elia untuk mendelegasikan tugasnya, bahwa Elisa akan meneruskan pekerjaannya. Tuhan mendukung Saudara; bertolong-tolonglah menanggung beban (Galatia 6:2).

Ayat 8, 12-18. Suara kecil lembut: suara dalam keheningan. Nabi Elia pergi ke gunung Horeb yang adalah tempat suci, dikenal sebagai “gunung Allah” (ayat 8). Di sinilah Allah telah menampakkan diri kepada Musa dalam semak yang terbakar (Keluaran 3:1-2), memukul batu dan air keluar (Keluaran 17:6), muncul api yang menghanguskan di puncak gunung itu (Keluaran 24:17). Tetapi tidak seperti yang dipikirkan dan diinginkan Nabi Elia, sekarang Allah tidak ada di dalam angin, gempa bumi, atau api; tetapi Allah datang dalam bisikan, suara yang lembut, atau suara keheningan. Hal ini penting dalam membangun ketangguhan dalam diri Nabi Elia.

Ayat 19-21. Ditugaskan kembali. Allah memberikan tugas yang baru kepada Nabi Elia, yaitu memuridkan dan mengurapi Elisa. Hal ini menjadi awal yang baru baginya, yang sebelumnya merasa telah gagal. Ditugaskan kembali  dapat meningkatkan semangat Nabi Elia, karena ternyata masih ada yang harus dikerjakan, memuridkan orang lain untuk melanjutkan pelayanannya.

Saudara, dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini, ingatlah kisah pergumulan Nabi Elia dan tetaplah tangguh menghadapinya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd110222)

Thursday, 10 February 2022



[1 Raja-raja 18:41-46] 
Kamis, 10 Februari 2022

"Allah yang berkuasa adalah Allah yang bertindak mengubahkan hati manusia. Jangan menyerah, percaya dan berdoalah senantiasa"
(1 Raja-raja 18:41-46)

Di tengah berbagai pergumulan hidup dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, apakah Saudara mengalami frustasi dan menyerah? Bagaimana tetap berdoa dan percaya bahwa Allah berkuasa dan juga bertindak? Renungkan kisah doa Nabi Elia, bacalah kitab 1 Raja-raja 18:41-46.

Karena menyembah dewa Baal, Allah menghukum bangsa Israel. Hujan tidak turun selama 3,5 tahun (1 Raja-raja 17:1; 18:1). Dan akhirnya, Allah menyatakan kuasa-Nya di gunung Karmel (tempat keramat dewa Baal). Rakyat Israel tersujud dan berkata "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"; 450 nabi Baal ditangkap dan dibunuh (1 Raja-raja 18:39-40). Selanjutnya, bagaimana Allah menurunkan hujan?

Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya (1 Raja-raja 18:41-42). Perhatikan, saat itu belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Perkataan Nabi Elia kepada raja Ahab menunjukkan kepercayaannya bahwa Allah pasti bertindak menggenapi apa yang sudah difirmankan-Nya; hujan pasti turun. Tetapi perhatikan yang dilakukan Nabi Elia; ia naik ke puncak gunung Karmel dan berdoa dengan sikap yang tidak biasa. Penafsir Alkitab menjelaskan bahwa membungkuk dengan muka di antara kedua lutut adalah posisi seorang perempuan yang berjuang melahirkan bayinya. Nabi Elia percaya bahwa Allah pasti menurunkan hujan (setelah 3,5 tahun) dan dia berdoa dengan sungguh-sungguh. Nabi Elia menunjukkan keindahan doa orang percaya.

Ingatlah perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu"  (Injil Matius 9:37-38). Tuan yang empunya tuaian pasti mempunyai tujuan dan segala cara untuk mengumpulkan tuaian yang banyak baginya. Tetapi perhatikan, tuan berkata kepada pekerjanya (budaknya) supaya pekerjanya itu meminta kepada dirinya untuk mengirimkan banyak pekerja lagi. Bagaimana dengan doa Nabi Elia di gunung Karmel?

"Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali" (1 Raja-raja 18:37). Perhatikan 2 poin penting doa Nabi Elia: Tuhan yang disembahnya adalah Allah sejati yang berkuasa dan Dia-lah yang mengubah hati manusia. Tetapi perhatikan kisah selanjutnya; Nabi Elia yang sudah bekerja segiat-giatnya bagi Allah tetapi merasa sendirian dan nyawanya terancam oleh bangsa Israel yang telah meninggalkan Allah. Tetapi Allah berfirman kepadanya, "Tetapi Aku (Allah) akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia" (1 Raja-raja 19:14,18). Peristiwa ini penting sehingga Rasul Paulus mengutipnya dalam surat Roma 11:1-5. Poin pentingnya, jangan menyerah, Allah tidak meninggalkan umat-Nya; Allah mengubah hati mereka karena kasih karunia-Nya.

Perhatikan ayat 43-45. Sebelumnya dalam peristiwa turunnya api, Nabi Elia berdoa dan Allah segera menjawabnya (ayat 37-38), tetapi tidak demikian dengan peristiwa turunnya hujan. Namun demikian, Nabi Elia tidak putus asa dan tidak menyerah, tetap berdoa dengan sungguh-sungguh. Ingat bagaimana sikap doa Nabi Elia di puncak gunung Karmel dan bagaimana ia meminta bujangnya untuk melihat tanda hujan sampai 7 kali. Awan kecil sebesar telapak tangan yang terlihat adalah cukup baginya untuk percaya bahwa Allah sudah menjawab doanya. Peristiwa ini dikutip dalam surat Yakobus 5:16-18, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya". 

Perhatikan ayat 46. Dan akhirnya, peristiwa di gunung Karmel berakhir dengan Allah memberikan kepada Nabi Elia tenaga ajaib dan ilahi, sehingga ia dapat lari lebih cepat dari kuda-kuda raja Ahab, sejauh 27 Km. Nabi Elia taat, percaya, berdoa dan menjadi alat Allah menunjukkan kuasa-Nya. Allah yang sejati adalah Allah yang menjawab doa, bertindak dan mengubah hati manusia. Jangan menyerah, percaya dan berdoalah senantiasa. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd101222)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...