Wednesday, 16 February 2022



[1 Raja-raja 19:1-8,10,14,18]
Rabu, 16 Februari 2022

"Karena merasa pergumulan terlalu besar sehingga Allah yang Maha Besar kelihatan sangat kecil. Allah tidak pernah meninggalkan Saudara, percayalah dan berjuanglah!"
(Kitab 1 Raja-raja 19:1-8, 10, 14, 18)

Saudara, kenyataannya setiap orang mengalami pergumulannya sendiri-sendiri; khususnya dalam masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga saat ini. Apakah Saudara merasa bahwa segala usaha yang sudah Saudara kerjakan tidak membuahkan hasil seperti yang Saudara harapkan? Apakah Saudara merasa frustasi menghadapi pergumulan hidup? Belajarlah dari kegagalan Nabi Elia dan bagaimana Allah menolong dirinya. Bacalah kitab 1 Raja-raja 19:1-8, 10, 14, 18.

Nabi Elia sudah dipelihara secara ajaib oleh Allah selama 3,5 tahun masa kekeringan. Dia sendiri sudah mengalami kemenangan dalam pergumulan spiritual yang berat dan spektakuler di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46)? Tetapi, mengapa akhirnya dia ketakutan dan bahkan ingin mati saja? Memang Nabi Elia adalah manusia biasa sama seperti Saudara (Surat Yakobus 5:17), tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi?

Perhatikan ayat 1-2. Tersirat bahwa semua yang telah dikerjakan Allah dengan dahsyat dan ajaib melalui Nabi Elia yang taat, tidak membuat raja Ahab dan Isebel berbalik meninggalkan dewa Baal dan menyembah Allah saja. Raja Ahab tetap lemah dan tidak membela Allah. Isebel tidak bertobat. Tersirat justru Isebel melawan Allah dan berencana membunuh nabinya Allah (bacalah surat 2 Korintus 4:4).

Perhatikan ayat 3. Dalam peristiwa sebelumnya di gunung Karmel, Nabi Elia yakin apa yang akan terjadi dan melihat sendiri bagaimana Allah bertindak menunjukkan kuasa-Nya. Dia berharap apa yang sudah terjadi bisa mengubah orang-orang untuk meninggalkan dewa Baal dan kembali kepada Allah. Tetapi sekarang, kenyataan yang dilihatnya berbeda dengan apa yang diharapkannya. Nabi Elia menjadi takut kepada perempuan penyembah dewa Baal itu dan lari supaya tidak dibunuh (ingat sebelumnya, 450 nabi Baal telah dikalahkan dan dibunuh). Ia melarikan diri menjauh 152 km ke arah Selatan, bukan atas perintah Allah (bandingkan 1 Raja-raja 17:5, 8-10; 18:1-2, 36). Dalam ketakutannya, Nabi Elia merasa bertanggung jawab atas keamanan dirinya sendiri, bukan pada Allah. Nabi Elia berkecil hati dan melarikan diri dari apa yang harus diselesaikannya.

Perhatikan ayat 4-5a. "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku". Nabi Elia mengatakan "Cukuplah itu!" dan "ambillah nyawaku". Tersirat bahwa ia kecewa dengan hasil pelayananan yang tidak seperti harapannya sendiri. Ia kecewa dengan hal yang seharusnya tidak terjadi pada dirinya sebagai nabi Allah. Ribka, Rahel, Ayub, Nabi Musa, Salomo, Yunus dan Rasul Paulus juga mengungkapkan "ambillah nyawaku" di tengah pergumulan hidup mereka (Kejadian 27:46, 30:1; Ayub 3:11; Bilangan 11:15; Pengkhotbah 2:17; Yunus 4:3; 2 Korintus 1:8). Merasa terbebani dengan energi emosional dan fisik yang berlebihan membuatnya memikirkan hal yang terburuk. Nabi Elia melupakan bagaimana Allah sudah dan terus bekerja memeliharan dan memakai dirinya (bacalah kitab Mazmur 23).

Perhatikan ayat 10, 14, 18. "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan..; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku". Nabi Elia menjawab Allah dua kali dengan kalimat yang sama. Tersirat bahwa Nabi Elia juga tertekan dengan perasaan "hanya aku seorang diri" melayani Allah. Sebenarnya, masih ada 100 nabi Allah yang diselamatkan oleh Obaja, kepala istana raja Ahab (1 Raja-raja 18:3-4). Allah sendiri menegaskan bahwa karena pekerjaan-Nya maka masih ada 7.000 orang di Israel yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak menciumnya.

Perhatikan ayat 5b-8. Berita baiknya adalah Allah bersabar, peduli dan memperhatikan Nabi Elia sepenuhnya. Pergumulan yang telah menekan jiwa maupun fisik/tubuhnya diperhatikan oleh Allah. Melalui 2 kali sentuhan malaikat ketika dirinya berbaring dan tidur, Allah hadir dan menghibur Nabi Elia. Alih-alih berbicara tentang kesalahan spiritual dan emosional Nabi Elia, Allah melayani Nabi Elia dan menyediakan "roti bakar dan air" yang membuatnya kuat lagi. Allah tidak pernah meninggalkan Nabi Elia. Allah merestorasi Nabi Elia, membuatnya kuat berjalan lagi 40 hari 40 malam lamanya (400 km) sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb; di sanalah firman Allah datang kembali kepadanya. 

Saudara, banyak orang merasa pergumulannya terlalu besar sehingga Allah yang Maha Besar kelihatan sangat kecil. Ingatlah pesan Rasul Paulus, 4 hal tentang pencobaan:  pencobaan-pencobaan yang dialami adalah pencobaan-pencobaan yang biasa, tidak melebihi kekuatan dan dapat menanggunnya, Allah setia, dan ada jalan keluarnya (1 Korintus 10:13). Allah tidak pernah meninggalkan Saudara, percayalah dan berjuanglah (bacalah Ibrani 4:14-16). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd160222).

Friday, 11 February 2022




“Protokol ketangguhan dalam masa pandemi; pelajaran dari kehidupan Nabi Elia di tengah tekanan hidupnya”.
(Renungan Kitab 1 Raja-raja 19)

Memasuki Februari 2022, Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 2 tahun belum juga berakhir. Bahkan angka kasusnya melonjak lagi. Bagaimana tetap tangguh menghadapinya dengan protokol kesehatan yang benar? Belajarlah dari pergumulan hidup Nabi Elia. Bacalah kitab 1 Raja-raja 19.

Diceritakan bahwa Nabi Elia sedang dalam keadaan tertekan; padahal baru saja memperoleh kemenangan rohani yang besar di gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-46). Ia merasa sangat kelelahan luar biasa. Orang yang memiliki keberanian dan iman yang hebat itu, sekarang ketakutan luar biasa. Nabi Elia lari sekitar 120 km ke Betsyeba, ke padang gurun dan di bawah pohon arar berdoa, “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku” (ayat 1-3). Bagaimana Tuhan menolong Nabi Elia menjadi semakin tangguh pada saat dia mengalami tekanan hidup?

Ayat 4. Istirahat dan retreat. Nabi Elia mengalami retreat dengan pergi sendirian ke dalam keheningan padang gurun, pelayanannya pun ia tinggalkan. Di dalam keheningan, ia berbicara kepada Allah dan beristirahat. Saat pembatasan karena pandemi Covid-19 sekarang ini, nikmatilah relasi dan berbicara kepada Allah lebih akrab lagi.

Ayat 5a. Tidur. Setelah Nabi Elia berkata pada Allah bahwa sudah cukup dan dia ingin mati, kemudian berbaringlah dia dan tertidur. Sepertinya ia tertidur dengan cepat di tempat yang tenang ini. Kemudian ia bangun dan tertidur lagi. Tidurlah yang cukup, jangan kelelahan.

Ayat 5b,7. Sentuhan. Malaikat menyentuh Nabi Elia sampai dua kali. Sentuhan malaikat meyakinkan Nabi Elia bahwa ia tidak sendirian karena masih ada orang lain yang peduli. Yesus juga menyentuh orang-orang, atau mengizinkan mereka menyentuh-Nya, termasuk mereka yang tidak bisa disentuh atau tidak tahir (Matius 9:20; Lukas 7:37-38; 8:54). Kehadiran dan sentuhan Sahabat menenangkan.

Ayat 5-7. Makanan yang baik. Malaikat memberikan Nabi Elia roti dan air. Beberapa waktu sebelumnya, Nabi Elia diberi makan oleh burung gagak (1 Raja-raja 17:6); walaupun orang Yahudi menganggap gagak adalah burung yang tidak tahir. Dan sekarang, Allah mengirimkan malaikat untuk membuatkan roti bakar bagi Nabi Elia saat ia tidur; roti yang masih hangat. Nabi Elia menghirup aroma roti hangat itu, ia makan, dan ia minum lagi untuk memperoleh kekuatan bagi perjalanan selanjutnya.

Ayat 8. Olahraga. Nabi Elia berjalan 40 hari dan 40 malam ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Perjalanan itu menempuh jarak sekitar 320 km, jadi sekitar 8 km per hari. Nabi Elia berjalan dengan lebih santai sehingga menghabiskan waktu lebih banyak. Jangka waktu itulah yang mungkin membantunya untuk mulai pulih dari keadaan tertekannya. Pada hari-hari terakhir kehidupannya di bumi ia berjalan dari Gilgal ke Betel ke Yerikho dan menyeberang sungai Yordan (2 Raja-raja 2:1-8). Perjalanan itu menempuh paling sedikit 64 km, lumayan bagi yang sudah tua, meskipun kebanyakan adalah jalan menurun.

Ayat 9-14. Menceritakan kisahnya. Allah bertanya kepada Nabi Elia, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 9). Dan Nabi Elia menceritakan kisahnya. Empat ayat kemudian, Allah bertanya lagi, "Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (ayat 14). Dan Nabi Elia menceritakan kembali kisahnya untuk kedua kalinya, menggunakan kata-kata yang sama persis dengan yang sebelumnya. Allah tentu tidak lupa atau mengabaikan saat Nabi Elia pertama kali bercerita. Allah tahu bahwa baik bagi Nabi Elia untuk menceritakan kisahnya lebih dari sekali. Bercerita tentang Allah dan kasih-Nya, menyegarkan hati dari perasaan terisolasi dan bersalah serta mengantarkan pada pemulihan.

Ayat 10,14. Dukungan. Nabi Elia berkata kepada Allah, “Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup”. Nabi Elia merasa terisolasi serta menjadi satu-satunya yang tersisa di seluruh Israel dan berpikir akan segera dibunuh sehingga pelayanannya (dan kehidupannya) selama ini adalah membuang-buang waktu. Dan Allah memberikan respons dengan mengatakan kepada Nabi Elia untuk mendelegasikan tugasnya, bahwa Elisa akan meneruskan pekerjaannya. Tuhan mendukung Saudara; bertolong-tolonglah menanggung beban (Galatia 6:2).

Ayat 8, 12-18. Suara kecil lembut: suara dalam keheningan. Nabi Elia pergi ke gunung Horeb yang adalah tempat suci, dikenal sebagai “gunung Allah” (ayat 8). Di sinilah Allah telah menampakkan diri kepada Musa dalam semak yang terbakar (Keluaran 3:1-2), memukul batu dan air keluar (Keluaran 17:6), muncul api yang menghanguskan di puncak gunung itu (Keluaran 24:17). Tetapi tidak seperti yang dipikirkan dan diinginkan Nabi Elia, sekarang Allah tidak ada di dalam angin, gempa bumi, atau api; tetapi Allah datang dalam bisikan, suara yang lembut, atau suara keheningan. Hal ini penting dalam membangun ketangguhan dalam diri Nabi Elia.

Ayat 19-21. Ditugaskan kembali. Allah memberikan tugas yang baru kepada Nabi Elia, yaitu memuridkan dan mengurapi Elisa. Hal ini menjadi awal yang baru baginya, yang sebelumnya merasa telah gagal. Ditugaskan kembali  dapat meningkatkan semangat Nabi Elia, karena ternyata masih ada yang harus dikerjakan, memuridkan orang lain untuk melanjutkan pelayanannya.

Saudara, dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini, ingatlah kisah pergumulan Nabi Elia dan tetaplah tangguh menghadapinya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd110222)

Thursday, 10 February 2022



[1 Raja-raja 18:41-46] 
Kamis, 10 Februari 2022

"Allah yang berkuasa adalah Allah yang bertindak mengubahkan hati manusia. Jangan menyerah, percaya dan berdoalah senantiasa"
(1 Raja-raja 18:41-46)

Di tengah berbagai pergumulan hidup dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, apakah Saudara mengalami frustasi dan menyerah? Bagaimana tetap berdoa dan percaya bahwa Allah berkuasa dan juga bertindak? Renungkan kisah doa Nabi Elia, bacalah kitab 1 Raja-raja 18:41-46.

Karena menyembah dewa Baal, Allah menghukum bangsa Israel. Hujan tidak turun selama 3,5 tahun (1 Raja-raja 17:1; 18:1). Dan akhirnya, Allah menyatakan kuasa-Nya di gunung Karmel (tempat keramat dewa Baal). Rakyat Israel tersujud dan berkata "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"; 450 nabi Baal ditangkap dan dibunuh (1 Raja-raja 18:39-40). Selanjutnya, bagaimana Allah menurunkan hujan?

Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran." Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya (1 Raja-raja 18:41-42). Perhatikan, saat itu belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Perkataan Nabi Elia kepada raja Ahab menunjukkan kepercayaannya bahwa Allah pasti bertindak menggenapi apa yang sudah difirmankan-Nya; hujan pasti turun. Tetapi perhatikan yang dilakukan Nabi Elia; ia naik ke puncak gunung Karmel dan berdoa dengan sikap yang tidak biasa. Penafsir Alkitab menjelaskan bahwa membungkuk dengan muka di antara kedua lutut adalah posisi seorang perempuan yang berjuang melahirkan bayinya. Nabi Elia percaya bahwa Allah pasti menurunkan hujan (setelah 3,5 tahun) dan dia berdoa dengan sungguh-sungguh. Nabi Elia menunjukkan keindahan doa orang percaya.

Ingatlah perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu"  (Injil Matius 9:37-38). Tuan yang empunya tuaian pasti mempunyai tujuan dan segala cara untuk mengumpulkan tuaian yang banyak baginya. Tetapi perhatikan, tuan berkata kepada pekerjanya (budaknya) supaya pekerjanya itu meminta kepada dirinya untuk mengirimkan banyak pekerja lagi. Bagaimana dengan doa Nabi Elia di gunung Karmel?

"Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali" (1 Raja-raja 18:37). Perhatikan 2 poin penting doa Nabi Elia: Tuhan yang disembahnya adalah Allah sejati yang berkuasa dan Dia-lah yang mengubah hati manusia. Tetapi perhatikan kisah selanjutnya; Nabi Elia yang sudah bekerja segiat-giatnya bagi Allah tetapi merasa sendirian dan nyawanya terancam oleh bangsa Israel yang telah meninggalkan Allah. Tetapi Allah berfirman kepadanya, "Tetapi Aku (Allah) akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia" (1 Raja-raja 19:14,18). Peristiwa ini penting sehingga Rasul Paulus mengutipnya dalam surat Roma 11:1-5. Poin pentingnya, jangan menyerah, Allah tidak meninggalkan umat-Nya; Allah mengubah hati mereka karena kasih karunia-Nya.

Perhatikan ayat 43-45. Sebelumnya dalam peristiwa turunnya api, Nabi Elia berdoa dan Allah segera menjawabnya (ayat 37-38), tetapi tidak demikian dengan peristiwa turunnya hujan. Namun demikian, Nabi Elia tidak putus asa dan tidak menyerah, tetap berdoa dengan sungguh-sungguh. Ingat bagaimana sikap doa Nabi Elia di puncak gunung Karmel dan bagaimana ia meminta bujangnya untuk melihat tanda hujan sampai 7 kali. Awan kecil sebesar telapak tangan yang terlihat adalah cukup baginya untuk percaya bahwa Allah sudah menjawab doanya. Peristiwa ini dikutip dalam surat Yakobus 5:16-18, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya". 

Perhatikan ayat 46. Dan akhirnya, peristiwa di gunung Karmel berakhir dengan Allah memberikan kepada Nabi Elia tenaga ajaib dan ilahi, sehingga ia dapat lari lebih cepat dari kuda-kuda raja Ahab, sejauh 27 Km. Nabi Elia taat, percaya, berdoa dan menjadi alat Allah menunjukkan kuasa-Nya. Allah yang sejati adalah Allah yang menjawab doa, bertindak dan mengubah hati manusia. Jangan menyerah, percaya dan berdoalah senantiasa. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd101222)

Saturday, 5 February 2022



[1 Raja-raja 18:30-40]
Sabtu, 5 Februari 2022

"Merindukan ibadah yang benar kepada Allah, 
bukan hanya merindukan berkat-Nya saja".
(1 Raja-raja 18:30-40)

Pandemi Covi-19 sudah berjalan 2 tahun; new normal, hidup tidak sama seperti dulu lagi. Ada banyak perubahan dalam kehidupan ibadah kepada Allah. Bagaimana dengan hidup ibadah Saudara kepada Allah saat ini (ibadah pribadi maupun bersama jemaah)? Renungkanlah restorasi ibadah yang dikerjakan Allah atas umat Israel, ketika mereka semakin jauh hidup dalam dosa dengan menyembah dewa Baal. Bacalah kitab 1 Raja-raja 18:30-40.

Dikisahkan bahwa Israel menjadi kerajaan yang dipimpin oleh raja-raja yang tangguh, sampai pada pemerintahan raja Ahab (874-853 sebelum Masehi). Tetapi, raja Ahab melakukan apa yang jahat di mata Allah lebih dari pada semua raja sebelumnya. Ia memperistri Ezebel dari Sidon yang menyembah dewa Baal ("tuan/pemilik") dan akhirnya berpengaruh sangat buruk bagi kehidupan ibadah Israel. Mereka beribadah kepada dewa Baal dan sujud menyembah kepadanya. "Ahab menimbulkan sakit hati Tuhan, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya" (1 Raja-raja 16:29-34). Allah menghukum dengan tidak menurunkan hujan selama 3,5 tahun yang pasti mendatangkan penderitaan bagi mereka. Dan akhirnya, Allah yang sejati menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menurunkan hujan secara ajaib. Bagaimana tindakan Allah menurunkan hujan?

Perhatikan, tersirat bahwa yang terpenting bukan tentang turunnya hujan dan berakhirnya kekeringan/penderitaan tetapi bagaimana restorasi kehidupan ibadah yang dikerjakan Allah atas umat-Nya. Allah menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang sejati. Allah menunjukkan kuasa-Nya melalui Nabi Elia yang taat mengerjakan kehendak-Nya. Renungkan 5 pokok restorasi ibadah yang dikerjakan Allah dalam peristiwa di gunung Karmel itu.

Pertama. Memperbaiki ibadah (ayat 30-33). Nabi Elia meruntuhkan mezbah yang telah dibangun oleh 450 nabi Baal dan membangun kembali mezbah untuk Allah dengan menumpuk 12 batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. Perhatikan, Nabi Elia sebenarnya nabi di kerajaan Israel Utara yang terdiri atas 10 suku saja. Tindakan Nabi Elia menunjukkan bahwa ia mengingat janji Allah tentang restorasi dan berkat atas seluruh Israel (12 suku).

Kedua. Pengorbanan ibadah (ayat 34-35). Perhatikan, air mengalir sekeliling mezbah; bahkan parit penuh dengan air. Ingat, setelah tidak turun hujan selama 3,5 tahun, pasti air sangat berharga bahkan sangat sulit mendapatkannya saat itu. Tindakan ini menunjukkan bahwa ada harga mahal yang dikorbankan dalam ibadah. Seorang utusan Injil tingkat dunia pernah berkata "Jika Kristus menyediakan diri mati di kayu salib, maka tidak ada hal yang terlalu besar dalam hidup saya untuk saya persembahkan kepada-Nya".

Ketiga. Kerinduan supaya nama Allah diketahui oleh dunia (ayat 36-37). Pada waktu mempersembahkan korban, Nabi Elia berkata "biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel.. bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." Bagaimana hidup ibadah Saudara saat ini, apakah nama Allah yang sejati semakin dikenal dunia; atau kebesaran nama Saudara sendiri dan justru nama Allah semakin dihujat dunia?

Keempat. Kerinduan dikenal sebagai hamba Allah (ayat 36). Nabi Elia berkata, "dan bahwa aku ini hamba-Mu". Bukan hanya rindu supaya nama Allah dikenal oleh dunia, apakah Saudara juga rindu nama Saudara sendiri dikenal oleh dunia sebagai hamba Allah? Apakah Saudara malu mengakui identitas Saudara sebagai hamba Yesus Kristus yang sudah mati disalibkan dan bangkit? Bagaimana dengan kesaksian hidup Saudara sendiri di tengah dunia?

Kelima. Mengikatkan diri pada Allah dan firman-Nya saja (ayat 36). Selanjutnya, Nabi Elia berkata "dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini". Ia berhadapan dengan 450 nabi Baal bukan karena kehendak dan kemauan diri sendiri tetapi hanya karena Allah dan taat mengikuti firman-Nya. Walaupun kelihatannya sulit bahkan tidak logis, ketaatan pada firman-Nya mendatangkan pertobatan dan pemulihan umat-Nya serta nama Allah ditinggikan (ayat 38-40)

Saudara, renungkanlah 5 pokok restorasi ibadah di atas. Rindukanlah ibadah yang benar kepada Allah, bukan hanya merindukan berkat-Nya saja. Selamat beribadah. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd050222)

Friday, 4 February 2022



[1 Raja-raja18:20-40]
Jumat, 4 Februari 2022

"Allah yang sejati itu mendengar dan bertindak; jangan mendua hati, bertobatlah dan beribadah hanya kepada-Nya".
(Renungan kitab 1 Raja-raja 18:20-40)

Dikisahkan dalam Alkitab, peristiwa yang terjadi tahun 900an sebelum Masehi ketika dosa semakin merajalela di Israel (1 Raja-raja 16:29-34), dengan dramatis Nabi Elia ("Yahweh adalah Allahku") seorang diri berhadapan dengan 450 nabi Baal (Baal: "pemilik/tuan", dewa kesuburan) di gunung Karmel untuk membuktikan siapa Allah yang sejati. Dan terbukti bahwa Allah yang sejati adalah Allah yang disembah Nabi Elia dan Baal adalah allah palsu. Tragis, akhirnya 450 nabi Baal itu ditangkap dan disembelih di tepi sungai. Kisah ini mengajarkan kepada umat bahwa Allah yang sejati menuntut pertobatan yang sejati. Bacalah kisahnya dalam kitab 1 Raja-raja 18:20-40. 

Ayat 20-21. Nabi Elia berkata kepada seluruh rakyat: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Tersirat bahwa bangsa Israel tidak menjawab dan tidak mengambil keputusan dengan benar. Mereka tidak menyerahkan hati sepenuhnya kepada Allah karena ada illah-illah lain dalam hidup mereka. Allah menghendaki pertobatan yang sejati. Bagaimana harus menjawab Allah yang sejati dan memutuskan untuk setia hanya kepada-Nya adalah perkara yang sangat penting. Perhatikan pengulangan kata "menjawab" di ayat 24, 26, 29, 37. Perhatikan teladan Yosua yang mengambil keputusan hanya beribadah kepada Allah yang sejati, "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15). Ingat pesan Allah kepada salah satu jemaah-Nya yang ditulis oleh Rasul Yahya, "Aku (Allah) tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" (kitab Wahyu 3:15). Jangan mendua hati, jawablah Allah, bertobatlah dan ambillah keputusan untuk beribadah hanya kepada-Nya.

Ayat 22-29. Pertemuan di gunung Karmel (tempat keramat Baal) ini untuk memutuskan sekali dan untuk selamanya, menyatakan kuasa Allah atas Baal dan menunjukkan siapakah Allah Israel yang sejati. Pertandingan ini bukan untuk menentukan mana allah yang lebih besar, tetapi untuk menentukan yang mana adalah Allah yang sejati atau palsu! Kontestasi pertandingan yang terjadi adalah untuk memastikan bahwa apa yang segera akan terjadi benar-benar merupakan mukjizat. Perhatikan, mereka mempersembahan korban kepada Baal dengan sungguh-sungguh seharian, bahkan sampai melukai diri sendiri dan darah bercucuran dari tubuh mereka. Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. Dewa Baal yang dipercaya mendatangkan hujan dan petir/api ternyata adalah allah yang palsu. Ibadah mereka sia-sia karena dilakukan dengan salah kepada allah palsu. Bagaimana dengan hidup ibadah Saudara?

Ayat 30-40.  Allah telah melatih dan mempersiapkan Nabi Elia selama 3,5 tahun masa kekeringan. Allah membangun relasi dan memelihara Nabi Elia bahkan menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menghidupkan kembali anak janda Sarfat yang sudah mati (1 Raja-raja 17:1-2, 8-9, 22). Tersirat bahwa Nabi Elia semakin mengenal siapa Allah yang disembahnya adalah Allah yang hidup. Tetapi perhatikan, kontestasi pertandingan dengan 450 nabi Baal bukanlah rancangan Nabi Elia melainkan kehendak dan perbuatan Allah sendiri. Nabi Elia mengikatkan dirinya pada Allah dan firman-Nya, "bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini" (ayat 36). Perhatikan yang tertulis, kontras dengan 450 nabi Baal, Nabi Elia berbicara kepada Allah hanya beberapa kalimat saja dan langsung api turun dengan ajaib. "Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya" (ayat 38). Rakyat Israel bertobat dan 450 nabi Baal dihukum mati. Renungkan, ingat peristiwa dibinasakannya Sodom dan Gomora serta diturunkannya tulah di Mesir; api Allah yang turun berkuasa mempertobatkan tetapi juga menghakimi yang tidak percaya kepada-Nya (baca Kejadian 19:24; Keluaran 9:24).

Rancangan Allah penuh risiko dan tampaknya tidak menguntungkan tetapi dikerjakan Nabi Elia dengan taat dan akhirnya menang. Renungkan, Yusuf di penjara sebelum akhirnya berkuasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 39:20-23; 41:45-46); Gideon mengalahkan Midian hanya boleh dengan 300 orang (Hakim-hakim 7:7-9); Daniel di gua singa (Daniel 6:16-28); dan tentunya Yesus yang disalibkan, mati dan bangkit (Injil Matius 27:32-44; 28:1-10). Allah yang sejati itu mendengar dan menyatakan kuasa-Nya, jangan mendua hati, bertobatlah dan beribadah hanya kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd040222)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...