Thursday, 30 September 2021



[1 Petrus 2:11-12]
Kamis, 30 September 2021

Sebagai pendatang dan perantau di dunia ini, tetaplah hidup saleh.
(1 Petrus 2:11-12)

Dalam masa pandemi Covid-19 saat ini, banyak orang menghadapi berbagai pergumulan hidup bahkan penderitaan yang menekan. Tetapi bagi orang beriman, pergumulan hidup menjadikan dirinya semakin berserah kepada Allah dan menikmati pimpinan serta pemeliharaan-Nya. Hidup mereka yang saleh sebagai anak-anak Allah justru mendatangkan kesaksian hidup yang memberkati orang lain. Bacalah surat 1 Petrus 2:11-12.

"Saudara-saudaraku yang kekasih", ungkapan ini sekali lagi mensiratkan bahwa mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Mereka saat itu sedang mengalami penderitaan karena iman mereka, tetapi adalah orang-orang yang dikasihi Allah. Karena kasih-Nya, mereka dipilih menjadi milik-Nya, dilahirkan kembali, dikuduskan dan diselamatkan (1:3,23; 2:9-10). Namun demikian, Rasul Petrus mengingatkan dan menasihati mereka untuk tetap memiliki hidup yang saleh, di tengah-tengah dunia yang berdosa dengan segala penderitaannya. Mengapa mereka harus tetap memiliki hidup yang saleh?

"Sebagai pendatang dan perantau", ungkapan ini menperjelas status mereka yang dikasihi Allah, yang berbeda dari orang lain. Kata "pendatang dan perantau" (paroikos dan parepidēmos) menunjuk kepada orang-orang yang hanya tinggal sementara di suatu tempat, dan yang rumahnya ada di tempat lain (lihat Kejadian 23:4, Mazmur 39:13). Dalam kitab Ibrani 11:13, tertulis bahwa orang-orang beriman adalah "orang asing dan pendatang di bumi ini". Jadi, kewarga-negaraan mereka sekarang ada di surga, bukan di dunia ini! Karena itu pikiran dan usaha mereka diarahkan kepada hal-hal yang rohani dan kekal! Sebagai warganegara surga, seharusnya mereka memiliki pola hidup saleh saat tinggal sementara di tengah-tengah dunia yang berdosa ini.

"Menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa". Mereka harus terus-menerus menjauhkan keingingan-keinginan daging (tōn sarkikōn epithymiōn)  dan tetap memiliki hidup yang saleh. Di dalam Kristus Yesus dan melalui karya Roh Kudus, Allah telah menguduskan mereka (1:2). Namun, hal ini bukan berarti bahwa pergumulan melawan dosa sudah berakhir. Mereka masih hidup di dalam daging dengan segala nafsu duniawinya yang harus dikontrol dan dikalahkan. Pergumulan hidup mereka sebagai kelompok minoritas tidak mudah karena berhadapan dengan tawaran dunia yang menggiurkan dan tipu-daya Iblis yang licik dan mematikan. Tanpa berbuat jahat saja mereka sudah berkali-kali difitnah dan menderita karena kebenaran (2:12, 19-20; 3:16). Dengan hidup saleh, mereka menutup celah bagi orang lain untuk melancarkan tuduhan dan fitnahan. Itulah sebabnya Rasul Petrus memakai istilah "berjuang melawan jiwa".

Rasul Petrus menggambarkan kesulitan ini dengan sebuah kata yang diambil dari dunia militer yaitu kata “berjuang” (strateuomai) atau "bertempur/berperang"; suatu serangan militer yang telah direncanakan dengan teliti dan memiliki sasaran tertentu. Perhatikan, ada usaha yang keras yang tersirat di balik kata ini. Keinginan-keinginan daging bukan sekadar menawarkan dosa atau mendorong mereka pada dosa. Keingingan-keinginan daging akan berjuang begitu rupa dan benar-benar ingin menaklukkan jiwa mereka. Itulah natur berdosa yang masih melekat pada mereka. Mereka yang sudah dilahirkan kembali dan dikuduskan oleh Allah tidak boleh pasif; tetapi tetap hidup saleh, waspada dan serius dalam mengontrol setiap keinginan daging.

"Mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka"Mereka harus tetap memiliki hidup yang saleh karena kesalehan bukan hanya tentang mereka dan Allah, tetapi juga menyentuh kehidupan orang lain. Di dalam anugerah-Nya, Allah bisa menggunakan kesalehan mereka sebagai jembatan menuju keselamatan bagi orang lain (baca 1 Petrus 3:15-16). Tuhan Yesus mengajar: "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Injil Matius 5:16). 

Jadi, apakah hidup Saudara sudah mencerminkan Allah yang Saudara kenal dan layani? (lihat 1 Petrus 2:15; 3:16; Filipi 2:15; Titus 2:7-8). Sebagai pendatang dan perantau di dunia ini, tetaplah hidup saleh. Kesalehan hidup Saudara bisa berbicara lebih keras dari kata-kata Saudara, menjadi sarana Allah menyatakan kasih-Nya kepada setiap orang. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd300921).


Tuesday, 21 September 2021



[1 Petrus 2:9-10] 
Selasa, 21 September 2021

Saudara tidak dapat berbicara tentang identitas Saudara 
tanpa berbicara tentang tindakan Allah pada Saudara, 
relasi Allah dengan Saudara, dan tujuan Allah bagi Saudara.
(Renungan surat 1 Petrus 2:9-10)

Pandemi Covid-19 telah memaparkan tentang keterbatasan manusia. Tetapi juga memperjelas kapasitas Saudara sebagai mahkluk ciptaan Allah yang mulia dibandingkan ciptaan yang lainnya. Kapasitas untuk melihat, mendengar, merasakan, dan kemudian memikirkan semua kenyataan pandemi Covid-19. Selanjutnya, membuat penilaian tentang semuanya; mengetahui yang benar dan salah, baik dan buruk. Saudara terlibat secara emosi di dalam kesedihan, keputusasaan, dan juga pengharapan serta sukacita saling mengasihi dan menolong. Dan akhirnya, merencanakan hidup untuk hari depan yang lebih naik, new normal. Kapasitas tersebut memperjelas jawaban pertanyaan penting tentang: Siapa saya? Bagaimana saya mendapat identitas itu? Saya di sini untuk tujuan apa? Apa kata Alkitab tentang pertanyaan penting ini? Bacalah surat 1 Petrus 2:9-10.

Ingat, Rasul Petrus sedang mengindentifikasi orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, yang sedang hidup dalam penderitaan dan penganiayaan karena iman mereka. Siapa mereka sebagai orang beriman, bagaimana mereka mendapatkan identitas sebagai orang beriman dan apa tujuan hidup beriman. Rasul Petrus menjelaskan 5 hal untuk menggambarkan identitas mereka, menjawab pertanyaan tentang siapa mereka. Pertama, "kamulah bangsa yang terpilih" (ayat 9a). Mereka dipilih bukan karena ras tertentu, warna kulit atau kualifikasi yang lain; bukan karena memiliki nilai lebih baik dari yang lain; bukan karena pantas atau memenuhi segala kualifikasi untuk mendapatkannya. Siapa saya? Saya dipilih, bahkan sebelum saya dilahirkan (1 Petrus 1:2; Efesus 1:4). Dan ini membuat mereka sangat bersukacita dan memuliakan Allah. Pertama, Identitas mereka adalah "Allah memilihku".

Kedua, "yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan (ayat 10b). Mereka tidak hanya dipilih. Mereka dikasihi Allah. Ketika Allah memilih mereka, Allah melihat mereka yang dalam dosa dan rasa bersalah, dan Allah mengasihani serta menyelamatkan mereka. Mereka mendapatkan identitas pertama kali bukan dari tindakan mereka, tetapi dari Allah yang memilih dan ditindaklanjuti dengan belas kasihan menyelamatkan mereka. Kedua, identitas mereka adalah "Allah mengasihiku".

Ketiga, "Tetapi kamulah... umat kepunyaan Allah sendiri" (ayat 9)... yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya (ayat 10). Mereka dipilih oleh Allah; mereka dikasihi Allah. Dan efek dari belas kasihan itu adalah bahwa Allah membawa mereka untuk menjadi milik-Nya sendiri. Menjadi milik Allah berarti Dia tinggal bersama Allah (bacalah 2 Korintus 6:16). Ketiga , identitas mereka adalah "Saya milik Allah".

Keempat, "Kamulah... bangsa yang kudus" (ayat 9). Mereka telah dipilih dan dikasihi serta dimiliki oleh Allah. Dan karena itu, sekarang mereka bukan hanya bagian dari dunia; karena Allah kudus, mereka kudus. Jika mereka tidak hidup kudus, mereka bertentangan dengan hakekat mereka sebagai orang beriman. Keempat, identitas mereka adalah "Saya kudus".

Kelima, "kamulah... imamat yang rajani" (ayat 9). Mereka dipilih oleh Allah, dikasihi Allah, dimiliki oleh Allah, kudus seperti Allah, dan sebagai imam kerajaan Allah. Mereka memiliki akses langsung ke Allah. Dan, mereka memiliki peran mulia dan aktif dalam kehadiran Allah. Mereka tidak terpilih, dikasihi, dimiliki, dan kudus hanya untuk membuang waktu tidak melakukan apa-apa. Mereka dipanggil sekarang untuk melayani di hadapan Allah (bacalah roma 12:1-2). Kelima, identitas mereka adalah "Saya imamat rajani".

Jadi identitas mereka (siapa aku?) langsung terhubung dengan tujuan (untuk apa aku di sini?), melayani sebagai imam. Identitas mereka asalnya dari Allah karena anugerah-Nya, "telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib".

Mereka tidak dapat berbicara tentan identitas mereka tanpa berbicara tentang tindakan Allah pada mereka, hubungan Allah dengan mereka, dan tujuan Allah bagi mereka. Identitas yang berpusat pada Allah.

Dalam hidup new normal saat ini, nikmatilah dan nyatakanlah identitas yang sudah diberikan Allah kepada Saudara. Allah memberikan identitas kepada Suadara supaya identitas-Nya dapat diberitakan melalui Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd210921)

Thursday, 9 September 2021



[1 Petrus 2:4-5]
Kamis, 9 September 2021

Datanglah kepada Yesus "Batu yang Hidup". Dia mempergunakan 
Saudara sebagai batu hidup untuk membangun rumah rohani 
dan menjadi imamat kudus bagi dunia yang saat ini menderita.
(Renungan surat 1 Petrus 2:4-5)

Sebagai orang beriman, bahkan ketika di tengah pergumulan dan penderitaan hidup, Saudara harus terus bertumbuh dalam kebenaran firman Allah (1 Petrus 2:2). Tidak hanya semakin menikmati kebenaran firman Allah dan terus bertumbuh imannya, Saudara juga harus hidup memuliakan Allah dengan mewartakan berita keselamatan kepada dunia. Perhatikan pesan Rasul Petrus, bacalah surat 1 Petrus 2:4-5.

Ingat, Rasul Petrus menuliskan suratnya ini kepada orang-orang percaya yang tinggal di lima propinsi yang berbeda, hidup dalam penderitaan dan penganiayaan karena imannya (1 Petrus 1:1-2). Meskipun demikian, Rasul Petrus mengatakan bahwa mereka semua menjadi "satu rumah rohani" (1 Petrus 2:5). Ketika Yesus Kristus pertama kali menyebutkan tentang jemaat, Ia membandingkan jemaat dengan sebuah bangunan: "Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Injil Matius 16:18)Orang-orang beriman adalah batu-batu yang hidup dalam bangunan-Nya, seperti sebuah batu yang digali dari dalam jurang dosa dan disemen dengan kasih karunia kepada bangunan "rumah rohani". Sungguh merupakan suatu kehormatan bagi mereka untuk menjadi bagian dari jemaat-Nya, "menjadi tempat kediaman Allah". Namun demikian, bukan hanya kehormatan tetapi juga tanggung jawab bagi mereka.

Yesus Kristus adalah batu yang hidup. Rasul Petrus memanggil-Nya sebagai "batu yang hidup" berdasarkan nubuat dalam kitab Perjanjian Lama: Beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!" (Kitab Nabi Yesaya 28:16). Kekuatan-Nya tidak terkalahkan dan keberadaan-Nya kekal. Hal ini juga mengajar hamba-hamba-Nya bahwa Dia-lah perlindungan dan keamanan mereka dari semua bahaya serta dasar yang di atasnya mereka dibangun. Ia merupakan "batu yang hidup" karena memiliki hidup kekal di dalam diri-Nya, dan menjadi Raja kehidupan bagi seluruh umat-Nya. Mereka harus "datang kepada-Nya" dengan iman.

"Dan datanglah kepada-Nya". Sebelumnya, Rasul Petrus mengatakan bahwa mereka telah mengecap kebaikan Allah; seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani (ayat 2-3), dan mereka sekarang rindu untuk datang kepada-Nya. "Datanglah" dalam teks Yunani dituliskan sebagai kegiatan yang terus menerus dilakukan.

"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup". Hasil dari "datang kepada-Nya" adalah mereka dibentuk menjadi batu-batu hidup untuk digunakan dalam bangunan rohani. Terhubung dengan "batu yang hidup" membuat mereka hidup dan cocok untuk tempat dalam rencana arsitektur-Nya.

"untuk pembangunan suatu rumah rohani". Ketika mereka datang ke "batu yang hidup" dan dibentuk menjadi batu hidup itu sendiri, mereka dibangun menjadi "rumah rohani". Kristus adalah pembangunnya. Dia membangun individu orang beriman ke dalam "rumah rohani". ­Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (Surat 1 Korintus 3:16). Disebut "rumah rohani" karena Roh Allah tinggal di dalamnya.

"bagi suatu imamat kudus". Bukan sekedar "batu-batu hidup" yang dibangun menjadi "rumah rohani" di mana Roh Allah tinggal, mereka juga menjadi "imamat kudus". Dengan kata lain, mereka bukan hanya bangunan pasif di mana Allah berdiam; mereka juga peserta aktif dalam ibadah. Dan bukan hanya peserta biasa, tetapi jenis partisipan khusus, yaitu "para imam". Dalam kitab Taurat dijelaskan bahwa para imam membawa persembahan korban ke dalam "Kemah Suci". Tetapi sekarang, sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, merekalah para imamnya. Mereka memiliki hak istimewa sebagai imam untuk mendekat kepada Allah membawa korban persembahan rohani. Dan sekarang, korban persembahannya telah digantikan oleh Yesus Kristus, yang darah-Nya tercurah mati di kayu salib; dan bangkit sebagai Korban Agung yang hidup.

"yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah". Dan yang terakhir, Rasul Petrus menegaskan kembali kepada mereka bahwa korban persembahan rohani yang dapat diterima oleh Allah hanyalah melalui Yesus Kristus. Jadi, hanya ketika mereka datang kepada Yesus "batu yang hidup", mereka memiliki kehidupan, menjadi batu hidup yang dibangun menjadi "rumah rohani" dan menjadi "imamat kudus", dan menawarkan korban persembahan rohani yang Agung, Yesus Kristus.    

Jadi ingatlah, bahwa ketika datang kepada Yesus "Batu yang Hidup", Saudara memiliki hidup dan dipergunakan-Nya sebagai "batu hidup untuk membangun rumah rohani" dan "menjadi imamat kudus" yang menawarkan Korban Persembahan Agung, Yesus Kristus bagi keselamatan dunia yang saat ini menderita. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd 090921)

Wednesday, 1 September 2021



[1 Petrus 2:1-3] 
Rabu, 1 September 2021

Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin 

akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya 
kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.
(Renungan surat 1 Petrus 2:1-3)

Di tengah perjuangan menghadapi pandemi Covid-19, ada perjuangan serius yang harus dihadapi juga oleh setiap manusia yaitu terus-menerus berjuang melawan tabiat dosa, terus-menerus mengalami pertumbuhan iman sepanjang hidupnya. Bagaimana mengerjakan perjuangan ini? Bacalah surat 1 Petrus 2:1-3.

Rasul Petrus menuliskan bahwa setelah dihidupkan di dalam Kristus (1 Petrus 1:1-4), perjalanan rohani jemaah tidak berhenti. Keselamatan yang telah mereka terima bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi hanyalah awal yang memungkinkan segala sesuatu yang ada di depan. Mereka yang sudah dipindahkan dari kegelapan (keberdosaan) kepada terang (kebenaran) harus terus mengalami pertumbuhan. Berhenti bertumbuh bukan sebuah pilihan yang bisa diambil. Pertumbuhan adalah bukti dari kehidupan.

Perhatikan ayat 1-2a. Dalam teks Yunaninya, yang berbentuk perintah hanya ayat 2a sebagai induk kalimatnya, sedangkan ayat 1 adalah penjelasannya. Orang-orang Kristen di Asia Kecil merupakan petobat baru di dalam Kristus. Mereka telah ditebus dari kehidupan yang lama (1:18-21). Mereka telah menyucikan diri dalam kebenaran sebagai konsekuensi dari kelahiran kembali melalui Firman kebenaran (1:22-25). Kehidupan yang lama sudah mereka tanggalkan (2:1). Namun, perjalanan belum berakhir. Mereka perlu terus bertumbuh dalam kebenaran, inilah pokok pentingnya.

"Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani", adalah cara untuk bertumbuh dalam kebenaran. Sebenarnya dalam teks Yunani, penekanannya bukan pada kata "jadilah" tetapi pada kata "ingin" ("epipotheo"); bukan hanya menyiratkan sebuah keinginan yang biasa, tetapi hasrat yang begitu besar. Dalam Septuaginta (terjemahan Alkitab Ibrani dalam bahasa Yunani), kata ini digunakan untuk rusa yang merindukan sungai yang berair (Mazmur 42:2) atau untuk Daud yang hatinya hancur karena merindukan pelataran TUHAN (Mazmur 84:3). Bahkan kata ini juga digunakan untuk Allah yang sangat menginginkan umat-Nya: “Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!” (surat Yakobus 4:5). Perhatikan, bukan sekedar bayi tetapi "bayi yang baru saja dilahirkan" yang sangat menggantungkan hidupnya pada air susu ibunya (ASI). Dia tidak mempunyai pilihan minuman atau makanan yang lain. Tanpa ASI dia pasti sulit bertahan hidup, apalagi bertumbuh dengan baik. Pendeknya, keinginan ini bukan sekadar ada, tetapi sangat besar. Seperti itulah kerinduan yang seharusnya ada pada orang-orang yang baru dilahirkan di dalam Kristus. “Air susu yang murni dan rohani” bisa merujuk pada firman Allah di bagian sebelumnya (1:23-25). Firman kebenaran (Injil) bukan hanya menghidupkan, tetapi juga menumbuhkan. Bukan hanya sarana pertobatan, tetapi kedewasaan. Bagaimana cara menumbuhkan keinginan yang besar terhadap firman Allah?

Perhatikan ayat 2b-3, "supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan". Menginginkan firman Allah ternyata dapat dibangkitkan. Mereka tidak seharusnya berpuas diri dengan keadaan yang ada dan tidak melakukan apa-apa. Rasul Petrus menunjukkan dua jalan bagi mereka untuk menumbuhkan keinginan yang besar terhadap firman Allah yaitu mengetahui tujuannya (ayat 2b), dan mengetahui alasannya (ayat 3).

Pertama, mengetahui tujuannya (ayat 2b). Ada tujuan yang besar di balik keinginan yang besar terhadap firman Allah, yaitu “supaya di dalamnya ditumbuhkan menuju keselamatan”. Bentuk pasif "auxano" ("ditumbuhkan") menyiratkan bahwa firman Allah bukan hanya obyek (yang dipelajari) tetapi juga subyek (yang memberi pertumbuhan rohani). Ketika mata dan pikiran mereka menyelidiki firman Allah, firman yang sama sedang menyelidiki hati mereka. Jadi, melalui firman Allah mereka dilahirkan, melalui firman Allah pula mereka ditumbuhkan. Dari awal sampai akhir perjalanan rohani mereka bergantung total pada firman Allah.

Kedua, mengetahui alasannya (ayat 3). Ayat 3 berfungsi sebagai alasan bagi perintah di ayat 2a. Mereka akan memiliki kerinduan yang besar terhadap firman Allah apabila mereka sudah mengecap kebaikan Allah. Kata "geuomai" ("mengecap") sangat tepat diterjemahkan "menikmati", terutama menikmati penebusan-Nya. Kristus telah menebus mereka dengan darah-Nya yang melebihi emas dan perak (1:18-19). Pengalaman ini merupakan dorongan yang besar untuk memiliki kerinduan yang besar terhadap firman Allah. Mereka yang sudah mengalami kebaikan Allah pasti selalu ingin memahami isi hati Allah. Mereka tahu bahwa Allah memiliki kehendak yang baik bagi mereka. Kehendak itu telah diungkapkan di dalam firman-Nya.

Jadi Saudara, dalam perjuangan iman di tengah pergumulan hidup saat ini, jadilah bayi rohani yang sehat. Semakin menikmati kebenaran firman-Nya dan terus bertumbuh. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd010921)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...