Dalam masa pandemi Covid-19 saat ini, banyak orang menghadapi berbagai pergumulan hidup bahkan penderitaan yang menekan. Tetapi bagi orang beriman, pergumulan hidup menjadikan dirinya semakin berserah kepada Allah dan menikmati pimpinan serta pemeliharaan-Nya. Hidup mereka yang saleh sebagai anak-anak Allah justru mendatangkan kesaksian hidup yang memberkati orang lain. Bacalah surat 1 Petrus 2:11-12.
"Saudara-saudaraku yang kekasih", ungkapan ini sekali lagi mensiratkan bahwa mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Mereka saat itu sedang mengalami penderitaan karena iman mereka, tetapi adalah orang-orang yang dikasihi Allah. Karena kasih-Nya, mereka dipilih menjadi milik-Nya, dilahirkan kembali, dikuduskan dan diselamatkan (1:3,23; 2:9-10). Namun demikian, Rasul Petrus mengingatkan dan menasihati mereka untuk tetap memiliki hidup yang saleh, di tengah-tengah dunia yang berdosa dengan segala penderitaannya. Mengapa mereka harus tetap memiliki hidup yang saleh?
"Sebagai pendatang dan perantau", ungkapan ini menperjelas status mereka yang dikasihi Allah, yang berbeda dari orang lain. Kata "pendatang dan perantau" (paroikos dan parepidēmos) menunjuk kepada orang-orang yang hanya tinggal sementara di suatu tempat, dan yang rumahnya ada di tempat lain (lihat Kejadian 23:4, Mazmur 39:13). Dalam kitab Ibrani 11:13, tertulis bahwa orang-orang beriman adalah "orang asing dan pendatang di bumi ini". Jadi, kewarga-negaraan mereka sekarang ada di surga, bukan di dunia ini! Karena itu pikiran dan usaha mereka diarahkan kepada hal-hal yang rohani dan kekal! Sebagai warganegara surga, seharusnya mereka memiliki pola hidup saleh saat tinggal sementara di tengah-tengah dunia yang berdosa ini.
"Menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa". Mereka harus terus-menerus menjauhkan keingingan-keinginan daging (tōn sarkikōn epithymiōn) dan tetap memiliki hidup yang saleh. Di dalam Kristus Yesus dan melalui karya Roh Kudus, Allah telah menguduskan mereka (1:2). Namun, hal ini bukan berarti bahwa pergumulan melawan dosa sudah berakhir. Mereka masih hidup di dalam daging dengan segala nafsu duniawinya yang harus dikontrol dan dikalahkan. Pergumulan hidup mereka sebagai kelompok minoritas tidak mudah karena berhadapan dengan tawaran dunia yang menggiurkan dan tipu-daya Iblis yang licik dan mematikan. Tanpa berbuat jahat saja mereka sudah berkali-kali difitnah dan menderita karena kebenaran (2:12, 19-20; 3:16). Dengan hidup saleh, mereka menutup celah bagi orang lain untuk melancarkan tuduhan dan fitnahan. Itulah sebabnya Rasul Petrus memakai istilah "berjuang melawan jiwa".
Rasul Petrus menggambarkan kesulitan ini dengan sebuah kata yang diambil dari dunia militer yaitu kata “berjuang” (strateuomai) atau "bertempur/berperang"; suatu serangan militer yang telah direncanakan dengan teliti dan memiliki sasaran tertentu. Perhatikan, ada usaha yang keras yang tersirat di balik kata ini. Keinginan-keinginan daging bukan sekadar menawarkan dosa atau mendorong mereka pada dosa. Keingingan-keinginan daging akan berjuang begitu rupa dan benar-benar ingin menaklukkan jiwa mereka. Itulah natur berdosa yang masih melekat pada mereka. Mereka yang sudah dilahirkan kembali dan dikuduskan oleh Allah tidak boleh pasif; tetapi tetap hidup saleh, waspada dan serius dalam mengontrol setiap keinginan daging.
"Mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka". Mereka harus tetap memiliki hidup yang saleh karena kesalehan bukan hanya tentang mereka dan Allah, tetapi juga menyentuh kehidupan orang lain. Di dalam anugerah-Nya, Allah bisa menggunakan kesalehan mereka sebagai jembatan menuju keselamatan bagi orang lain (baca 1 Petrus 3:15-16). Tuhan Yesus mengajar: "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Injil Matius 5:16).
Jadi, apakah hidup Saudara sudah mencerminkan Allah yang Saudara kenal dan layani? (lihat 1 Petrus 2:15; 3:16; Filipi 2:15; Titus 2:7-8). Sebagai pendatang dan perantau di dunia ini, tetaplah hidup saleh. Kesalehan hidup Saudara bisa berbicara lebih keras dari kata-kata Saudara, menjadi sarana Allah menyatakan kasih-Nya kepada setiap orang. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd300921).