Wednesday, 30 June 2021



[Matius 28:5-7, 18-20]
Rabu, 30 Juni 2021

 “Mulailah kembali bersama Yesus! Memulai kembali bersama Kitab Suci! Memulai kembali dengan kelaparan rohani!”
(Renungkan Matius 28:5-7, 18-20)

Wah...rasanya cepat sekali ya, sudah setengah jalan melewati tahun 2021 dan tahun kedua pandemi Covid-19. Bagaimana dengan resolusi, rencana kehidupan dan komitmen untuk hidup bagi Tuhan, yang Saudara sudah niatkan pada akhir tahun lalu dan memasuki tahun baru 2021 ini? Masih ingatkah? Besok, Saudara mulai memasuki setengah jalan berikutnya di tahun 2021 ini. Renungkanlah Matius 28:5-7, apa yang dikatakan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya.

Perhatikan ayat 5-6. Setelah penyaliban dan kematian Yesus, hari yang baru dimulai. Hal yang sebenarnya tidak mereka pikirkan dan harapkan sebelumnya. Yesus bangkit dari kematian dan menyampaikan kepada murid-murid-Nya, mulai dengan perempuan-perempuan yang menengok kubur Yesus di pagi itu.

Perhatikan ayat 7. Malaikat Tuhan yang wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya bagaikan salju, berkata kepada perempuan-perempuan itu,

“Katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia mendahuli kamu ke Galilea. Temuai Dia di Galilea.” Yesus telah dibangkitkan dari kematian. Dia ingin bertemu murid-murid-Nya untuk memberi semangat mereka, untuk menyaksikan kepada mereka kemuliaan dan kuasa Allah, dari hidup yang dibangkitkan, dari kebenaran, dari keselamatan dalam Injil.

Dia ingin bertemu murid-murid-Nya untuk memuridkan mereka sebagai para pemimpin gereja mula-mula, sebagai para pemimpin rasuli. Apa yang Dia katakan? Temuai Aku di Galilea.”

Renungkan. Mengapa Galilea? Mengapa tidak menemui Yesus di Yerusalem? Mereka semuanya sudah ada di Yerusalem! Bukankah Yesus bisa saja muncul kepada mereka di Yerusalem dan berkata, “Marilah, kita bicara. Marilah kita mantabkan kemuridan dan kepemimpinan.” Mengapa menemui Yesus di Galilea?

Galilea berada sekitar 120 Km jauhnya. Diperlukan sekitar 6 atau 7 hari untuk mencapainya, dan dimana mereka berada di Yerusalem ke Galilea. Mengapa Yesus meminta mereka untuk berjalan jauh yang memerlukan waktu hampir 1 minggu untuk mencapainya? Mengapa tidak melakukannya di Yerusalem, pusat agama dunia? Mungkin ada diantara mereka yang bertanya, bisakah Dia yang mati di kayu salib, yang kakinya ditusuk dengan paku, bisa sampai ke Galilea? Apakah benar Dia akan ada di Galilea? Perjalanan yang tidak mudah. Tetapi akhirnya mereka menaatinya.

Apa yang begitu spesial tentang Galilea? Jawabannya? Karena Galilea adalah tempat pertama mereka mendengar undangan untuk pertama kalinya, “Ikutlah Aku”. “Aku akan menjadikanmu penjala manusia”. Galilea adalah tempat kemuridan. Galilea adalah tempat dimana mereka pertama kali menerima panggilan mereka. Galilea adalah cinta pertama mereka. Galilea adalah dimana Yesus berkata kepada mereka, “Jadilah murid-Ku.” Yesus sendang mengatakan kepada mereka, “Pergilah ke Galilea karena di sana, kau kembali kepada cinta pertamamu, kau akan memulai semuanya kembali!”

Saudara, meninggalkan setengah perjalanan di tahun 2021, dan melanjutkan perjalanan hidup  di hari-hari berikutnya, mulailah kembali bersama Yesus! Memulai kembali bersama Kitab Suci! Memulai kembali dengan kelaparan rohani! Memulai semuanya kembali dan berkata, “Tuhan, aku akan menemui-Mu di Galilea. Aku akan kembali kepada cinta pertamaku karena itulah segala sesuatunya tentang menjadi murid-Mu!”

Mengutamakan Firman Allah yang mengajarkan kebenaran sehingga di dalam hati Saudara ada api yang terus menyala, ada penyembahan yang mengantar Saudara untuk kembali kepada cinta pertama Saudara kepada-Nya tanpa melupakannya atau melarikan diri! Menjadi murid-Nya yang memuridkan orang lain, bahkan dalam pergumulan Pandemi Covid-19 saya. Seperti anugerah yang diterima perempuan-perempuan itu, beritakanlah Kabar Baik. Menikmati kenyataan kuasa-Nya atas segala kuasa di sorga dan di bumi, dan pemeliharaan-Nya bahwa “Dia menyertai Saudara senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Injil Matius 28:18-20, ayat terakhir Injil ini). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd300621)  

Tuesday, 29 June 2021



[1 Samuel 1]
Selasa, 29 Juni 2021

 

“Doanya dipenuhi emosi dukacita dan sukacita, serta kesediaannya

untuk menyerahkan anak yang begitu dirindukannya kepada Tuhan”.

(Studi Kitab 1 Samuel 1 – Ketangguhan Emosi)

 

Di dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, kitab 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokrasi. Kitab 1 Samuel sendiri meliputi hampir 100 tahun sejarah Israel – dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (1105-1010 sebelum Masehi) – dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. Menariknya, kitab ini diawali dengan kisah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, dan terjadi dari tahun ke tahun. Perempuan itu bernama Hana (“kesayangan, belas kasihan”), punya ketangguhan emosi, yang suka berdoa, yang melahirkan Samuel. Bacalah kitab 1 Samuel 1:1-28, tentang ketangguhan emosi.

Perhatikan ayat 1-8. Hana memperlihatkan cara bertahan yang berfokus pada emosi yang benar. Karena ia mandul, ia diejek Penina, istri kedua dari suaminya, yang memiliki anak laki-laki dan perempuan. Ketika Penina mengejeknya, Hana menangis, sehingga suaminya menghiburnya.

Perhatikan ayat 9-11. Selain menangis tentang kemandulannya, Hana juga berdoa dengan sungguh-sungguh, menyampaikan kepada Tuhan segala perasaan dan keinginannya.

Dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya" (ayat 10-11). 

 

Perhatikan ayat 11-18. Pada waktu mengunjungi rumah Tuhan, Hana terus berdoa dengan sungguh-sungguh begitu lama tanpa suara, sampai imam Eli menyangka ia sedang mabuk dan menegurnya. Hana memberitahukan kepadanya bahwa ia tidak mabuk, namun “mencurahkan isi hati(nya) kepada Tuhan” dan berdoa “karena besarnya cemas dan sakit hati” (ayat 15-16). Imam Eli memberkatinya, dan hati Hana dikuatkan kembali.

 

Perhatikan ayat 19-28. Tuhan menjawab doa Hana dan ia melahirkan seorang anak laki-laki bernama Samuel (“didengar Allah”). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya, meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah. Ia mengungkapkan emosinya lagi saat ia menyerahkan Samuel kepada imam Eli, namun kali ini dengan emosi sukacita. Ia berdoa:

 

Hatiku bersukaria karena Tuhan ... Tidak ada yang kudus seperti Tuhan ...

Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan,

tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. ...

      Ia merendahkan, dan meninggikan juga.

(1 Samuel 2:1-2, 5, 7)

 

    Atau, seperti dikatakan dalam terjemahan Alkitab versi The Massage:

 

Sukacitaku meluap-luap dengan kabar dari Allah!

      Seakan aku terbang melayang di udara ...

      Menari-nari karena keselamatan dari Tuhan.

(1 Samuel 2:1, terjemahan bebas versi The Message)

 

Hana terus mengungkapkan pujian, rasa syukur dan kepuasan hatinya. Di Alkitab ia disebut hanya dalam dua pasal saja, tetapi kita tahu bahwa ia seorang perempuan yang kuat sebab ia sanggup untuk menepati janjinya untuk menyerahkan anaknya melayani Tuhan di Bait Allah yang berarti bertemu dia hanya setahun sekali saat ia memberinya pakaian yang dijahitnya sendiri. Setelah itu ia membesarkan lima anak lagi. Hal utama yang membuat Hana diingat ialah doanya yang dipenuhi emosi dukacita dan sukacita, serta kesediaanya untuk menyerahkan anak yang begitu dirindukannya kepada Tuhan.

 

Bagaimana Saudara meneladani ketangguhan emosi Hana? Dalam situasi dan kondisi apapun dalam hidup Saudara, dalam pandemi Covid-19 saat ini? Berserah kepada Tuhan, bersandar kepada-Nya dan bersukacita di dalam-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. [erd290621]

Monday, 28 June 2021



[Ester 10:1-3] 
Senin, 28 Juni 2021

 Gunakanlah semua talenta dan karunia dari Allah untuk mempromosikan kemuliaan-Nya dan berbuat untuk kebaikan bagi semua orang. 
(Studi Kitab Ester 10:1-3)

Kitab Ester ditutup dengan pasal 10, hanya 3 ayat saja. Penulis kitab menegaskan kembali tema dari kitab ini, “realita kepedulian Allah yang memelihara.”  Menunjukkan bagaimana orang Yahudi saat itu dilindungi dan diselamatkan dari ancaman pemusnahan oleh campur tangan Allah melalui Ester dan Mordekhai. Sekalipun nama Allah tidak disebutkan secara khusus dalam keseluruhan kitab, bukti pemeliharaan-Nya jelas sepanjang kitab Ester. Memberikan catatan dan latar belakang sejarah Hari Raya Purim orang Yahudi (Ester 3:6-7; 9:26-28), dan dengan demikian mempertahankan ingatan akan kelepasan yang luar biasa orang Yahudi saat di Persia untuk generasi-generasi yang akan datang, hingga saat ini (bandingkan hari raya Paskah dan pelepasan luar biasa Israel dari Mesir). Bacalah kitab Ester 10:1-3.

Perhatikan Ester 1:1 dan Ester 1:10. Pada awal kitab tertulis, “Pada zaman Ahasyweros - dialah Ahasyweros yang merajai seratus dua puluh tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia” (1:1), dan pada akhir kitab tertulis, “Maka raja Ahasyweros mengenakan upeti atas negeri dan daerah-daerah pesisir juga” (10:1). Ingat kisah sebelumnya, bahkan raja Ahasyweros sempat mendapat ancaman pembunuhan (2:19-23). Dalam pemerintahan kerajaan, telah tampil Haman dengan cincin meterai raja di tangannya dan menggunakannya untuk melaksanakan niat jahat, dan raja menyetujuinya (3:13-15). 75.800 orang di seluruh daerah kerajaan Persia, mati terbunuh karena perang yang seharusnya tidak perlu terjadi (9:12,15,16).

Tetapi akhirnya, kejayaan raja Ahasyweros dan Persia bangkit kembali dan tertulis di dalam kitab sejarah raja-raja Media dan Persia. Tetapi keadaannya sudah berubah, karena sekarang umat Allah di negeri pembuangan pun juga mengalami hari-hari yang lebih baik. Mordekhai, orang Yahudi itu ada di disamping raja Ahasyweros. Mengingatkan pada kisah Yusuf di Mesir, di samping raja Firaun; karena perannya mendatangkan keselamatan bagi Mesir dari bahaya kelaparan dan menjadi berkat bagi keluarga/bangsanya juga (Kejadian 47:13-27). Realita kepedulian Allah yang memelihara umat-Nya dinyatakan.

Perhatikan Ester 10:2. Kebesaran orang yang diperkenan Allah. Saudara melihat kontrasnya? Raja Ahasyweros yang mengenakan upeti, dan Mordekhai yang mengikhtiarkan yang baik bagi bangsanya. Penulis kitab menekankan kekuasaan dan kekayaan yang besar dari raja Ahasyweros (ayat 1) untuk menunjukkan kemurahan Allah yang luar biasa di dalam mengangkat bangsa Yahudi yang dibenci ke kedudukan terhormat di kerajaan yang seagung itu. Semakin besar kejayaan raja Ahasyweros, semakin jaya pula Mordekhai.

Meskipun pembuangan di Persia adalah hukuman bagi ketidaktaatan Israel terhadap hukum Allah, kitab Ester menunjukkan bahwa Allah menggunakan orang-orang Yahudi di pembuangan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Meskipun Israel secara keseluruhan tidak mematuhi niat Allah bagi mereka untuk menjadi "kerajaan para imam dan bangsa yang kudus", tujuan Allah terpenuhi; setidaknya melalui kehidupan beberapa individu. Ester dan Mordekhai adalah beberapa instrumen Allah yang dipilih "untuk saat seperti ini."

Perhatikan Ester 10:3, ayat terakhir kitab Ester. Pernyataan ayat ini mengacu pada seluruh bangsa Israel, bukan hanya pada keturunan Mordekhai saja. Berguna untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya. Mordekhai tidak mengingkari bangsanya sebagai orang Yahudi, dan tidak diragukan lagi berpegang pada kepercayaan kepada Allah yang benar. Dia tidak mencari kekayaan sendiri, tetapi kesejahteraan rakyatnya. Dia tidak hanya berbuat baik, tetapi melakukannya dengan cara yang rendah hati dan ramah dalam perilakunya, dihormati dan disukai banyak orang. Bukankah itu yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan diteladani oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya?

Saudara... dalam pergumulan pandemi Covid-19 yang berat saat ini, percayalah bahwa Allah berdaulat dan peduli memelihara umat-Nya, realita yang sudah ditunjukkan-Nya sepanjang sejarah umat manusia. Seperti Ester dan Mordekhai, menyediakan diri untuk menjadi alat-Nya (apa pun perannya), menjadi sedikit orang yang berguna dan berkat bukan saja bagi keluarga sendiri tetapi juga bagi orang lain dan seluruh bangsa. Saudara hidup oleh iman, keselamatan yang pasti dalam Yesus Kristus Tuhan Saudara. Saat pandemi Covid-19 saat ini, gunakanlah semua talenta dan karunia dari Allah untuk mempromosikan kemuliaan-Nya dan berbuat untuk kebaikan bagi semua orang dengan kasih-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd280621)

Friday, 25 June 2021



[Ester 9:20-32]
Jumat, 25 Juni 2021

 

Masih ingatkah hari dimana Allah menyelamatkan Saudara
dari hukuman kematian kekal? Ingat dan rayakanlah dengan
bersyukur dan tetap hidup taat kepada-Nya.
(Studi Kitab Ester 9:20-32)

Tiba di akhir kisah di kitab Ester, peristiwa yang terus diingat oleh setiap generasi. Setiap tanggal 14-15 bulan Adar, bulan ke-12 pada penanggalan Ibrani (pertengahan Februari - pertengahan Maret), sebulan sebelum Paskah, orang Yahudi mengadakan perayaan Purim yang penuh kegembiraan. Mereka pergi ke sinagog terlibat dalam doa dan mendengar Kitab Ester dibacakan, dan kapan pun nama Haman disebutkan, mereka menanggapi, "Semoga dia terkutuk!" atau "Semoga namanya binasa!" Anak-anak membawa mainan khusus dan menggunakannya untuk membuat suara setiap kali mereka mendengar nama Haman dibaca. Kisah tentang kemenangan orang Israel melawan orang Amalek (Keluaran 17: 8-16) juga dibacakan. Kemudian mereka bersama mengadakan perjamuan penuh kegembiraan, antar-mengantar makanan dan bersedekah kepada orang-orang miskin (Ester 9:19,22). Bagaimana perayaan ini bisa terjadi? Bacalah Kitab Ester 9:20-32.

Perhatikan ayat 20-21, 26. Mordekhai mengirimkan surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, 127 daerah mulai dari India sampai Etiopia, mewajibkan mereka merayakan hari raya Purim setiap tahunnya. Perayaan itu disebut "Purim" untuk mengingat bahwa Haman memakai "pur" atau undi untuk menentukan hari pembantaian semua orang Yahudi di daerah itu (Ester 3:7), tetapi akhirnya Allah membalikkan keadaan dan menyelamatkan mereka.

Perhatikan ayat 22-26a. Mengapa begitu penting perayaan ini sehingga mereka harus merayakannya? “Karena pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira” (ayat 22). Ingat peristiwa setahun sebelumnya, Haman membuat surat perintah untuk membinasakan semua orang Yahudi di daerah Persia (Ester 3:13-15). Surat perintah dengan meterai raja Ahasyweros yang tidak bisa dibatalkan. Tetapi, dalam kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya, niat jahat para musuh ditimpakan balik pada mereka (Ester 9: 24-25). 800 musuh terbunuh di Susan dan 75.000 musuh terbunuh di daerah lainnya, termasuk 10 anak laki-laki Haman (Ester 9:6,15-16). Allah menggenapi rencana penyelamatan umat-Nya dan melaksanakan penghukuman bagi bangsa Amalek, musuh Allah (Keluaran 16:8-17).

Perhatikan ayat 26b-32. Ingat. Mordekhai, orang Yahudi yang hidup di pembuangan, terancam hukuman mati di tiang gantungan; tetapi akhirnya selamat dan menjadi orang penting di Persia dengan cincin meterai raja di tangannya. Ester, gadis asing, yatim piatu; tetapi akhirnya menjadi Ratu di Persia dan menjadi alat Allah untuk keselamatan umat-Nya. Di akhir kisahnya, mereka berdua menulis surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, di 127 daerah mulai dari India sampai Etiopia (lihat Ester 1:1; 9:30), memerintahkan supaya tetap mengingat dan merayakan hari raya Purim dengan penuh sukacita. Inilah bagian akhir kitab Ester, kisah penting yang tercatat dalam sejarah.

Ingatkah Saudara, nama Allah/Tuhan sama sekali tidak tercantum dalam kitab Ester, namun demikian umat-Nya dapat melihat dan mengalami karya-Nya. Allah memiliki rencana indah bagi kehidupan umat-Nya, suatu rencana yang cocok dengan rencana penebusan-Nya yang besar. Pendirian yang teguh dari Mordekhai dan Ester, menjadi teladan bagi mereka. Hari Raya Purim juga menegaskan bahwa Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan dan menolak umat-Nya. Mereka memang dihukum Allah secara dahsyat sehingga ada di pembuangan. Tetapi, penghukuman itu adalah bagian dari belas kasih Allah agar mereka bertobat. Bukankah hal ini berulangkali terjadi dalam hidup umat-Nya, belas kasih Allah menyelamatkan dan memelihara mereka. Bukan karena mereka ini lebih baik daripada bangsa-bangsa lain. Semua itu semata-mata karena kasih dan kesetiaan Allah.

Bukankah itu juga yang terjadi dalam hidup Saudara? Seseorang yang  sudah menerima hukuman kematian kekal, “Sebab upah dosa ialah maut.” “Tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, dan setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Roma 6:23, Yohanes 1:12). Masih ingatkah hari dimana Allah menyelamatkan Saudara dari hukuman kematian kekal itu? Ingat dan rayakanlah dengan bersyukur dan tetap hidup taat kepada-Nya. Beritakanlah kepada setipa generasi. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd250621)

Tuesday, 22 June 2021



[Mazmur 119]
Selasa, 22 Juni 2021

 

Dalam keputus-asaan, temukanlah keutamaan dari
Firman Allah yang menjadi kepuasan dan penghiburannya.
 (Mazmur 119:50,67,71,75,92,176)

"Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" jawab Yesus kepada iblis yang mencobai diri-Nya (Matius 4:4). Kepusatan dan keutamaan Firman Allah tidak bisa dikompromikan. Mengapa kutamaan dari Firman Allah itu begitu penting bagi Saudara? Bacalah Mazmur 119, salah satu mazmur agung tentang Firman Allah.

Mazmur 119 adalah mazmur terpanjang, 176 ayat. Ditulis dalam 22 bagian, dan setiap bagiannya diawali dengan huruf Ibrani secara berurutan mulai dari Aleph sampai Tav. Mazmur ini memang menggambarkan tentang Firman Allah dan kesukaan pemazmur akan Firman. Tetapi ingat, ada konteks emosional yang menarik dan penting, kanvas dimana kesukaan akan Firman itu dilukiskan. Bukan hanya kepuasan dari pemazmur, tetapi yang lebih signifikan lagi adalah “keputus-asaan” dari pemazmur. Dalam keputus-asaannya mencari Allah, pemazmur menemukan keutamaan dari Firman Allah untuk menjadi kepuasan dan penghiburannya. Perhatikan beberapa contoh ayat penderitaan/keputus-asaan berikut ini (ayat 50, 67, 71, 75, 92).

“Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku” (ayat 50). "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu” (ayat 67).

“Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (ayat 71). "Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan” (ayat 75). “Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku” (ayat 92). 

Dalam kondisi sekeliling yang membuat susah, pemazmur mengakui Allah telah mengijinkan itu terjadi dalam hidupnya, untuk menumbuhkan pemazmur dan kemudian untuk membebaskan pemazmur sehingga penyembahannya dapat disauhkan dalam diri Allah. Kondisi sekeliling yang sedang dihadapi membuatnya bersedih. Tetapi juga penghiburan dan kuasa serta keutamaan dari Firman Allah dalam hidupnya. Jadi, pemazmur membicarakan bahwa satu-satunya penghiburan dalam kesengsaraannya berasal dari Firman Allah

Keutamaan dari Firman Allah itu begitu penting karena perspektif Allah, ini adalah satu-satunya alat ukur yang berarti. Ini menentukan segala hal lain! Allah berkenan dan tidak berkenan dalam urusan manusia didasari oleh Firman Allah! Dan kemudian dari perspektif manusia, walaupun Saudara melewati berbagai tantangan dalam hidup, masalah dan pergumulan, bahkan keputus-asaan, tetapi ketika keutamaan Frman Allah menjadi sauhnya, Saudara menemukan pertolongan dan kepuasan Saudara dalam Firman Allah.

Sangat menarik bagaimana Mazmur ini diawali dengan "Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN"  (ayat 1), dan diakhiri dengan “Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan” (ayat 176). Pemazmur hendak mengatakan bahwa hatinya rentan untuk bekeliaran. Ketika matanya tertuju kepada kondisi di sekelilingnya, hatinya menjada tawar. Begitu mudahnya untuk tersesat!"Tolonglah aku untuk menjaga perintah-perintah-Mu, karena aku tidak mau melupakan firman-Mu."

Yesus berkata, "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yohanes 16:33). Iman Saudara dalam Kristus Yesus telah mengalahkan dunia.  Dan ini bukanlah sebuah pemikiran yang berharap, tetapi "iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17). Iman tidak bisa dibangun terpisah dari Firman Allah. Bila Saudara mencari perkenan Allah, Saudara memerlukan Firman Allah.

Jadi, ketika Saudara merasa susah dalam hidup dan menghadapi tantangan keputus-asaan, Saudara memerlukan Firman Allah. Saudara menemukan pengharapan, penghiburan, kuasa dan kebenaran dalam Firman Allah. Firman Allah memberi tahu Saudara bahwa ada Allah yang bertahta di sorga sedang mengendalikan segala sesuatu, peduli dan setia menepati janji-Nya. Di dalam Fiman-Nya, Saudara menemukan Allah! Makanya, kepusatan dan keutamaan Firman Allah tidak bisa dikompromikan dalam seluruh hidup Saudara. Kembalilah kepada Firman-Nya, menjadi kepuasan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd220621)

Saturday, 19 June 2021



[Ester 9:1-19] 
Sabtu, 19 Juni 2021

 

Tuhan setia memelihara umat-Nya dan berdaulat 
menyelamatkan dengan kemenangan yang gemilang.
(Ester 9:1-19)

Ingat peristiwa sebelumnya, Haman dengan cincin meterai raja Ahasyweros telah membuat surat perintah pemusnahan semua orang Yahudi yang saat itu terbuang di 127 daerah kekuasaan Persia, mulai dari India sampai ke Etiopia (1:1; 3:12-13). Tetapi kemudian justru Haman dihukum mati di tiang gantungan yang dibuatnya sendiri untuk Mordekhai (7:10). Sebaliknya, Mordekhai mendapat kehormatan dari raja, menerima cincin meterai raja dan segera membuat surat untuk menyelamatkan bangsanya. Surat yang dibuat Mordekhai isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan musuh yang hendak menyerang mereka (8:11-12). Ada 8 bulan waktu yang tersedia untuk orang Yahudi mempersiapkan diri.

Perhatikan Ester 9:1-2. Akhirnya, pada tanggal 7 Maret tahun 473 sM, hari yang dinanti-nantikanpun tiba; hari pemusnahan orang Yahudi seperti surat yang telah dibuat Haman dengan cincin meterai raja, setahun sebelumnya. Tetapi perhatikan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka (ayat 1).

Perhatikan Ester 9:3-4. Memang mereka telah melakukan persiapan, pertahanan dan akhirnya mengalahkan musuh pada hari itu. Tetapi perhatikan, bahwa ketakutan telah menimpa musuh-musuh mereka. Para pembesar dan pejabat takut terhadap Mordekhai, dan ini terjadi karena pekerjaan Tuhan sebelumnya. Seperti perstiwa di kitab Kejadian 35:5; kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeling  Yakub dan kelurganya saat melakukan perjalanan menuju Kanaan. Yosua 5:1 mencatat bahwa semua raja orang Amori di sebelah barat sungai Yordan dan semua raja orang Kanaan di tepi laut telah tawar hati dan hilang semangat mereka menghadapi orang Israel. Hal ini terjadi setelah semua raja tersebut mendengar dan melihat kedahsyatan Tuhan memimpin bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan.

Perhatikan Ester 9:5-10, 15-16. Sekalipun demikian, masih terdapat banyak penduduk Persia yang memanfaatkan ketetapan pertama untuk menyerang para tetangga Yahudi mereka yang dibenci itu. Karena kehilangan dukungan penuh dari pemerintah dan berhadapan dengan bangsa yang memperoleh semangat baru, tentu saja mereka mutlak dikalahkan. Jumlah musuh yang mati: di kota Susan pada hari pertama 500 jiwa (ayat 6) dan pada hari kedua bertambah sebanyak 300 jiwa (ayat 15). Sedangkan di daerah kerajaan yang lain tercatat 75.000 jiwa (ayat 16). Sepuluh anak laki-laki Haman juga mati terbunuh dan digantung di tiang gantungan (ayat 7-10, 13).

Haman yang dikaruniai kebesaran oleh raja Ahasyweros, adalah orang Agag (Ester 3:1), dan dikaitkan dengan Agag raja orang Amalek musuh Tuhan, ratusan tahun sebelumnya. Nabi Samuel menyampaikan firman Tuhan kepada Saul, raja Israel: “Aku (Tuhan) akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya” (1 Samuel 15:1-3). Tetapi raja Saul tidak taat. Raja Agag dibiarkan hidup dan Saul menyimpan barang rampasan yang seharusnya ditumpas (1 Samuel 15:8-9). Raja Saul dan Mordekhai berasal dari suku Benyamin dan sama-sama keturunan Kish (1 Samuel 9:1; Ester 2:5). Tetapi sekarang, Mordekhai dan bangsa Israel dipakai Tuhan untuk menjatuhkan hukuman atas orang-orang Amalek. Tetapi “kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan” (Ester 9:10,15,16), meskipun secara hukum bisa mereka lakukan.

Ingat, dalam seluruh kitab Ester tidak disebutkan/tidak tertulis nama "Tuhan" atau "Allah", tetapi bukan berarti Tuhan diam. Kisah ini sekali lagi menegaskan tentang kedaulatan Tuhan atas keselamatan umat-Nya, kesetiaan dan pemeliharaan-Nya. Tuhan membalikkan keadaan tepat pada harinya; pembalikkan dari kemusnahan menjadi kemenangan. Hari pemusnahan yang ditunggu dengan cemas, dibalikkan Tuhan menjadi hari sukacita, hari perjamuan, dan sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan (Ester 9:17-19).

Jadi, apakah Saudara mengalami pergumulan berat saat ini; bahkan pergumulan berat yang mengancam nyawa Saudara karena berbagai hal? Percayalah bahwa Tuhan setia memelihara Saudara dan berdaulat menyelamatkan Saudara dengan kemenangan yang gemilang. Bukankah hidup kekal dan perjamuan di sorga kekal bersama Tuhan sudah dijamin-Nya? Selamat berjuang. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

Friday, 18 June 2021



[Mazmur 1]
Jumat, 18 Juni 2021

"Dia berkenan atau tidak berkenan berdasarkan atas 
apa yang Dia sudah ungkapkan dalam Firman-Nya. I
tulah sebabnya keutamaan Firman Allah begitu penting".
(Mazmur 1)

Adalah sangat mendasar bagi Saudara untuk memahami keutamaan dari otoritas Firman Allah. Segala sesuatu dalam hidup Saudara haruslah berpusatkan Kristus! Haruslah berpusat dalam diri Sang Mesias, berpusat dalam Kristus, berpusat pada Salib, berpusat pada Kerajaan Allah dimana Sang Raja bertahta dan Sang Raja tinggal! Tetapi bagaimana memusatkan hidup secara berpusatkan Kristus dengan cara yang berpusat pada Kristus? Jawabannya, melalui Firman Allah!

Firman Allah mengungkapkan Kristus. Firman yang dituliskan (Alkitab), mengungkapkan Firman yang hidup (Yesus Kristus)! Sehingga Saudara harus kembali kepada Kepusatan-Kristus dalam kehidupan Saudara, dan satu-satunya jalan Saudara bisa kembali adalah melalui Firman Allah. Mengapa keutamaan dari Firman Allah begitu penting? Bacalah Mazmur 1.

Renungkan tentang perspektif Allah akan segala hal. “Berbahagialah (Diberkatilah) orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” (Mazmur 1:1). “Diberkatilah” (blessed) orang, kata Ibraninya adalah “ashreh”,  jamak. Dengan kata lain, banyak berkat. Ini dapat diterjemahkan, _“O banyaknya berkat... banyak diberkatilah orang...” Dan orang (the man) “ha-ish” adalah kata empatik dalam bahasa Ibrani. Sehingga ini adalah, betapa diberkatinya orang itu! Diberkatilah orang itu, orang dengan jenis tertentu. Jenis seperti apa? Yaitu yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.

Perhatikan, ayat ini tidak berkata, “Dia tidak berjalan dalam kebodohan orang fasik”. Hal itu benar, tetapi bukan yang dikatakan ayat ini. Ayat ini berkata, “Dia tidak berjalan menurut nasihat orang fasik”. Menurut nasihat orang fasik, apa yang kelihatannya bijaksana? Apa yang kelihatannya pintar? Apa yang kelihatannya masuk akal? Tetapi nasihat ini adalah nasihat duniawi yang tidak akan bertahan dalam ujian waktu dan realitas.

Diberkatilah orang. Banyaknya berkat orang itu “yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” Perhatikanlah, Mazmur 1 adalah sebuah studi mendalam akan kontras. Ini adalah kontras antara orang saleh (yang diberkati) dan orang fasik (yang akan dihakimi). Dan ini memberi tahu Saudara untuk waspada dalam bagaimana seharusnya berjalan dengan Allah dari perspektih Allah.

Apakah jangkar teologis untuk Mazmur 1 ini? Ada banyak ayat-ayat yang luar biasa dalam mazmur yang hanya terdiri dari 6 ayat ini tetapi apakah jangkar teologis dari mazmur ini? Perhatikan ayat terakhir yang menjadi akar dari seluruh mazmur ini, “sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan” (ayat 6). Mengapa tidak dikatakan, “Tuhan mengenal orang benar?” Mengapa dikatakan, “Tuhan mengenal jalan orang benar?” Karena kata “mengenal” dalam bahasa Ibrani adalah "da’at” . Arti kata ini bukan sekedar pengetahuan, tetapi “memperhitungkan, menimbang, mempertimbangkan.” Dan secara mendasar, ayat ini berkata: Allah memperhitungkan jalan orang benar.

Perhatikan. Ide di belakang hal ini adalah Allah berkenan kepada jalan orang benar. Dia menimbangnya dan mempertimbangkannya. Dia memperhitungkannya dan berkenan kepada jalan orang benar. Jalan orang fasik tidak diperkenan oleh Allah dan oleh karenanya dihakimi oleh Dia. Inilah prinsip teologisnya, perkenan Allah adalah yang mutlak terpenting. Dan karena perkenanan Allah adalah mutlak terpenting, bagaimana Saudara mendefinisikan sukses dalam hidup harus sesuai dengan perkenanan Allah? Bagaimana Saudara mendefinisikan sukses dalam pelayanan harus sesuai dengan perkenanan Allah? Bagaimana Saudara mendefinisikan sukses dalam pekerjaan harus sesuai dengan perkenanan Allah?

Pertanyaannya, bagaimana Allah (da’at) memperhitungkan dan memperkenan? Jawabannya: Berdasarkan Firman Allah (ayat 2-3).  Perhatikan, dari perspektif Allah, sukses ditentukan oleh satu hal dan hanya satu hal. Perkenanan Allah! Dan bagaimana Allah berkenan atau apa yang Allah tidak berkenan? Dia berkenan atau tidak berkenan berdasarkan atas apa yang Dia sudah ungkapkan dalam Firman Allah. Itulah sebabnya keutamaan Firman Allah begitu pentingnya karena menentukan sukses sejati bagi Saudara dalam terang perkenanan Allah. Renungkan Firman Allah dan hidup yang selaras dengan Firman-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. 

Tuesday, 15 June 2021



“Bersediakah Kau mengulanginya kembali melalui saya?”

Pada tahun 1940, Profesor Edwin Orr (School of World Missions, di Fuller Theological Seminary), membawa sekelompok tim mahasiswa dari Amerika ke Inggris untuk mengunjungi tempat-tempat religius di Kerajaan Inggris. Mereka tiba di Lincolnshire, rumah John Wesley (28 Juni 1703 – 2 Maret 1791). Dan ketika ia membawa para mahasiswa ke rumah Wesley, mereka mengunjungi dapurnya Wesley biasa makan. Mereka pergi ke ruang belajar Wesley, dan beberapa buku-buku Wesley masih dibiarkan di rak bukunya. Dan kemudian mereka pergi ke lantai dua ke sebuah ruangan kecil di mana Wesley tinggal; itu adalah kamar tidurnya.

Di kamar tidur Wesley, mereka melihat di atas lantai berkarpet ada dua lekukan di atas lantai. Dan sang profesor menjelaskan kepada murid-muridnya, “Kedua lekukan ini terbentuk oleh lutut John Wesley dimana ia berlutut di lantai dan meninggalkan bekas lekukan di lantai.” Para murid itu terinspirasi karena disitu John Wesley berlutut berseru kepada Allah untuk suatu kebangunan. Inilah John Wesley, tergabung dalam umat Allah dalam doa syafaat, berseru bagi suatu kebangunan rohani, untuk sebuah restorasi! Tidak heran pada masa Wesley, terjadi kebangunan rohani yang mengubah secara harafiah hidup puluhan ribu orang, ratusan ribu; kota-kota dan desa-desa dibuat berbalik pada Yesus! Suatu kebangunan rohani dicurahkan, kebangunan rohani Wesley.

Dan kemudian profesor Edwin Orr memberitahukan murid-muridnya, “Waktunya sudah habis!” Mereka kembali ke bus. Profesor menghitung murid-muridnya sebelum berangkat dan ada satu murid hilang. Jadi dia kembali ke dalam rumah. Murid yang hilang itu tidak ada di dapur, tidak juga di ruang belajar. Profesor naik ke kamar tidur dan disitu muridnya berada sedang berlutut di samping ranjang John Wesley, dan kedua lututnya ada di lekukan yang sama dimana Wesley berlutut sebelumnya. Dan sang profesor dengan diam-diam berdiri di belakangnya. Dia bisa mendengar doa-doa muridnya itu. “Tuhan, maukah Kau melakukannya kembali? Bersediakah Kau mengulanginya kembali? Bersediakah Kau mengulanginya kembali melalui saya?” Itulah kunci untuk sebuah kebangunan rohani, itulah kunci untuk membangun Gereja yang memuridkan. Itulah kunci untuk pengudusan.

Bayangkan, Saudara gambar sebuah lingkaran di lantai (lingkaran imajinasi), dan kemudian katakan, “Tuhan, bersediakah Engkau membangkitkan segalanya dalam lingkaran ini?” dan Saudara melangkah masuk ke dalam lingkaran itu. “Tuhan, bersediakah Kau bangkitkan saya dalam lingkaran ini? Mulailah dengan saya – satu korban persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah!” Dan ketika Saudara melakukan hal tersebut, ketika Saudara berseru kepada Allah, ketika Saudara menguduskan hidup bagi Dia, kebangunan rohanipun mulai. Itulah kunci menuju Gereja yang memuridkan!

Dan kemudian sang profesor menyentuh murid itu dan berkata, “Sudah waktunya untuk berangkat, anakku.” Bangkit dari lututnya, Billy Graham muda keluar dan Allah melakukannya kembali! Ada curahan urapan yang kuat atas Billy Graham dalam hidup dan pelayanannya.

"Allah yang kekal dan Bapa Sorgawi, mulailah kembali kebangunan rohani melalui kami. Kami menyesal sudah menambah rumit banyak hal. Kembalikan kami Tuhan.. dengan sebuah kekudusan, kekudusan pelayanan, pelayanan yang sehati, pelayanan yang rohani untuk memuridkan “Gereja”, untuk menjadi sebuah “Gereja” yang memuridkan. Bersediakah Kau memulainya dari saya, Tuhan? Lakukanlah lagi, Tuhan. Lakukanlah lagi melalui saya. Tolonglah kami untuk kembali menguduskan diri kami sehingga Kau boleh memulai dengan setiap kami. Dalam nama Yesus Kristus. Amin!”

(disadur dari khotbah Rev. Edmund Chan, IDMC 2021 Indonesia, 12/06/2021)

Thursday, 10 June 2021



[Ester 8:1-17]
Kamis, 10 Juni 2021

 "Tuhan, Raja segala raja mengubahratap tangis umat-Nya menjadi sukacita".
(Ester 8:1-17)

Renungkan kembali peristiwa yang terjadi di bulan Juni 2.500-an tahun yang lalu, sekitar tanggal 25 Juni 474 Sebelum Masehi.  Umat Tuhan yang terbuang di 127 daerah kekaisaran Persia, mulai dari India sampai Etiopia, saat itu bersukacita karena akhirnya Tuhan menyelamatkan mereka dari ancaman pembunuhan dan pemusnahan. Tuhan, Raja segala raja mengubah tangis umat-Nya menjadi sukacita. Bacalah Kitab Ester 8:1-17.

Perhatikan ayat 1-2. Memang Haman sudah binasa. Namun surat perintah yang dikeluarkan Raja atas tipuan Haman untuk membinasakan umat Tuhan (3:12-13) masih berlaku. Jika tidak ada perubahan, dalam 9 bulan berikutnya orang-orang Persia akan menyerang umat Tuhan dan memusnahkannya dari muka bumi. Sebagai minoritas, mereka bisa dibinasakan, tetapi Tuhan menyertai umat-Nya dengan kuasa mayoritas. Tuhan telah membawa Ester dan Mordekhai ke dalam kerajaan di “waktu yang tepat”, dan mereka siap untuk bertindak. Raja mengambil kembali cincin kerajaannya (3:10), lambang otoritas takhta (8: 8, 10; 3:12), dan dia memberikannya kepada Mordekhai sebagai perdana menteri. Dengan Ratu seorang Yahudi dan Perdana Menteri seorang Yahudi di istana, berarti umat Tuhan di Kekaisaran Persia berada dalam posisi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Perhatikan ayat 3-6. Dengan anugerah dan hikmat Tuhan, Ester terus memperjuangkan keselamatan bangsanya. Tuhan telah meninggikan Ester, gadis yatim piatu di pembuangan, menjadi Ratu, mendapat kasih yang berlimpah-limpah dan dicintai banyak orang (2:15, 17), hidup tentram dalam istana dan tidak kekurangan suatu apa pun. Namun berkali-kali Ester mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang-orang sebangsanya (5:2; 8:3-6). Kekayaan, prestise, dan keamanan pribadi tidak membuat Ester berpuas diri ketika umat Tuhan dalam bahaya.

Ester tidak bisa melakukan segalanya, tetapi dia bisa melakukan sesuatu, dan apa yang bisa dia lakukan, dia melakukannya. Dengan hikmat, Ester menyampaikan kepada Raja alasan 4 rangkap: 1) “jikalau baik pada pemandangan raja”, 2) “jikalau hamba mendapat kasih raja”, 3) “dipandang benar oleh raja”, 4) “raja berkenan kepada hamba”. Dan Raja Ahasyweros memberikan jawaban yang menjadi jalan dbatalkannya surat perintah sebelumnya yang sudah mencekam umat Tuhan.

Perhatikan ayat 7-14. Sebelumnya, Mordekhai adalah orang yang melolong-lolong dengan nyaring dan pedih, mengoyakkan pakaiannya dan mengenakan kain kabung serta abu di atas kepalanya (4:1). Sekarang, Tuhan mengangkatnya menjadi orang penting yang memakai cincin meterai Raja (8:2,15). Ia dulu ditindas melalui cincin meterai Raja (3:12), sebaliknya sekarang menyelamatkan rakyatnya dengan cincin meterai Raja; membuat Surat Undang-undang yang baru untuk membatalkan surat sebelumnya (8:9-10). Surat itu dipersiapkan dengan cara yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Haman (3:12-15). Dibuat tanggal 25 Juni tahun 474 sM (bulan Siwan: pertengangah Mei – pertengahan Juni), sekitar dua bulan lebih sesudah ketetapan pertama dikeluarkan, sehingga memberikan waktu lebih dari delapan bulan bagi umat Tuhan untuk mempersiapkan pertahanan mereka (ayat9). “Pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan” (ayat 10); secara khusus ditekankan kecepatan dengan mana surat-surat ketetapan Mordekhai disebarkan, bahkan mungkin lebih cepat dari penyebaran surat ketetapan yang dibuat oleh Haman. Inti dari suratnya adalah memungkinkan umat Tuhan saat itu “mempertahankan nyawanya” atas semua musuhnya (ayat 11).

Perhatikan ayat 15-17. Tuhan mengubahkan kegentaran dan ratap tangis di bawah kekuasaan Haman menjadi sorak-sorai kegembiraan di bawah kekuasaan Mordekhai (3:15; 8:15). Dimulai dengan Ratu Ester dalam air matanya (8:3), tetapi berakhir dengan orang-orang sebangsanya yang bersukacita dalam perjamuannya (8:15-17). Mereka yang “berkabung”, “berpuasa”, “menangis” dan “meratap” (4:3), tetapi sekarang beroleh “kelapangan hati”, “sukacita”, “kegirangan” dan “kehormatan” (8:16). Dan terakhir tertulis “dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi” (8:17). 

Saudara... percayalah bahwa Tuhan, Raja segala raja mengubah ratap tangis umat-Nya menjadi sukacita. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd100621).

Monday, 7 June 2021



[Ester 7:1-10]
Senin, 7 Juni 2021

 

Allah tidak pernah terlambat dan keliru bertindak

untuk menyelamatkan umat-Nya!

(Ester 7:1-10)

Apakah Saudara sudah berputus asa melihat kejahatan yang merajalela dan kebenaran seakan terinjak-injak bersama dengan penderitaan umat yang percaya kepada Yesus Kristus? Allah hadir dengan nyata walau nama-Nya tidak disebut. Renungkanlah kisah pemeliharaan Allah kepada umat-Nya di Kitab Ester. Bacalah kitab Ester 7:1-10.

Perhatikan Ester 7:1-6, hikmat dalam menghadapi musuh. Ingat, sejak jamuan sehari sebelumnya yang dipersiapkan Ratu Ester, Raja Ahasyweros telah menunggu untuk mendengar keinginan Ratu. Bahkan Raja telah berkata, “sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu” (5:3, 6). Selama 24 jam sebelumnya, Ester mungkin telah melatih pidatonya berkali-kali, dan sekarang Allah memberinya kekuatan untuk melakukannya di hadapan Raja. Ingat, Ester mempertaruhkan hidupnya sendiri (4:16), karena jika Raja menolak permohonannya, itu bisa mendatangkan hukuman mati baginya.

Perhatikan ayat 3-4, ketika Raja bertanya yang diinginkan Ester, Ester tidak langsung menyebut nama Haman terlebih dahulu. Ester mengatakan bahwa keinginannya bukan untuk menyenangkan diri sendiri tetapi untuk kepentingan Raja. Ester berhikmat, terutama ketika berhadapan dengan Raja “sovinistis” (sifat patriotik yang berlebihan) seperti Ahasyweros. Ester memfokuskan petisi (pernyataan tuntutan) pada kenyataan bahwa kehidupan Ratu dalam bahaya dan Raja harus melakukan sesuatu tentang itu. Tentunya Ahasyweros masih mencintai Ratunya dan tidak ingin hal buruk terjadi kepadanya.

Selanjutnya, Ester mengatakan bahwa tidak hanya kehidupan Ratu yang dalam bahaya, tetapi bangsanya juga dalam bahaya terbunuh. Pernyataan Ester ini bisa membingungkan Raja. Siapakah bangsanya Ratu Ester? Saat itulah Ester mengingatkan Raja tentang dekrit yang telah disetujuinya untuk menghapus bangsa Yahudi. Ester berkata kepada Raja tentang “dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan”, kata-kata yang dipakai oleh Haman dalam peristiwa sebelumnya (3:13). Kata “dijual” dalam ayat ini menunjuk kepada uang yang diberikan Haman kepada Raja Ahasyweros (lihat 3:9). Ester menggunakan kata yang berarti “tidak pantas mengganggu Raja” (lihat 3:8; 5:13). Ratu Ester berani bersuara untuk rakyatnya dan diketahui identitasnya sebagai orang Yahudi. Bagaimana Raja akan merespons?

Perhatikan ayat 5-7. Apa yang dipikirkan Raja Ahasyweros? Secara tidak langsung Raja tertuduh. Ester telah melibatkan Raja dalam kejahatan yang mengerikan, dan Raja merasa bersalah. Raja telah menandatangani surat kematian untuk istrinya sendiri! Raja harus menemukan cara untuk menyelamatkan istrinya dan menyelamatkan namanya pada saat yang sama. Saat inilah, Ester baru menyebut nama Haman setelah Raja mengerti persoalannya dan menjadikannya murka. Ester berhikmat dalam menghadapi musuhnya. Anugerah pemeliharaan Allah, tidak menghilangkan tanggung jawab umat-Nya untuk hidup benar dan bertindak dengan hikmat dalam menghadapi semua ancaman yang ada.

Jadi, sekarang Saudara dapat lebih memahami mengapa Allah mengarahkan Ester untuk menunda permohonannya: Allah ingin memberikan kesempatan kepada Ahasyweros untuk mempelajari apa yang telah dilakukan Mordekhai, bahwa Mordekhai adalah seorang Yahudi dan yang pantas untuk dihormati karena jasanya menyelamatkan Raja (2:19-23). Jika seorang Yahudi menyelamatkan hidup Raja, mengapa Raja harus memusnahkan orang-orang Yahudi?

Perhatikan ayat 8-10. Sebenarnya, Allah telah bekerja di balik layar; dengan hikmat-Nyalah musuh dihancurkan. Haman sangat marah karena Mordekhai tidak tunduk padanya, dan sekarang Haman bersujud di hadapan seorang wanita Yahudi, memohon keselamatan nyawanya. Semula Haman mendongakkan kepalanya (3:1-2), tak lama kemudian ia harus menyelubungi mukanya karena malu (6:12), dan kini terpaksa diselubungi mukanya karena menanti hukuman mati. Haman ingin menyulakan Mordekhai (5:14) tapi Raja menyulakan dirinya. Haman digantung karena tiang gantungan yang ia buat sendiri, sekitar 22 meter tingginya.

Apakah Saudara sudah putus asa di tengah pergumulan hidup sebagai umat-Nya? Percayalah, Allah tidak pernah terlambat dan keliru bertindak untuk menyelamatkan Saudara! Dia senantiasa hadir dalam hidup Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd070621)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...