Pengaruh Saudara jauh lebih menentukan bagi keberhasilan visi Saudara daripada kedudukan Saudara. Pada umumnya, yang melahirkan dan menyampaikan visi-visi yang besar bukanlah orang yang berkedudukan.
Setiap pemimpin besar, setiap ayah dan ibu yang berhasil, setiap pernikahan, siapa pun yang pernah menerima dan berhasil mewujudkan visi yang diberikan Allah memiliki bentuk otoritas yang tidak bertumpu pada kedudukan atau prestasi, tetapi pada keyakinan yang dalam dan kerelaan untuk membawa hidupnya sesuai dengan keyakinan itu. Kesesuaian antara keyakinan dan perilaku seseoranglah yang membuat hidupnya mempunyai daya tarik. Disinilah kunci dari pengaruh yang terus-menerus; otoritas moral. Otoritas moral adalah unsur yang menentukan, tak dapat dinegosiasikan, dan harus ada bagi pengaruh yang terus-menerus. Tanpa otoritas moral, pengaruh Saudara akan terbatas dan hanya sementara.
Dengan otoritas moralnya, Nehemia berhasil memimpin penduduk Yerusalem melewati krisis sosial dan ekonomi. Sebelumnya, Nehemia berhadapan dengan berbagai krisis yang memuncak pada suatu konfrontasi yang memanas antara Nehemia dan para penguasa kota. Ketika Nehemia menyelesaikan konfrontasi tersebut, mereka dengan malu mundur; minta maaf, mengembalikan apa yang telah mereka ambil, dan pergi. Seperti yang akhirnya diungkapkan oleh Nehemia, “Kemudian mereka diam dan tidak mendapatkan sepatah kata pun untuk dikatakan” (Nehemia 5:8b).
Bacalah Nehemia 5:14-19.
Perhatikan.
Bagaimana otoritas moral Nehemia
digambarkan dalam teks tersebut? Bagaimana komitmen Nehemia terhadap proyek
pembangunan tembok Yerusalem dan rakyat Yerusalem?
Bukanlah kedudukan Nehemia yang memberinya pengaruh terhadap para pemuka dan pejabat kota, melainkan otoritas moralnya. Ia telah menjalani apa yang diucapkannya sejak ia tiba dan mengumumkan maksudnya untuk membangun kembali tembok itu. Ada kesesuaian antara keyakinannya dan kelakuannya. Ia menjalani hidup sesuai dengan visinya. Ada tiga hal yang dimiliki Nehemia dalam mengembangkan dan mempertahankan otoritas moralnya: karakter, pengurbanan, dan waktu (proses diuji/dibentuk).
Bagaimana dengan otoritas moral Saudara dalam menghidupi visi hidup Saudara.
Wahai Bapak dan Ibu, pertahankan otoritas moral Saudara di hadapan anak-anak apa pun harga yang harus dibayar. Para Pemimpin, hiduplah sedemikian rupa sehingga hidup Saudara menandai kata-kata dan keyakinan Saudara. Demikian juga setiap pribadi di hadapan pasangannya. Selalu akan ada orang yang tidak mau percaya apa yang Saudara percayai. Namun, janganlah memberi mereka alasan untuk meragukan bahwa Saudara mempercayai apa yang Saudara nyatakan sebagai apa yang Saudara percayai.
Hidup kita akan selalu bicara lebih keras ketimbang perkataan kita. Seperti Nehemia, marilah kita pastikan bahwa kehidupan dan kata-kata kita mengatakan hal yang sama.
Tuhan Yesus Kristus memberkati.
“Teladan
bukanlah hal yang utama dalam mempengaruhi orang lain, teladan adalah
satu-satunya hal”
(Albert Schweitzer: teolog, musikus, filsuf dan dokter, penerima Nobel
perdamaian 1952)