Friday, 22 December 2023



Jumat, 22 Desember 2023

"Natal: Allah mengasihi Keluarga dengan masa lalu yang kelam".
(Renungan Natal - Injil Matius 1:1-17)

Apakah Saudara melihat ada keluarga yang memiliki aib, kisah pilu dan masa lalu yang kelam? Apakah mereka tenggelam dalam penyesalan dan kehinaan? Bagaimana berita Natal tahun 2023 menolong mereka menemukan kedamaian dan memasuki tahun baru 2024 sebagai pribadi yang lebih utuh? Injil Matius dengan jujur menuliskan bahwa Yesus Kristus tidak lahir dari keluarga yang sempurna tanpa pergumulan; ada sisi gelap di dalamnya. Banyak cerita dalam keluarga Yesus yang semuanya tidak membanggakan. Tetapi semuanya menjadi penggung besar yang menampilkan kemurahan dan anugerah Allah. Bacalah Injil Matius 1:1-17.

Kasih Allah di dalam hidup manusia tidak dibatasi oleh kegagalan dan dosa manusia. Perhatikan hal yang unik dalam catatan Injil Matius; tertulis nama-nama perempuan di dalam silsilah Yesus Kristus. Dalam budaya Yahudi kuno saat itu, perempuan tidak mendapatkan penerimaan dan penghormatan yang seharusnya. Mereka dianggap di bawah laki-laki. Tetapi Injil Matius mencatat nama-nama perempuan, bahkan perempuan yang tidak ideal; perempuan-perempuan yang layak dikategorikan sebagai pendosa dengan masa lalu yang kelam. Tamar berzinah dengan Yehuda, mertuanya (Kitab Kejadian 38). Rahab adalah seorang pelacur di kota Yerikho (Kitab Yosua 2:1- 24). Rut adalah janda dari Moab yang nyaris kehilangan harapan hidup (Kitab Rut 1-3). Batsyeba adalah isteri Uria yang diajak berzinah oleh Daud (Kitab 2 Samuel 11-12). Walaupun kesalahan tidak sepenuhnya berada di pundak perempuan-perempuan ini, tetapi kehidupan mereka tetap jauh dari ideal. Jika seseorang boleh memilih nenek moyangnya sendiri, dia pasti akan memilih nama-nama lain yang jauh dari kesan negatif. Di mata masyarakat saat itu, pezinah, pelacur dan janda tidak mendapat tempat terhormat. Tetapi Injil Matius menulis nama-nama mereka di dalam silsilah Yesus Kristus, Isa Almasih. Allah menyatakan kasih-Nya kepada mereka yang berdosa dan hidup dalam masa lalu yang kelam.

Allah mengasihi masyarakat yang dianggap rendah oleh masyarakat yang lainnya. Orang-orang Yahudi saat itu sangat membanggakan bangsa mereka. Kemurnian sebagai orang Yahudi sangat dikedepankan. Mereka menganggap diri lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain bahkan menunjukkan sikap yang merendahkan bangsa-bangsa lain. Misalnya saat itu di jaman Yesus, keluarga-keluarga Yahudi merendahkan keluarga-keluarga Samaria. Orang-orang Samaria dianggap tidak murni lagi sebagai bangsa Yahudi sebab di antara mereka telah terjadi kawin campur dengan bangsa lain. Najis bagi orang Yahudi bergaul dengan orang Samaria (Injil Yohanes 4:9). Tetapi perhatikan catatan Injil Matius, Yesus Kristus ternyata tidak sepenuhnya berasal dari keturunan Israel. Beberapa nama perempuan yang disebutkan dalam silsilah ini sangat mungkin bukan orang Israel. Tamar dan Rahab adalah penduduk Kanaan, bangsa penyembah berhala, keji dan najis (Kitab Ulangan 29:17; Kitab Imamat 18:27). Rut orang Moab, bangsa yang sangat angkuh dan menyembah berhala (Kitab Yesaya 16:6; Kitab 1 Raja-raja 11:7). Istri Uria (Batsyeba) orang Het, keturunan bangsa Kanaan (Kitab Kejadian 10:15). Allah menyatakan kasih-Nya bahwa keselamatan adalah untuk segala bangsa.

Tiga tahap kehidupan yang berakhir dalam pemulihan. "Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus" (ayat 17). Injil Matius menggambarkan garis keturunan Yesus (42 keturunan) dalam 3 pembagian. Penafsir Alkitab menemukan seluruh tahap kehidupan kerohanian manusia di dalam 3 pembagian tersebut. Pertama, dari Abraham sampai Daud yang menggambarkan suatu kebesaran. Kedua, dari Daud sampai pembuangan ke Babel: hilangnya kebesaran karena dosa. Ketiga, dari pembuangan ke Babel sampai Kristus: Allah tidak pernah meninggalkan manusia dalam kehancurannya karena dosa. Natal, Yesus hadir menolong dan menyelamatkan manusia dari dosa yang telah membelenggunya. Sekelam apapun kehidupan manusia ada pengharapan pemulihan dalam Yesus Kristus, Isa Almasih.

Bagaimana dengan Saudara? Adakah di antara Saudara yang berasal dari keluarga yang memiliki aib, kisah pilu dan masa lalu yang kelam? Kasih Allah mengatasi segala kegagalan dan dosa Saudara. Kehidupan manusia yang kelam dipakai Allah menjadi panggung besar yang menampilkan kemurahan, kasih dan anugerah Allah. Siapkan dan relakan diri dan hidup Saudara menjadi alat kemuliaan Allah melalui Yesus Kristus, Isa Almasih yang mengasihi dan menyelamatkan manusia; manusia dari segala masa lalu yang kelam dan manusia dari segala bangsa. Selamat menyambut Natal 2023. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd22122023)

Tuesday, 19 December 2023



Renungan Akhir Tahun – Desember 2023

“Ketangguhan Rohani di Masa Sulit”
(Kisah Maria yang melahirkan Mesias)

Apakah  Saudara sedang berada di masa sulit dalam hidup Saudara saat ini, di akhir tahun 2023? Bagaimana menghadapi setiap tantangan dan hambatan yang ada dengan tangguh, kualitas hidup meningkat dan semakin memuliakan Allah dalam perjalanan hidup selanjutnya? Dalam masa Natal ini, belajarlah dari Maria yang memiliki ketangguhan rohani menghadapai setiap tantangan dan hambatan pada saat melahirkan Yesus, Mesias.

Diperkirakan bahwa Maria masih remaja ketika malaikat menampakkan diri kepadanya dan memberitahukannya bahwa ia akan melahirkan seorang bayi – bukan sekadar bayi biasa, tetapi Anak Allah! Mengandung Mesias bukan berarti bahwa segala sesuatunya akan mudah bagi Maria. Tunangannya, Yusuf, hampir memutuskan pertunangan mereka karena kehamilan Maria merupakan sebuah aib (Matius 1:19), dan perlu malaikat datang untuk meyakinkan Yusuf agar menikahi Maria. Kemudian pemerintah Romawi mengumumkan akan mengadakan sensus, jadi Yusuf dan istrinya yang sedang hamil harus melakukan perjalanan yang tidak nyaman ke Betlehem. Tidak ada kamar di tempat penginapan untuk mereka, sehingga bayi itu diletakkan di dalam sebuah palungan. Pasangan ini terlalu miskin untuk memberikan persembahan korban domba yang mahal di Bait Allah, sehingga mereka mempersembahkan dua ekor burung (Lukas 2:24; lihat Imamat 12:7-8).

Cemoohan, ketidaknyamanan, kesakitan dan kemiskinan itu baru permulaan. Simeon menubuatkan kepada Maria bahwa “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 2:35). Raja Herodes ingin membunuh Yesus, sehingga keluarga ini melarikan diri pada malam hari ke Mesir; sebagai pengungsi yang tidak memiliki tempat tinggal (Matius 2:14). Setelah kematian Herodes, mereka sekali lagi dicabut dari akarnya dan pindah kembali ke Nazaret (Matius 2:21-23).

Semua ini terjadi hanya dalam beberapa tahun dan Maria pasti tangguh karena dapat tetap bertahan setelah melewati semuanya. Ketangguhannya diuji sampai batas, ketika ia berdiri dekat salib menyaksikan putra sulungnya meninggal (Yohanes 19:25). Yesus meminta murid-Nya Yohanes untuk menjaga Maria; jadi kita dapat beranggapan bahwa pada waktu itu ia adalah seorang janda (Yohanes 19:26-27). Maria tidak menyerah atau bersembunyi karena takut dengan apa yang mungkin akan terjadi padanya. Di kitab Kisah Para Rasul, setelah kematian dan kebangkitan Yesus, kita membaca bahwa Maria terus tekun berdoa bersama murid-murid yang tersisa (Kisah Para Rasul 1:14).

Kehidupan doa dan imannya tampaknya adalah kunci dari ketangguhannya. Maria tahu bahwa panggilannya adalah melahirkan Mesias. Ia menerimanya dengan ketaatan dan iman, katanya, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan” (Lukas 1:38). Ketika ia mengunjungi sanak saudaranya Elisabet, Maria menyanyikan sebuah pujian yang menggemakan pujian Hana ketika ia juga mendapatkan seorang putra:


     Jiwaku memuliakan Tuhan,
           dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku…
          dan nama-Nya adalah kudus.
     Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia…
          Ia mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
     Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahtanya
          dan meninggikan orang-orang yang rendah;
     Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
          dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa.
                                                                                      (Lukas 1:46-53)

Sebelum Yesus melakukan mukjizat-Nya yang pertama, dalam perka-winan di Kana, Maria menunjukkan pengharapan dan keyakinannya bahwa Ia dapat membuat mujizat. Maria berkata kepada pelayan-pelayan, “Lakukan apa saja yang dikatakan-Nya kepadamu” (Yohanes 2:5 versi FAYH). Ketika mereka melakukannya, mujizat terjadi dan air berubah menjadi anggur.

Maria menunjukkan karakteristik utama ketangguhan rohani: keyakinan akan pengharapan, panggilan dan makna; rasa syukur dan pujian; percaya, beriman; dan bergantung pada belas kasihan dan pengampunan Allah. Ia hidup dalam ketaatan kepada Allah, dan ia berdoa. Ia mengambil waktu untuk berdiam diri dan merenungkan di dalam hatinya, memikirkan apa yang Allah kerjakan; “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Lukas 2:19); “Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Lukas 2:51).

Mungkin Maria dipilih untuk melahirkan Mesias karena ia sangat berbakti dan berserah kepada Allah dan penuh iman. Ketangguhan rohani, ketaatan dan iman menolong Saudara menghadapi setiap tantangan dan hambatan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd151223)

Friday, 15 September 2023



[Kej 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21}
Jumat, 15 September 2023

"Meskipun memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui, Hagar memiliki ketangguhan dan keberanian memulai lembaran baru dalam pertolongan Tuhan"(Kitab Kejadian 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21 )

Setiap orang didorong untuk mengembangkan ketangguhan diri dan mempersiapkan diri terhadap berbagai tantangan yang akan muncul dalam kehidupan mereka di dunia yang semakin sulit. Ketangguhan berarti memiliki kekuatan untuk memenuhi panggilan Tuhan yang diberikan-Nya kepada seseorang, bahkan sekalipun panggilan itu akan menyakitkan dan sulit. Ketika orang lain mengecewakan, orang tersebut ditopang oleh Tuhan yang telah memanggilnya. Biasanya lebih sulit untuk tetap tangguh saat seseorang mengalami sakit, nyeri, berada dalam kelemahan, keletihan, kelaparan atau mengalami kesulitan bernafas. Aspek fisik menjadi bagian dari gambaran utuh tentang ketangguhan seseorang. Tetapi ingatlah bahwa ada sebagian orang tetap memiliki ketangguhan rohani dan psikologi yang luar biasa meskipun mereka memiliki kesulitan fisik seperti penyakit ataupun kecacatan. Bacalah kisah seorang perempuan bernama Hagar di kitab Kejadian 16:1-16; 17:23-27; 21:5-21.

Kita membaca dalam kitab Kejadian bahwa karena Abram ("bapak yang ditinggikan/dimuliakan") belum memiliki anak di usia 85 tahun, istrinya yang bernama Sarai ("putri") meminta Abram untuk menghampiri hambanya, yang bernama Hagar ("terbang/mengembara"), supaya mereka mendapatkan anak. Abram melakukannya, dan Hagar mengandung. Lalu Sarai menjadi cemburu dan menindas Hagar.

Tanggapan Hagar terhadap perlakuan seperti itu bersifat fisik. Ia melarikan diri ke padang gurun dan berhenti dekat suatu mata air, yang disebut sumur Lahai-Roi (Kejadian 16:6-8, 14). Seorang malaikat menjumpainya dan bertanya apa yang sedang ia lakukan di sana (mirip dengan cara malaikat menjumpai nabi Elia di padang gurun, dan Tuhan bertanya kepada Elia tentang apa yang sedang ia lakukan; kitab 1 Raja-raja 19:4-11). Malaikat ini menyuruh Hagar untuk kembali kepada nyonyanya, dan berjanji bahwa Tuhan akan memberikan keturunan yang sangat banyak kepada Hagar, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya (Kejadian 16:9-10).

Hagar kembali pada Sarai dan Abram. Hagar sadar akan indra fisiknya dan menyebut Tuhan sebagai "Tuhan yang melihat aku" (Kejadian 16:13) dan menamai anaknya Ismael, yang artinya "Tuhan mendengar". Ismael di sunat ketika berusia 13 tahun (Kejadian 17:24-25). Setahun kemudian Sarai (sekarang dikenal sebagai Sara: "perempuan bangsawan"; Kejadian 17:15) mendapatkan seorang anak laki-laki, dan diberi nama Ishak yang artinya "tertawa". Tuhan mengadakan perjanjian-Nya dengan Ishak menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya (Kejadian 17:19).  Ketika  Ishak disapih, Sara melihat Ismael mengolok-olok anaknya (Kejadian 21:9, dalam berbagai terjemahan), maka Sara meminta Abram (sekarang Abraham "ayah dari banyak bangsa/bapak orang beriman", Kejadian 17:5) untuk mengusir Hagar dan Ismael (Kejadian 21:10).

Setelah mendengar dari Tuhan, Abraham memberikan Hagar makanan dan menyuruhnya pergi bersama Ismael. Terkadang orang yang tangguh tetap tinggal sewaktu krisis, dan terkadang mereka pergi. Hagar pergi meninggalkan situasi tersebut. Ia berjalan ke padang gurun, membawa makanan dan minuman di bahunya – menunjukkan kekuatan fisik di waktu kerapuhan. Ketika mereka kehabisan air, Hagar berpikir anaknya akan mati dan ia tidak tahan untuk melihatnya. Allah memperlihatkan kepada Hagar sebuah sumur di dekatnya, dan ia dapat memberi minum Ismael (Kejadian 21:19). Mereka terus hidup di padang gurun, dan Hagar (sekarang orang tua tunggal) mencari makan untuk mereka berdua.

Saat itu, Hagar hidup dalam masyarakat di mana perempuan tidak memiliki banyak hak dan diharapkan untuk bergantung kepada laki-laki untuk menyediakan kebutuhan mereka. Perempuan tanpa laki-laki yang melindungi mereka bisa dianggap sebagai tidak terhormat dan sering dilecehkan. Hagar telah diperlakukan dengan buruk. Ia dipakai untuk seks. Hagar sudah terbiasa dengan kerja keras secara fisik. Pertama, ia seorang hamba, dan kemudian ketika ia terlantar dan tidak memiliki tempat tinggal, ia harus bekerja untuk mendapatkan tempat teduh dan makanan bagi dirinya dan anaknya.

Hagar itu tangguh meski nampaknya tidak mendapat dukungan dari orang lain. Meskipun memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui, Hagar memperlihatkan ketangguhan fisik dan keberanian serta mendengarkan Tuhan. Dengan pertolongan Tuhan ia bisa menghidupi dirinya dan anaknya. Hanya ada beberapa ayat Alkitab saja tentang Hagar; jadi kita tidak tahu banyak tentang dia. Hagar diingat sebagai perempuan yang memiliki kekuatan untuk meninggalkan situasi sulit dan memulai lembaran baru; membesarkan anak laki-lakinya menjadi bapak leluhur dari bani Ismael.

Apakah Saudara memiliki jalan hidup yang sulit untuk dilalui? Milikilah ketangguhan dan keberanian berserah pada Tuhan serta mentaati firman-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd15092023)

Sunday, 27 August 2023



[Yohanes 8:30-32]
Sabtu, 26 Agustus 2023

(Injil Yohanes 8:30-32)

Kapankah hari kemerdekaan Saudara, hari bebas merdeka dari belenggu dosa? Hari dimana Saudara dilahirkan kembali sebagai manusia baru? Perihal kemerdekaan ini menjadi pelajaran yang serius, mendasar dan mendesak dalam kitab Injil. Bacalah kitab Injil Yohanes 8:30-32.

Perhatikan ayat 30. Yesus telah melakukan banyak mujizat, menyembuhkan orang-orang yang sakit, memberi makan sampai kenyang lebih dari 5.000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Dan kemudian, kitab Injil mencatat banyak orang percaya kepada Yesus. Tetapi perhatikan, sikap mereka justru menjadi semakin buruk hingga akhirnya mau merajam Yesus dengan batu (ayat 59). Yesus pernah bersabda,  "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Injil Matius 7:22-23). Mereka merasa percaya kepada Yesus dan merdeka dari kuasa dosa, tetapi kenyataannya berbeda. Apa yang dikatakan Yesus kepada mereka, orang-orang yang percaya kepada-Nya itu?

Perhatikan ayat 31. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku." Tersirat bahwa tidak semua yang mengaku percaya kepada Yesus adalah benar-benar murid-Nya. Seolah-olah, menjadi orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi murid-Nya adalah dua hal yang bisa dipisahkan. Kata murid merupakan terjemahan dari kata mathetes (Yunani), kata benda dari manthano (belajar). Murid Yesus adalah mereka yang tidak pernah berhenti belajar; bukan hanya belajar ajaran-ajaran Yesus tetapi sekaligus menaati segala perinta-Nya dan mempercayakan hidupnya kepada Yesus setiap hari. Mereka inilah benar-benar murid-Nya yang dimerdekakan dari kuasa dosa. Kenyataannya, ada banyak orang yang mengaku percaya kepada Yesus tetapi tidak menyediakan diri untuk taat menjadi murid-Nya.

"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku", apa maksudnya? Kata "tetap" bisa berarti "tinggal/diam"; seperti tertulis "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita." (Injil Yohanes 1:14). Hal ini menggambarkan ketekunan, ketaatan, komitmen dan sikap konsisten Yesus dalam melayani semua orang di seluruh hidup-Nya hingga kematian-Nya di kayu salib. Kenyataannya, banyak orang mengaku percaya kepada Yesus tetapi tidak memiliki ketekunan, ketaatan, komitmen dan sikap yang konsisten atas apa yang mereka percaya. Mereka hanya puas melihat mujizat Yesus dan merasa cukup dengan pengajaran Yesus yang telah didengarnya. Mereka seharusnya terus menerus mempelajari pengajaran Yesus (Kitab Suci) dan tidak pernah meninggalkannya. Bukan sekedar mempelajarinya sebagai pengetahuan/ilmu tetapi juga percaya pada kebenarannya dan menaatinya serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.

Sabda Yesus dan diri-Nya sendiri sebagai pusat dan fokusnya sudah menjadi magnet yang menarik banyak orang. Ketika orang "tinggal (diam) dalam firman-Nya (Yesus)", ia tidak berhenti teryakinkan oleh kebenarannya dan tidak pernah meninggikan kebenaran lain di atasnya. Ia tidak berhenti tertarik pada keindahan dan nilainya, dan tidak pernah melihat apa pun yang lebih indah atau lebih berharga atau lebih menarik daripada firman dan Tuhan yang diungkapkannya. Ia tidak berhenti bersandar pada rahmat dan kuasanya — tidak pernah berpaling karena tidak ada kedamaian yang lebih besar dapat ditemukan di tempat lain. Ia tidak henti-hentinya makan dan minum firman sebagai roti surga dan air hidup, tidak ada kehidupan bisa dipertahankan di tempat lain. Ia tidak henti-hentinya berjalan dalam terang firman, tidak ada terang lain dapat menyingkapkan rahasia kehidupan.

Perhatikan ayat 32. Murid Yesus yang sejati adalah mereka  yang tetap (tinggal/diam) dalam firman-Nya dan mereka akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan mereka. Kata "mengetahui" berarti "mengenal" yang berarti "hubungan pribadi", bukan dalam pengertian "kebenaran kognitif/kecerdasan pikiran". Yesus-lah kebenaran. Dia bersabda, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Injil Yohanes 14:6). Murid Yesus yang sejati bukan sekedar tahu tentang Dia, tetapi yang lebih penting adalah memiliki relasi pribadi yang erat dengan-Nya. Yesus memerdekakan mereka dari kuasa dosa; merdeka dari legalisme, ritualisme, dan orientasi pada prestasi keagamaan manusia. Mereka merdeka untuk tetap tinggal dalam firman Tuhan; merdeka untuk tidak berbuat dosa lagi dan hidup bersukacita dalam segala hal, situasi dan kondisi.

Apakah Saudara sungguh orang merdeka? Jadilah murid Yesus yang sesungguhnya dan kebenaran-Nya akan memerdekakan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd26082023)

Thursday, 10 August 2023



[Lukas 18:1-8]
Kamis, 10 Agustus 2023

(Injil Lukas 18:1-8)

Apakah Saudara merasa lelah, putus asa dan menyerah karena seolah-olah doa-doa Saudara tidak didengar dan dijawab Allah? Perhatikan pesan Yesus kepada murid-murid-Nya. Bacalah kisahnya di Injil Lukas 18:1-8.

Saat itu, murid-murid Yesus dan para pengikut-Nya mengalami berbagai penderitaan bahkan kematian karena iman mereka. Sebagai orang beriman yang menerima jaminan keselamatan dan menanti-nantikan Kerajaan Allah dinyatakan, pergumulan hidup bisa membuat mereka putus asa dan menyerah. Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada murid-murid-Nya untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lukas 18:1). Perhatikanlah perumpamaan tentang seorang janda yang selalu datang kepada seorang hakim untuk membela haknya.

Bacalah ayat 2-6. Hakim tersebut tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun (ayat 2). Dia tidak peduli pada Firman Allah (ayat 4a, lihat Lukas 10:26-27). Dia mengasihi diri sendiri (ayat  4b-5). Dia hakim yang lalim (ayat 6). Teks asli Alkitab menggambarkan bahwa dia hakim yang tidak jujur, tidak adil,korup, dan tidak punya rasa malu. Ironisnya, hakim itu sadar bahwa dirinya jahat, tidak takut Allah dan tidak menghormati seorangpun (ayat 4). Apakah Saudara pernah menjumpai orang seperti hakim ini; orang yang kepadanya Saudara mengharapkan bantuan? Bagaimana dengan Allah? Ingatlah peristiwa sebelumnya, Yesus melihat seorang janda yang berduka karena anak laki-laki satu-satunya meninggal. Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan dan berkata kapada janda itu "Jangan menangis!" Bahkan, Yesuslah yang berinisiatif menghampiri janda itu dan membangkitan kembali anaknya (Injil Lukas 7:11-17).  Kontras dengan hakim yang lalim, Allah mereka adalah adalah Allah yang adil dan benar, mencintai manusia, bahkan rela berkorban demi manusia (Injil Yahya 3:16; Surat Filipi 2:6-8).

Bagaimana Yesus menggambarkan siapa janda itu dalam perumpamaan-Nya? Saat itu, seorang perempuan, terlebih lagi seorang janda, memiliki posisi yang rendah di masyarakat, seringkali dalam keadaan miskin dan tidak berdaya. Janda ini sudah beberapa waktu lamanya membela haknya dan tidak ada suami yang mendampinginya. Janda itu tidak memiliki klaim kebenaran atas kasusnya. Dia tidak punya "jalan masuk" kepada hakim yang lalim itu, datang tanpa diundang bahkan hakim itu menolak kehadirannya dan tidak bersedia membela kasus yang dihadapinya (ayat 3,4). Tetapi perhatikan, bagaimana murid-murid Yesus dan para pengikut-Nya memiliki keadaan yang berbeda.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan Allah sebagai Bapak peduli terhadap anak-anak-Nya (Injil Lukas 11:13).  Mereka memiliki akses yang terbuka ke hadirat Bapak-nya dan dapat datang kapan saja untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan (Surat Efesus 2:18; 3:12; Ibrani 4:14-16; 10:19-22). Ketika mereka berdoa, mereka memiliki di sorga seorang Juruselamat yang adalah Pembela (Surat 1 Yahya 2:1) dan Imam Besar (Ibrani 2:17-18), yang secara konsisten mewakili mereka di hadapan takhta Allah. Ketika mereka berdoa, mereka dapat membuka Firman Allah (Kitab Suci) dan mengklaim banyak kebenaran janji Allah yang tidak pernah gagal. Mereka juga memiliki Roh Kudus yang membantu mereka dalam berdoa (Surat Roma 8:26-27). Janda itu datang ke pengadilan dengan hakim yang lalim; tetapi mereka datang ke takhta kasih karunia (Surat Ibrani 4:14-16).

Bagaimana usaha janda itu memperoleh pembelaan atas haknya? Ketekunan, dia selalu datang, beberapa waktu lamanya tetapi tidak putus asa (ayat 3,4). Terus saja ia datang, siang malam, dan akhirnya mendapatkan jawaban (ayat 5,7). Teks Kitab Suci menggambarkan "janda itu mengganggu terus sehingga hakim itu tidak bisa tidur, sehingga matanya menjadi biru seperti bekas dipukul". Satu-satunya alasan hakim yang lalim membantu janda itu adalah karena dia takut akan "lelah" dan merusak reputasinya. Tetapi, Allah menjawab doa untuk kemuliaan-Nya dan untuk kebaikan umat-Nya serta Dia tidak jengkel ketika umat datang menghampiri-Nya.

Bacalah ayat 6-8. Jadi, terlebih baik lagi Allah yang menjawab doa anak-anak-Nya dan Yesus menegaskan bahwa murid-murid-Nya harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (ayat 1). Sebelumnya, Yesus pernah berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan....Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Injil Lukas 11:9-13).

Nikmatilah persekutuan yang penuh kasih dengan Allah. Senantiasa berdoa, jangan putus asa dan jangan menyerah, karena Allah pasti menjawabnya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd10082023)

Thursday, 27 July 2023



[Lukas 7:11-15]
Kamis, 27 Juli 2023

Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"
(Injil Lukas 7:11-15)

Adalah kesedihan ketika ditinggalkan oleh orang yang dicintai, suami/istri, anak, orang tua, keluarga atau sahabat. Bukan ditinggalkan dalam waktu 2-3 hari, beberapa minggu/bulan bahkan beberapa tahun, tetapi ditinggalkan untuk selamanya karena kematian yang memisahkannya. Dan bagaimana ucapan "Turut berdukacita. Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan" bisa menolong di tengah duka, tangisan dan bayang-bayang hari-hari berikutnya yang suram? Perhatikanlah kisah seorang janda yang ditinggal mati anak satu-satunya yang masih muda dan bagaimana Allah berbelaskasihan kepadanya; bacalah Injil Lukas 7:11-15.

Kisah sebelumnya, seorang Perwira mencari Yesus dan dengan sangat meminta pertolongan kepada Yesus untuk menyembuhkan seorang hambanya yang sakit keras dan hampir mati. Yesus memenuhi permintaan seorang Perwira itu, hambanya yang sakit telah sehat kembali (Injil Lukas 7:1-10). Tetapi sekarang, Injil mencatat peristiwa berikutnya; Yesus menolong seorang janda, anak tunggalnya yang sudah mati dihidupkan kembali. Tidak ada permintaan dari janda itu tetapi Yesus-lah yang menghampirinya dan bertindak memberikan pertolongan.

Bacalah ayat 11-12. Di kota sebelumnya, banyak orang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon telah berkumpul mendengarkan Yesus dan disembuhkan dari penyakit dan juga dari kerasukan roh-roh jahat (Injil Lukas 6:17-19). Orang banyak tersebut berkerumun dan berbondong-bondong menyertai Yesus sampai dekat pintu gerbang kota Nain. Mereka bertemu dengan sekumpulan banyak orang dari kota itu. Di tengah hiruk-pikuk banyak orang inilah, Yesus memberikan perhatiannya pada satu pribadi; seorang janda yang berduka hendak memakamkan anak laki-lakinya, anak tunggalnya yang masih muda.

Betapa lembah air mata penderitaan menjadi bagian hidup manusia sehari-hari di dunia ini. Seorang anak laki-laki muda, harapan satu-satunya dari seorang ibu yang melahirkannya, ternyata harus meninggal dunia mendahului ibunya. Saat itu, seorang janda yang hidup sebatang kara tidak punya pengharapan lagi dalam hidupnya. Dan di dalam waktu, tempat dan kesempatan yang tepat, Yesus bertemu dengan janda itu.  

Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" (ayat 13). Tidak seperti beberapa peristiwa sebelumnya, orang-orang mencari Yesus dan memohon pertolongan; tetapi tidak ada perkataan dari janda itu atau orang lain yang memohon kepada Yesus untuk menghidupkan kembali anak yang sudah mati. Yesus melihat janda itu tetapi tidak seperti orang lain melihat. Yesus melihat, berbelaskasihan dan mengambil inisiatif untuk menghampiri janda itu, hadir di dalam duka mendalam yang sedang dialami. Pada peristiwa yang lain, hati Yesus sedih, sangat terharu dan Dia ikut menangis bersama keluarga yang berduka (Injil Yohanes 11:33-35). Yesus tidak sedang menyalahkan janda itu ketika mengatakan "Jangan menangis!", tetapi berbelaskasihan dan memberikan penghiburan serta pengharapan (yang tidak bisa diberikan oleh orang lain) bahwa Yesus akan menghidupkan anak yang sudah mati itu. Penulis Injil memberikan gelar "Tuhan" kepada Yesus untuk pertamakalinya melalui peristiwa ini.

Bacalah ayat 14. Yesus berbelaskasihan dan bertindak dengan kuasa-Nya. Yesus tidak menunggu sampai ada yang meminta-Nya untuk menolong, tetapi mengambil inisiatif dan menghentikan para pengusung jenazah anak itu; peristiwa yang sebenarnya tidak dipikirkan dan diharapkan oleh janda itu dan orang-orang lainnya. Dan hanya dengan perkataan-Nya (firman-Nya) yang penuh kuasa, Yesus menghidupkan anak yang sudah mati itu. Yesus berkuasa atas hidup dan maut.

Bacalah ayat 15. Pada akhirnya, tangisan dan duka mendalam seorang janda menjadi kesaksian belas kasihan dan kuasa Allah yang bisa dilihat banyak orang. Anak yang sudah mati dan siap dimakamkan itu sekarang bangkit, bangun, duduk dan mulai berkata-kata; menjadi bukti terjadinya mujizat. Setelah anak itu bangkit, Yesus menyerahkan anak itu kembali kepada ibunya. Peristiwa yang mengharukan, menggambarkan terjadinya pemulihan dalam hidup janda itu. Ia memulai hidup yang baru dengan harapan baru bersama anak tunggal laki-lakinya yang hidup lagi.

Yesus Kristus adalah Tuhan yang berkuasa atas hidup dan maut. Yesus juga membangkitkan Lazarus yang sudah mati. Yesus berkata kepada Marta (saudaranya Lazarus), "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (bacalah Yohanes 11:1-44). Apakah Saudara sedang menghadapi duka yang mendalam, menangis dan putus asa menantikan pertolongan Allah? Percayalah bahwa Allah tidak meninggalkan Saudara. Dia adalah Allah yang melihat dan berbelas kasihan kepada yang berduka; berinisiatif hadir di hidup mereka dan berkuasa memberikan pertolongan yang tepat pada waktu yang tepat. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd27072023)

Thursday, 20 July 2023



[Kisah Para Rasul 16:9-15, 40)
Kamis, 20 Juli 2023

Allah selalu mengasihi setiap pribadi yang beribadah kepada-Nya dan memperhatikan kebenaran-Nya. Allah membimbingnya kepada keselamatan.(Kisah Para Rasul 16:9-15, 40)

Tahukah Saudara, siapa orang Eropa pertama yang bertobat, percaya Yesus Kristus dan memberi diri di baptis? Ia adalah seorang bukan Yahudi, seorang pedagang, dari kelompok sosial masyarakat atas, yang merantau 1.200 Km dari tanah kelahirannya, seorang perempuan yang dianggap tidak penting di jamannya, tetapi namanya tercatat di Kitab Suci. Bacalah kisahnya di kitab Kisah Para Rasul 16:9-15, 40.

Bacalah ayat 9-12. Dalam perjalanan memberitakan Injil, Allah melarang Rasul Paulus dan Silas (teman sekerja Paulus) yang akan pergi ke suatu kota  dan membimbing mereka pergi ke Makedonia (tahun 49-50). Mereka taat, segera mencari kesempatan untuk pergi dan berjalan sejauh 16 Km sampai tiba di kota Filipi (wilayah negara Yunani saat ini) dan tinggal beberapa hari di sana. Kenyataannya, tidak ada penyambutan khusus untuk mereka dan tidak ada tempat ibadah (sinagoge) di kota ini. Mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Allah sudah mempersiapkan "sekolompok kecil" orang untuk bertemu mereka. Bagaimana Rasul Paulus dan Silas bisa bertemu mereka?

Bacalah ayat 13-14a. Kalau ada lebih dari 10 orang, maka orang Yahudi bisa membuat tempat ibadah (sinagoge) di kota wilayah kekuasaan Roma. Tetapi kalau kurang dari 10 orang, maka mereka membuat "tempat sembahyang/rumah doa" di luar kota dan biasanya dibuat di tepi sungai untuk memudahkan mereka mendapatkan air untuk upacara pembasuhan. Rasul Paulus dan Silas hanya menjumpai sedikit orang! Bukan sekedar sedikit orang, tetapi bahkan hanya beberapa perempuan! Ingat bahwa pada jaman itu, perempuan tidak dianggap penting! Dan Kitab Suci mencatat bahwa di antara perempuan-perempuan itu, ada yang bernama Lidia. Siapakah Lidia sehingga namanya tercatat di Kitab Suci dan dibaca orang hingga saat ini?

Bacalah ayat 14b-15a. Lidia adalah seorang penjual kain ungu yang mahal. Diperkirakan untuk mewarnai satu pon kain wool dibutuhkan bahan (tetesan semacam kerang) seharga kira-kira Rp. 3.500.000,-. Dia berasal dari kota Tiatira (daerah Turki), ribuan kilometer jauhnya. Sebagai perempuan kaya dan status sosial yang tinggi, tidak menghalangi Lidia untuk beribadah kepada Allah di luar pintu gerbang kota bersama dengan perempuan-perempuan lainnya. Allah membuka hatinya, sehingga Lidia memperhatikan apa yang dikatakan Rasul Paulus. Sekarang, Lidia tidak hanya beribadah kepada Allah tetapi juga percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, bertobat dan dibaptis. Bagaimana kehidupan Lidia setelah percaya, bertobat dan dibaptis?

Bacalah ayat 15b dan 40. Lidia membuktikan imannya dengan perbuatan baik dan ketaatan. Kitab Suci mencatat bahwa bukan hanya Lidia yang dibaptis tetapi seiisi rumahnya dibaptis juga. Setelah dibaptis, reaksi spontannya ialah mengundang Rasul Paulus dan Silas untuk tinggal di rumahnya. Perhatikan, Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma "usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!" (Roma 12:13) sebagai salah satu sifat orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Tidak hanya sekali saja Lidia menyediakan rumahnya untuk Rasul Paulus. Pada kesempatan berikutnya ketika Allah membebaskan Rasul Paulus dan Silas dari penjara yang membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat, Rasul Paulus dan Silas pergi ke rumah Lidia sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya.

Karena begitu berharganya jiwa-jiwa bagi Allah, Alkitab tidak hanya menceritakan kisah kebesaran-Nya di tengah bangsa-bangsa, tetapi juga kisah banyak orang secara pribadi yang dikasihi-Nya. Kasih-Nya tidak hanya dinyatakan melalui mujizat dalam peristiwa yang besar; tetapi juga dalam peristiwa sehari-hari yang biasa, seperti Lidia. Ketaatan Rasul Paulus dan Silas dalam perjalanan memberitakan Injil telah menjadi alat Allah untuk menjangkau Lidia dan seisi rumahnya. Lidia yang merantau ke tempat yang jauh sebagai penjual kain ungu, tetap beribadah kepada Allah di luar gerbang kota bersama dengan sekumpulan perempuan lainnya. Ternyata, inilah rancangan Allah bagi Lidia untuk bertemu hamba-Nya; Allah membuka hati Lidia sehingga memperhatikan kebenaran Allah, percaya, bertobat dan dibaptis serta melakukan perbuatan baik sebagai bukti imannya.

Lidia adalah orang Eropa pertama yang bertobat, percaya Yesus Kristus dan dibaptis serta perempuan bertobat yang pertama kali ditulis namanya di kitab Kisah Para Rasul. Merupakan suatu anugerah baginya bahwa namanya dicatat dalam kitab Allah (meskipun namanya hanya dituliskan 3 kali di Kitab Suci) sehingga orang bisa membaca kisahnya sepanjang masa. Allah selalu mengasihi setiap pribadi yang beribadah kepada-Nya dan memperhatikan  kebenaran-Nya. Allah membimbingnya kepada keselamatan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd20072023)

Friday, 14 July 2023



[Yosua 2:1-24; 6:22-25]
Jumat, 14 Juli 2023

"Tidak ada satu pribadi yang berada di luar jangkauan kasih dan setia Allah.Allah ingin mempertobatkan orang berdosa yang putus asa dengan iman".(Kitab Yosua 2:1-24; 6:22-25)

Seorang perempuan pelacur tinggal di pinggiran kota bangsa yang memiliki kebudayaan yang kotor dan tidak berTuhan. Tetapi, hidupnya berubah; ia menjadi salah satu pahlawan iman seperti Nuh, Ibrahim, Ishaq, Yakub, Yusuf dan Musa. Ribuan tahun berikutnya, namanya juga terdaftar dalam kitab-kitab Injil Perjanjian Baru. Bahkan dia menjadi perempuan yang terkenal karena namanya tercantum dalam silsilah kelahiran Yesus Kristus, Isa Al-Masih. Bagaimana seorang pelacur bisa menerima kasih karunia Allah ini? Bacalah kisah Rahab di kitab Yosua 2:1-24; 6:22-25.

Setelah keluar dari Mesir dan menghabiskan waktu 40 tahun mengembara di padang gurun, tibalah waktunya bagi anak-anak Israel untuk memasuki Tanah Perjanjian sebagai penggenapan janji Allah kepada nenek moyang mereka (Kitab Kejadian 12:7; 15:18). Mereka harus menyeberangi Sungai Yordan dan menaklukkan Yerikho, kota terdekat yang berbenteng. Di tengah latar belakang peristiwa inilah (masuknya Israel ke Tanah Perjanjian) terselip kisah Rahab, seorang pelacur.    

Bacalah ayat 1-7.Rahab, pelacur yang diuji imannya. Dari sudut pandang Yahudi, Rahab menghadapi tiga pukulan: seorang wanita, orang Kanaan (bangsa kafir) dan seorang pelacur. Rahab disebutkan 8 kali dalam Kitab Suci (Yosua 2:1, 3; 6:17, 23, 25; Matius 1:5; Ibrani 11:31; Yakobus 2:25), dan dalam 6 kejadian ini, namanya ditemukan dengan kata benda deskriptif tertentu, "pelacur". Tetapi Allah menuntun 2 orang pengintai utusan Yosua, menyeberangi Sungai Yordan hingga bertemu dengan pelacur itu. Dengan berani dan mempertaruhkan nyawanya sendiri, pelacur itu justru melindungi dan menyelamatkan para pengintai, musuh bangsanya sendiri. Rahab mulai meninggalkan bangsanya dan berpihak kepada bangsa yang menyembah Allah yang benar. Iman Rahab, yang tampaknya lemah, telah diuji.

Bacalah ayat 8-11. Pengakuan iman Rahab. Pengakuan iman Rahab yang berani didasarkan pada bukti yang dipahaminya. Pertama, bukti dari apa yang diketahuinya, "Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu.." (ayat 9). Fakta yang menakjubkan adalah bahwa Rahab tidak memberontak terhadap kenyataan itu tetapi menerimanya. Dia mengakui kekalahan orang Kanaan dan hak kedaulatan orang Israel atas tanah itu. Kedua, bukti dari apa yang didengarnya, "Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir..." (ayat 10). Semua orang menjadi tawar hati serta jatuh semangatnya, tetapi Rahab menarik kesimpulan yang berbeda dan benar tentang Allah. Rahab menyimpulkan dari apa yang mereka ketahui bahwa "TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.." (ayat 11). Dan Rahab mengakui siapa Allah itu, Tuhan Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.

Bacalah ayat 12-21. Rahab menunjukkan imannya dalam tindakan. Fakta bahwa Rahab mengatakan "bersumpahlah kiranya demi TUHAN" (ayat 12) dan berani mencari perlindungan kepada Allah Israel menunjukkan bahwa ia memiliki iman yang benar. Iman Rahab juga mengakibatkan perhatian dan pelayanannya kepada orang lain. Rahab tetap tinggal di Yerikho dan meyakinkan seluruh isi keluarganya (ayah, ibu, saudara-saudara laki-laki dan perempuan serta orang-orang lain) agar mau tinggal dalam rumahnya untuk mendapat perlindungan Allah juga. Dan sebagai tanda, Rahab menggantungkan seutas tali merah di jendela rumahnya yang terletak di atas tembok kota 10 meter tingginya. Saat itu, belum ada yang tahu tentang rencana Allah menghancurkan kota Yerikho dengan cara merobohkan tembok kota itu.

Bacalah ayat 22-24; 6:22-25. Allah menghargai iman Rahab. Kedua pengintai sudah kembali dan menceritakan segala pengalaman mereka kepada Yosua. Rahab membangkitkan iman mereka bahwa Allah akan mengalahkan kota Yerikho (ayat 24). Meskipun demikian ada sesuatu yang belum diketahui oleh kedua pengintai ini, yaitu Allah hendak meruntuhkan tembok kota Yerikho, sedangkan Rahab dan keluarganya tinggal di atas tembok itu! Bagaimana janji mereka kepada Rahab dapat digenapi? Rahab meyakinkan seluruh isi keluarganya agar mau tetap tinggal dalam rumahnya selama 7 hari, sementara bangsa Israel berputar mengitari tembok Yerikho. Meskipun pada saat itu Rahab tidak tahu kapan kehancuran itu akan tiba, namun dengan imannya, dia harus berusaha meyakinkan seluruh keluarganya bahwa sewaktu-waktu tembok itu akan roboh. Pada akhirnya, seluruh tembok kota runtuh kecuali bagian rumah Rahab. Allah menyelamatkan Rahab dan seluruh isi rumahnya. Seorang pelacur di kota Yerikho itu sekarang hidup di tengah bangsa Israel, menikah dengan pria Yahudi, menjadi seorang ibu dan nenek moyang Yesus Kristus, namanya tercatat di Kitab Suci sebagai pahlawan iman.

Tidak ada satu pribadi yang berada di luar jangkauan kasih setia Allah,  bahkan pribadi yang telah jatuh ke dalam dosa. Allah ingin mempertobatkan orang berdosa yang putus asa dengan iman. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd14072023)

Monday, 3 July 2023



(Kejadian 29:16-35)
Senin, 3 Juli 2023

“Allah sanggup mendatangkan yang terbaik dari penderitaan dan kepedihan yang Saudara alami”.
(Renungan Kitab Kejadian 29:16-35)

Setengah tahun 2023 sudah terlewati. Apakah Saudara mengalami masa-masa sulit, tidak dikasihi, tertolak, diabaikan, dipermainkan, dilukai, direndahkan, menderita? Saudara mengatakan ”Apakah Allah tidak memperdulikan aku yang menderita dengan hati yang hancur ini?” Bacalah Kitab Kejadian 29:16-35; kisah hidup perempuan yang bernama Lea. Perempuan yang tertolak tetapi dikasihi Allah.

Bacalah ayat 16-21. Dalam pengaturan Allah, Yakub (anak Ishaq, cucu Ibrahim) tinggal di rumah Laban (saudara Ishaq). Laban mempunyai dua anak perempuan: yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. ”Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya” (ayat 17). Tersirat kontras dan ada persaingan antara Lea dan Rahel. Yakub memilih lebih mencintai Rahel dan untuk mendapatkannya, Yakub bersedia bekerja 7 tahun pada Laban. Sikap Yakub dan kenyataan yang tidak secantik adiknya, bagi Lea menjadi masa yang menegangkan dan bisa memalukan bagi dirinya selama 7 tahun itu.

Bacalah ayat 22-27. Bayangkan, bagaimana perasaan Lea? Malam itu, Laban yang licik menipu Yakub (penipu ditipu) dan Lea (yang tidak dicintai Yakub) menjadi sarananya, dijadikan istri Yakub. Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea, bukan Rahel! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" (ayat 25). Pagi itu, Lea melihat 2 pria penting dalam hidupnya (ayah dan suaminya) bertengkar di hadapannya. Bagaimana Lea diperlakukan oleh Laban ayahnya sendiri dan  oleh suaminya? Lea menjadi istri yang tidak dikehendaki dan tidak dicintai.

Bacalah ayat 28-30. Akhirnya, Rahel menjadi istri Yakub juga. Istri yang elok sikapnya dan cantik parasnya, serta lebih dicintai suaminya. "Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi" (ayat 30). Bagaimana dengan Lea? Bagaimana kehidupan Lea ke depannya, bersama suami yang tidak menginginkan dirinya, bersama istri kedua yang lebih dicintai suami, dan bersama budak-budak perempuan suaminya di rumahnya? Apalagi dalam dunia kuno saat itu, wanita dipandang rendah dan tidak mempunyai pilihan!

Bacalah ayat 31-35. Allah tidak diam. Allah tahu apa yang terjadi pada Lea. Allah sangat terlibat dalam semua situasi yang dialami Lea. "Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya" (ayat 31). Lea melahirkan anak laki-laki bagi Yakub. Dalam dunia kuno, seorang wanita yang bernilai adalah wanita yang melahirkan anak laki-laki bagi suaminya. Dan Allah menggunakan budaya ini untuk menyatakan kasih-Nya atas Lea untuk menemukan harga dirinya. Tetapi apakah itu cukup untuk Lea mendapat cinta suaminya?

Lea berusaha mendapatkan kasih dan perhatian dari suaminya, sampai kelahiran anaknya yang ke-4. Perhatikan nama yang diberikan untuk setiap anak dan apa yang menjadi alasannya! Ruben: "terlihat" dan kata Lea "sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku" (ayat 32). Simeon: "mendengar" (ayat 33). Lewi: "harapan untuk keterikatan". Lea berkata "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku" (ayat 34). Tersirat, tidak pula Lea dicintai oleh Yakub suaminya. Status sebagai istri yang pertama dan lahirnya anak laki-lakinya tidak menolong apa-apa. Dan lahirlah anak ke-4, Yehuda: "terpujilah Allah". Perhatikan, sekarang Lea tidak lagi fokus mencari perhatian manusia, "Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN" (ayat 35). Kini, Lea mendapat harga diri dalam Allah daripada mencari perhatian dari Yakub suaminya. Tetapi kepedihan berlanjut ke kepedihan berikutnya. Rahel punya anak juga, yaitu Yusuf (Kejadian 30:24). Anak yang paling disayang dalam keluarga ini, karena lahir dari istri tersayang. Ingat, nantinya Yusuf sangat vital perannya bagi kesejahteraan keluarga besar Yakub; saat Yusuf menjadi Pejabat di Mesir (Kejadian 41-50). Bagaimana dengan anak Lea sendiri?

Allah sanggup mendatangkan yang terbaik dari penderitaan dan kepedihan yang dialami Lea. Justru Lea dan Yehuda masuk dalam kisah Yesus Kristus. Lea tidak menyadarinya bahwa dari keturunan Yehuda akan lahir Mesias, Juruselamat. Yehuda akan melahirkan keturunan yang menjadi leluhur Yesus Kristus (baca Injil Matius 1:1-3). Dan yang menarik, pada akhirnya Yakub pun sadar pada akhir hidupnya (Kejadian 49:8-12, 32). Dekat makam siapa Yakub ingin dikuburkan? Dekat Lea, yang tidak dikasihi sepanjang hidupnya tetapi sangat dikasihi oleh Allah.

Seberat apapun pergumulan hidup Saudara saat ini, Allah tidak pernah tinggal diam. Allah sanggup mendatangkan yang terbaik dari penderitaan dan kepedihan yang Saudara alami. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd03072023)

Thursday, 29 June 2023



[Kejadian 22:1-19]
Kamis, 29 Juni 2023

“Kesetiaan hanya teruji dalam ketaatan. Melalui kesulitan dan tantangan hidup, Allah menghidupkan imanku dan memurnikan kesetiaanku”
(Nabi Ibrahim mengurbankan Ishaq - Kitab Kejadian 22:1-19)

Apakah Saudara pernah mengalami situasi yang menekan hidup Saudara dan tidak bisa memahaminya serta berkata “mengapa semua ini harus terjadi menimpa diriku?” Belajarlah dari Nabi Ibrahim yang taat pada perintah Allah mengurbankan Ishaq, anak yang dikasihinya, sebagai kurban bakaran untuk Allah. Bacalah Kitab Taurat, Kejadian 22:1-19.

Ayat 1-2. Sudah kurang lebih 40 tahun Ibrahim mengenal Allah dan hidup bersama-sama Allah, tidak pernah mengalami peristiwa yang mengejutkan seperti ini. Elohim (Allah Pencipta) berfirman: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq... persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran". Kurban bakaran adalah istilah Ibrani "pemusnahan" yang berarti "pengurbanan yang habis terbakar." Perhatikan, ada beberapa hal yang bisa menggoncangkan iman Ibrahim.

Apakah Allah yang dikenal Ibrahim adalah Allah yang mengingkari janji-Nya sendiri; bukan Allah yang setia pada janji-Nya? Sebelumnya, Allah berjanji bahwa keturunan Ibrahim akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Kejadian 12:2). Tetapi sekarang, Allah justru meminta Ibrahim untuk mengorbankan anaknya itu! Apakah Dia penuh cemburu, pembunuh sukacita; bukan Allah yang penuh kasih? Sarah, istri Ibrahim yang sudah lanjut usia itu melahirkan seorang anak laki-laki; ada tawa sukacita kebahagiaan di rumah tendanya. Anak itu diberi nama Ishaq yang artinya “tertawa”. Tetapi sekarang, Allah meminta anak itu!

Apakah Dia menuntut terlalu banyak, bukan Allah yang beranugerah? Bukankah sebelumnya seluruh hidup Ibrahim sudah diperhambakan kepada dan untuk Allah? Sejak 40 tahun silam, saat Ibrahim berusia 75 tahun; dia telah rela dan taat meninggalkan negerinya, rumah bapanya, sanak-saudaranya ke tempat yang ia tidak ketahui. Awalnya, Allah meminta Ibrahim untuk meninggalkan masa lalunya (Kejadian 12). Sekarang, Allah meminta Ibrahim untuk menyerahkan masa depannya (Kejadian 22).

Ayat 3-4. Tetapi, keesokan harinya pagi-pagi benar Ibrahim sudah bangun dan membawa Ishaq ke tempat yang telah ditetapkan Allah untuk dikurbankan. Tiga hari perjalanan yang ditempuhnya, menjadi perjalanan yang berat. Tetapi Ibrahim taat meskipun belum menemukan jawaban atas pergumulan “mengapa Allah memerintahkannya?"

Ayat 5-6. Tersirat bahwa Ibrahim memastikan bahwa dirinya dan Ishaq akan kembali dengan selamat. Ribuan tahun setelah peristiwa tersebut, penulis kitab Ibrani menjelaskan tentang iman Ibrahim (Kitab Ibrani 11:17-19). Ibrahim percaya pada kemahakuasaan dan integritas Allah bahwa Allah itu baik dan dapat disandari. Iman tidak menuntut penjelasan dan tidak bergantung pada perasaan. Iman bertumpu pada Allah dan janji kesetiaan Allah.

Ayat 7,8,14. Betapa gentarnya hati Ibrahim ketika mendengar anaknya bertanya, “tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?” Tetapi dengan iman dan tetap mendaki, Ibrahim menjawab "Yehova Jireh! Allah yang menyediakan”. Meskipun mata Ibrahim tidak melihatnya, tetapi mata imannya melihat Allah menyediakan. Ketaatan memang tidak selalu menyenangkan, bahkan seringkali menyakitkan.

Ayat 10-14. Sesudah itu Ibrahim mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Ibrahim, Ibrahim." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Bayangkan, dengan hati dan tangan yang masih gemetar, Ibrahim memutus tali pengikat Ishaq, mencium peluk anak itu erat-erat. Ibrahim sadar, sebagaimana Ishaq hadir dalam kandungan Sarah juga oleh karena anugerah Allah. Pertolongan Allah hadir tepat pada waktunya, tidak pernah terlambat (bacalah Ibrani 4:16). Yehova Jireh! Allah yang menyediakan apa yang dibutuhkan, seekor domba jantan sebagai korban bakaran ganti Ishaq.

Perhatikan ayat 15-19. Sekali lagi Allah berfirman, “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri... Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku" (ayat 18). Alkitab menyebut Ibrahim sebagai "bapak orang beriman" dan "sahabat Allah" (Roma 4:16; Yakobus 2:21,23).

Bayangkan situasinya, di atas gunung itu Ibrahim memegang pundak anaknya, menunjuk ke langit dan berkata “Allah menguji iman dan kesetiaan kita. Melalui kesulitan dan tantangan hidup, iman kita dihidupkan dan kesetiaan kita dimurnikan, sekalipun itu berarti harus mengorbankan sesuatu yang kita kasihi”

Ishaq merupakan bayangan Kristus yang akan dipersembahkan sebagai Kurban Agung, satu-satunya kurban yang akhirnya bisa dan sepenuhnya menghapus dosa manusia. Yahya pembaptis berkata, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Injil Yahya 1:29; 3:16). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd29062023)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...