Friday, 26 February 2021



[Kejadian 29:16-35]
Jumat, 26 Februari 2021

”Ditolak tetapi Dikasihi”
Bacaan: Kejadian 29:16-35

Apakah Saudara mengalami masa-masa sulit, tidak dikasihi, tertolak, diabaikan, dipermainkan, dilukai, direndahan? Penderitaan demi penderitaan mewarnai hati Saudara? Saudara mengatakan ”Apakah Tuhan tidak memperdulikan aku dengan hati yang hancur ini?” Perhatikan kisah Lea yang tertulis di kitab Kejadian 29:16-35.

Perhatikan ayat 16-20. ”Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya” (ayat 17). Tersirat kontras dan ada persaingan antara Lea (”lembu betina liar_) dan Rahel (”domba betina”). Yakub memilih mencintai Rahel. Untuk mendapatkannya, Yakub bersedia bekerja 7 tahun pada Laban (ayah Lea dan Rahel). Bayangkan, apa yang terjadi dalam hidup Lea? Masa yang menegangkan dan bisa memalukan bagi Lea selama 7 tahun itu.

Perhatikan ayat 22-27. Bayangkan, bagaimana perasaan Lea? Laban yang licik menipu Yakub (penipu ditipu) dan Lea (yang tidak berseri matanya) menjadi sarananya. Akhirnya Lea menjadi isteri Yakub. Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" (ayat 25). Pagi itu, Lea melihat 2 pria penting dalam hidupnya (ayah dan suaminya) bertengkar di hadapannya. Bagaimana Lea diperlakukan oleh Laban ayahnya sendiri dan  oleh suaminya? Wajah Yakub saat itu sangat membekas dalam diri Lea. Lea menjadi isteri yang tidak dikehendaki dan tidak dicintai.

­Perhatikan ayat 28-30. Akhirnya, Rahel menjadi isteri Yakub juga. Isteri yang elok sikapnya dan cantik parasnya, serta dicintai suaminya. "Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi" (ayat 30). Bagaimana dengan Lea? Bagaimana kehidupan Lea ke depannya, bersama suami yang tidak menginginkan dirinya, bersama isteri kedua yang lebih dicintai suami, dan bersama budak-budak perempuan di rumahnya? Apalagi dalam dunia kuno saat itu, wanita dipandang rendah dan tidak mempunyai pilihan?

Perhatikan ayat 31-35. Realitanya, apakah Tuhan tinggal diam? Tuhan tahu apa yang terjadi pada Lea. Tuhan sangat terlibat dalam semua situasi yang dialami Lea. "Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya" (ayat 31). Lea melahirkan anak laki-laki bagi Yakub. Dalam dunia kuno, seorang wanita yang bernilai adalah wanita yang melahirkan anak laki-laki bagi suaminya. Dan Tuhan menggunakan budaya ini untuk menyatakan kasih-Nya atas Lea untuk menemukan harga dirinya. Tetapi apakah itu cukup untuk Lea mendapat cinta suaminya?

Lea berusaha mendapatkan kasih dan perhatian dari suaminya, sampai kelahiran anaknya yang ke-4. Perhatikan nama yang diberikan untuk setiap anak dan apa yang menjadi alasannya! Ruben: "terlihat" dan kata Lea "sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku" (ayat 32). Simeon: "mendengar" (ayat 33). Lewi: "harapan untuk keterikatan".  Lea berkata "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku" (ayat 34). Tersirat, tidak pula Lea dicintai oleh Yakub suaminya. Status sebagai isteri yang pertama dan lahirnya anak laki-lakinya tidak menolong apa-apa. Dan lahirlah anak ke-4, Yehuda: "terpujilah Tuhan". Perhatikan, sekarang Lea tidak lagi fokus mencari perhatian manusia, "Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN" (ayat 35). Kini, Lea mendapat harga diri dalam Tuhan daripada mencari perhatian dari Yakub suaminya.

Tetapi kepedihan berlanjut ke kepedihan berikutnya. Rahel punya anak juga yang paling disayang dalam keluarga ini, karena lahir dari isteri tersayang (30:24). Ingat, nantinya Yusuf sangat vital perannya bagi kesejahteraan keluarga besar Yakub; saat ia menjadi penguasa di Mesir (Kejadian 41-50). Namun demikian, Allah sanggup mendatangkan yang terbaik dari kepedihan yang dialami Lea. Dalam penderitaan dan kepedihannya, Lea masuk dalam kisah Kristus Yesus. Lea tidak menyadarinya. Yang menarik, pada akhirnya Yakub pun sadar pada akhir hidupnya (Kejadian 49:8-12, 32). Dekat makam siapa Yakub ingin dikuburkan? Lea, yang tidak dikasihi sepanjang hidupnya tetapi sangat dikasihi oleh Tuhannya.

Penghargaan diri Saudara ada pada Tuhan sendiri yang menciptakan Saudara dalam gambar dan rupa-Nya; bukan pada apa yang Saudara lakukan ataupun relasi-relasi dengan orang lain. Saudara sangat berharga bagi-Nya. Tuhan mengasihi Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd260221).

Wednesday, 24 February 2021



[Yosua 24:14-33]
Rabu, 24 Februaari 2021

Bacaan: Yosua 24:14-33

 Hidup ini penuh dengan pilihan dan Saudara bebas memilihnya. Entah itu baik atau buruk, mendatangkan kesedihan atau kebahagiaan pada akhirnya. Bacalah kitab Yosua 24:14-33; Yosua telah mengakhiri hidup dengan bahagia di dalam Tuhan, menikmati pilihan hidupnya. Apa pesan Yosua?

Sekarang, sampailah di bagian akhir dari kitab Yosua dan bagian akhir dari hidup Yosua sendiri. Bagian terakhir kitab ini sekali lagi menegaskan bahwa Allah setia dan menepati janji-Nya. Bangsa Israel berkumpul kembali di tempat dimana 600-an tahun sebelumnya, untuk pertama kalinya Allah berjanji akan memberikan tanah Kanaan kepada Abram (Kejadian 12:6-7; Yosua 24:25). Selanjutnya, apa yang harus diperhatikan bangsa Israel dalam hidup mereka selanjutnya? Apa yang harus mereka pilih?

Perhatikan ayat 14-15"Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (ayat 15). Sekarang, apa pesan terakhir Yosua? Kata “beribadah” diulang-ulang dan menjadi salah satu kunci penting dalam bagian ini. Bangsa Israel harus membuat keputusan dengan tegas; memilih beribadah kepada Allah Israel atau allah nenek moyang mereka (“seberang sungai Efrat”: leluhurnya Abram), atau allah orang Amori. Perhatikan... tidak ada sikap netral, tidak bisa memilih semuanya, harus memilih salah satu.

 "pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah." Perhatikan... Yosua memberikan pilihan kepada mereka. Dia menginginkan bangsa Israel memilih berdasarkan kesadaran diri sendiri dengan benar. Bukankah manusia selalu dihadapkan pada banyak pilihan dalam hidupnya? Bagaimana seharusnya bangsa Israel memutuskan pilihannya?

Perhatikan ayat 16-24. Bagaimana bangsa Israel memutuskan pilihan kepada siapa mereka akan beribadah? Tiga kali mereka menegaskan keinginan untuk beribadah hanya kepada Tuhan (ayat 16-18, 21, 24). Tetapi bagaimana respon Yosua? Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu" (ayat 19). Yosua hendak menekankan "pikirkanlah baik-baik" dengan hatimu dan akal budimu. Keselamatan adalah anugerah, tetapi mengikut Tuhan harus siap membayar harganya.

Ingat... generasi sebelumnya dalam pimpinan Musa telah bertemu Tuhan di Gunung Sinai, seluruh bangsa Israel berkata "Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan." Lalu Musapun menyampaikan jawab bangsa itu kepada TUHAN  (Keluaran 19: 8). Pasal berikutnya, Allah memberikan Sepuluh Perintah, diawali dengan, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi” (Keluaran 20: 3-4). Tetapi beberapa minggu kemudian, mereka memilih membuat dan menyembah “anak lembu emas”. Ngeri akibatnya, pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dengan pedang penghukuman oleh tetangga, temannya, dan saudaranya sendiri (Keluaran 32: 27-29).

Perhatikan ayat 16, 24-28. Yosua tahu bahwa mudah bagi mereka berjanji untuk memilih taat beribadah kepada Tuhan: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! (Yosua 24: 16). Tetapi apakah cukup untuk mereka benar-benar melakukannya, itu persoalan lain. Dan Yosua mengingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, menuliskannya ke dalam kitab hukum Allah dan kemudian mendirikan sebuah batu besar sebagai saksi abadi atas pelihan ketaatan mereka. Ini adalah batu peringatan yang kesembilan dan terakhir yang disebutkan dalam kitab Yosua, sebelum akhirnya Yosua meninggalkan mereka untuk selamanya.

Namun demikian, apa yang terjadi dengan generasi selanjutnya?  Mereka meninggalkan Tuhan dan  beribadah kepada allah-allah Kanaan. Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka (Hakim-hakim 2:6-15). Generasi Yosua gagal memenuhi janji mereka dan mengajar anak-anak serta cucu mereka untuk memilih Tuhan dan hidup melayani Dia. Saudara... "Hidup adalah pilihan, pilihlah Dia" Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd240221)

Monday, 22 February 2021

 

[Yosua 24:1-15]

”Ingatlah sejarah sebagai kisah-Nya”
Bacaan: Yosua 24:1-15

History is His story. ­_Sejarah adalah kisah-Nya. Dalam usia Saudara saat ini, semua hal apa yang Saudara ingat dan kenang? Bukan tentang diri tetapi tentang Allah? Bacalah Yosua 24:1-14; apa yang dikenang dan dinasihatkan Yosua di usia senjanya?

Nasihat Yosua yang terakhir dalam hidupnya, diberikannya saat usianya mencapai 110 tahun (Yosua 24:29). Ingat, sejak muda dia menjadi abdi Musa. Pada saat berumur 40 tahun, Tuhan berfirman tentang Tanah Perjanjian kepada Musa; dan akhirnya Kanaan berhasil diduduki setelah 45 tahun lamanya Yosua dalam pengembaraan di padang gurun bersama bangsa Israel (Bilangan 14:30; Yosua 14:10).

Perhatikan, menakjubkan mengetahui di mana Yosua memberikan nasihat terakhirnya pada waktu itu. ”Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem” (Yosua 24:1). Di sinilah, Yosua membangun mezbah Allah dan menuliskan hukum-hukum Allah pada sebuah batu besar dan membacakan serta menyimak kembali hukum-hukum tersebut untuk seluruh bangsa Israel (Yosua 8:30-35).

Di sinilah, untuk pertama kalinya Abraham menerima janji Allah, bahwa Dia akan memberikan seluruh tanah Kanaan kepada Israel, dan di sini pulalah Abraham menolak kesediaannya menyembah allah lain dengan jalan mendirikan sebuah mezbah bagi Allah, satu-satunya Allah yang benar (Kejadian 12:6-7). Di sini pulalah, Yakub setelah pengembaraannya di Mesopotamia, menyucikan dan menguduskan seluruh keluarganya dari penyembahan berhala dengan cara membakar semua berhala-berhala yang ada dan mendirikan sebuah altar bagi Allah pula (Kejadian 33:18-20; 35:1-4).

Yosua ingin agar semua orang tahu bahwa Allah Abraham, Iskak dan Yakub-lah yang memimpin mereka, sehingga mereka memperoleh kemenangan yang besar di tanah Kanaan, sejak mereka menyeberang sungai Yordan, bahkan sejak awal dalam sejarah mereka.

Perhatikan ayat 2-4. Allah-lah yang memilih mereka. “Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat” (ayat 3). Seharusnya mereka tetap rendah hati dan taat. Bacalah Yohanes 15:16.

Perhatikan ayat 5-7. Allah membebaskan Israel. “Lalu Aku mengutus Musa serta Harun” (ayat 5). “Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir”_ (ayat 6). Renungkan, berapa harga penebusan Saudara dari dosa?

Perhatikan ayat 8-10. Allah membimbing Israel. “Aku membawa kamu ke negeri orang Amori... dan mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu” (ayat 8). “Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangan Bileam” (ayat 10).

Perhatikan ayat 11-13. Allah memberikan Kanaan. “Kuserahkan (bangsa Kanaan) ke dalam tanganmu” (ayat 11). “Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu” (ayat 12). “Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan” (ayat 13).

Perhatikan ayat 14-15. “Oleh sebab itu...”  Yosua mengakhiri nasihat dengan sebuah kesaksian yang paling hebat dan berkuasa di seluruh kitab. Dengan suara yang bergetar karena usianya yang telah lanjut, dia meneriakkan: “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"  Kata “serve” (melayani, beribadah) ditulis 15 kali dalam pasal ini; menjadi kata kunci yang harus diperhatikan.

Allah terlibat sepenuhnya dalam perjalanan sejarah. Allah hadir. Allah berkuasa menggenapkan rencana-Nya. Allah setia pada janji-Nya. Bagaimana kenyataan ini membuat hati Saudara tidak berhenti bersyukur sekalipun jalan Saudara tidak mulus?  Bagaimana hal ini menguatkan Saudara menghadapi masa pandemi Covid-19 saat ini, situasi berbagai bencana dan hidup ke depannya? ”Ingatlah sejarah sebagai kisah-Nya.” Bacalah Roma 8:28. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd220221)

Saturday, 20 February 2021

 

[Yosua 23]
Sabtu, 20 Februari 2021

”Konsistenlah, jangan tinggalkan jalan yang benar!”
Bacaan: Yosua 23

Apakah Saudara menjumpai seseorang yang telah dipakai Tuhan dengan heran, tetapi meninggalkan jalan yang benar pada saat berusia lanjut? Ingat, apa yang terjadi dengan Daud dan Salomo pada masa tuanya? Bahkan hamba Allah yang besar yaitu Musa, telah mengecewakan Allah pada masa terakhir dalam hidupnya, sehingga Allah tidak mengijinkannya memimpin bangsa Israel masuk Tanah Perjanjian? Tetapi berbeda dengan Yosua. Bacalah dengan tenang: Kitab Yosua 23; perkataan Yosua yang telah tua dan lanjut umur kepada bangsa Israel.

Yosua muncul sebagai seorang tokoh yang jarang ditemukan dalam kitab Perjanjian Lama, namun secara konsisten mengikuti semua kehendak dan jalan Allah dalam seluruh hidupnya. Ketekunan dan kesetiaannya kepada Allah terlihat dengan jelas dalam sejarah hidupnya, dan kelihatan lebih jelas lagi pada saat ia mengucapkan kata-kata yang teakhir sebelum pergi ke dalam hadirat Allah yang kekal.

”Maka sekarang, sebentar lagi aku akan menempuh jalan segala yang fana” (ayat 14, 15). Perhatikan hal penting, apa yang dipikirkan dan dikatakan Yosua dalam bab terakhir hidupnya?  Bangsa Isreal dan bagaimana hidup mereka di hadapan Allah. ”Konsistenlah, jangan tinggalkan jalan yang benar.” Ingatlah kesetiaan Allah pada bangsa Israel pada masa lalu, yaitu sejak mereka menyeberang sungai Yordan sampai kemenangan mereka atas tanah Kanaan. Yosua mengumpulkan semua orang Israel (ayat 2). Yosua meninggalkan pesan yang pernah disampaikan Tuhan kepada dirinya ketika masih muda dan penakut (ayat 6-9; bandingkan Yosua 1:6-9). Apa yang dikatakan Yosua:

  • "Dan kamu ini telah melihat segala yang dilakukan TUHAN, Allahmu, kepada semua bangsa di sini demi kamu” (ayat 3a).
  • “Sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang telah berperang bagi kamu” (ayat 3b).
  • “Dan TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan mengusir dan menghalau mereka dari depanmu” (ayat 5a).
  • “Sehingga kamu menduduki negeri mereka, seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu” (ayat 5b).
  • “Tetapi kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang” (ayat 8).
  • “Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan kamu ini, seorangpun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang” (ayat 9).
  • “Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadaku” (ayat 10).
  • “Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu” (ayat 11).

Perhatikan ayat 12-16. Selanjutnya... apa penjelasan Yosua terakhir yang tidak kalah pentingnya? Apa yang terjadi jika mereka tidak taat? “Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu, sehingga kamu segera binasa dari negeri yang baik, yang telah diberikan-Nya kepadamu." (ayat 16b).

Yosua hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Allah yang benar. Setelah meninggalkan allah bangsa Mesir, dia tidak pernah meninggalkan Allah yang benar. Dua belas kali dalam pasal 23 di Kitab Yosua, ia menggunakan kata “Tuhan Allahmu”, ketika dia menyatakan keberhasilan yang dicapai Israel saat merebut tanah Kanaan. Ini dengan jelas dan nyata mencerminkan bahwa Allah Israel menduduki tempat pertama dalam hidup Yosua.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara mendengar pesan Yosua? Patuhi Firman Allah (ayat 6), berpegang teguh pada Allah (ayat 8), dan kasihi Allah (ayat 11). ”Konsistenlah, jangan tinggalkan jalan yang benar” Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd200221)

Friday, 19 February 2021


    [2 Samuel 11-12]
   Jumat, 19 Februari 2021

“Semakin jauh bertindak, sadarlah!”
: 2 Samuel 11-12

Seseorang bisa salah semakin jauh bertindak, dan akhirnya terjatuh; bahkan seorang Hamba Tuhan yang terkenal di seluruh dunia. Rasul Paulus menulis, “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12). Salah satu tokoh Alkitab yang mengalami kejatuhan yang serius adalah Daud. Daud adalah orang yang berkenan di hati Tuhan dan dipilih Tuhan menjadi raja atas umat-Nya (1 Samuel 13:14). Bagaimana Raja Daud bisa jatuh; melakukan hal yang jahat di mata Tuhan? Bacalah kisahnya di kitab 2 Samuel pasal 11 dan 12!

APA. Kejahatan Daud di mata Tuhan dan konsekuensinya. Daud tidak mengerjakan tanggung jawabnya (11:1), tidur dengan istri pahlawan perangnya (11:4-5), membuat siasat jahat dan melibatkan orang lain (11:6-13), melakukan pembunuhan berencana (11:14-25), dan menutupi kesalahannya (11:26-27). Tetapi Tuhan melihat kejahatan Daud dan menjatuhkan hukuman atasnya (12:10-12, 15). Daud bertobat (12:13).

SIAPA. Siapa Daud (“yang dikasihi”)? Apakah dia orang yang tidak mengenal Tuhan yang telah memilih dan memeliharanya? Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa ini? Daud yang berotoritas, Batsyeba (“si lincah ayu”)  (istri Uria) yang elok rupanya, Yoab dan orang-orang suruhan yang ikut terlibat, Uria (“terang dari Yehovah”), pahlawan perang yang menjaga kehormatan tetapi terbunuh, dan beberapa orang tentara ikut gugur pula. Anak laki-laki yang dilahirkan bekas istri Uria pun mati. Natan (“pemberi”) tampil dengan otoritas Tuhan yang mengutusnya. Salomo (“perdamaian”) anak Daud lahir dari Batsyeba isterinya. Yedija (“kekasih Yehovah”) nama dari Tuhan untuk Salomo. 

KAPAN. Apakah Daud jatuh pada saat menghadapi pergumulan hidup yang berat? Daud sudah menjadi raja yang berkuasa. Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya berperang, dan seharunys Daud juga ikut berperang. Pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya dan bersantai di istananya; mulai saat inilah peristiwa terjadi. Dengan cepat Daud menyusun siasat-siasatnya. Ada waktu 1 tahun-an, sampai akhirnya anak laki-laki dari perempuan yang ditidurinya lahir. Daud tidak mengakui kesalahannya, sampai tiba waktunya Natan – utusan Tuhan hadir, kesalahan dinyatakan dan penghukuman diberikan. Pada hari yang ketujuh setelah Daud berpuasa, menangis, dan berbaring di tanah, matilah anak itu. Dan hari yang baru dimulai kembali.

DI MANA. Apakah Daud jatuh pada saat berada di tengah-tengah situasi dan musuh yang mencobainya? Peristiwa justru berawal dari dalam istananya sendiri. Dan menjadi masalah dalam medan peperangan, dan akhirnya masalah bagi seluruh bangsa Israel.

BAGAIMANA. Perhatikan. Apa yang dilakukan Daud di awal peristiwa ini? Dan kemudian bagaimana langkah-langkah selanjutnya? Berjalan-jalan di atas sotoh istana – melihat perempuan sangat elok rupanya yang sedang mandi – dengan otoritasnya mulai melibatkan orang lain - mencari tahu dan membawa perempuan istri orang tersebut kepadanya – tidur dengan perempuan itu dan hamil – membuat siasat jahat untuk menutupi apa yang dilakukannya – berlanjut ke pembunuhan berencana pada Uria yang tidak bersalah – beberapa orang dari tentara gugur. Daud merasa aman, perempuan tersebuat menjadi isterinya dan melahirkan anak laki-laki baginya. Tetapi Tuhan tidak membiarkan Daud terus ada di dalam dosanya. Natan hadir dengan otoritas Tuhan, menyatakan kebenaran. Daud bertobat dan mendapat anugerah Tuhan, menerima konsekuensi dosa bagi dirinya, keluarganya dan bangsanya (12:10-15)

MENGAPA. Mengapa Daud bisa melakukannya dan jatuh? Apakah Daud tidak tahu bahwa yang dilakukannya adalah melanggar hukum Tuhan? Bacalah 2 Samuel 12:7-8, apakah Daud melupakan Tuhan dan bagaimana Tuhan sudah dan akan memberkatinya? Bagaimana menurut Saudara? 

Realitanya, Daud telah jatuh dan Alkitab dengan jujur menceritakannya. Betapa kuatnya kuasa dosa, tetapi kasih Tuhan lebih besar dan mengatasinya. Tuhan mengasihi Daud. Dia mengutus Natan yang dengan hikmat menegur Daud yang telah jatuh. Daud bertobat dan Tuhan mengampuninya. Bagaimana dengan Saudara? Apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, mengapa? “Semakin jauh bertindak, sadarlah!” “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”  (1 Yohanes 1:9). Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd190221).

Thursday, 18 February 2021



[2 Samuel 11-12] 
Kamis, 8 Februari 2021

”Kontestasi Rasa Malu vs Kehormatan”
Bacaan: 2 Samuel 11-12

Saudara pernah mendengar seorang Hamba Tuhan yang terkenal di akhir hidup/pelayanannya terungkap telah terlibat dengan kasus yang sangat memalukan? Kasus yang berkaitan dengan dosa seks/perjinahan, menghancurkan reputasi pelayanannya, berdampak sangat buruk bagi keluarga dan orang banyak? Perihal rasa malu menjadi pelajaran serius yang didajarkan Alkitab. Bacalah kitab 2 Samuel pasal 11 dan 12; Raja Daud – raja yang dipilih Tuhan - telah melakukan hal yang sangat memalukan: perjinahan, penipuan dan pembunuhan berencana.

Perhatikan, 2 Samuel 11-12 ditulis dengan struktur yang indah:
A1. Daud mengirim Yoab untuk mengepung Raba (11.1). 
B1. Daud tidur dengan Batsyeba, yang hamil (11.2-5)
C1. Daud membunuh Uria (11.6-7)
D1. Yoab mengirimi Daud pesan (11.18-27a)
            E.Tuhan tidak senang dengan Daud (11.27b)
D2. Tuhan mengirimkan utusan kepada Daud (12.1-14)
C2. Tuhan menyerang bayi laki-laki Daud, yang meninggal (12.15-23)
B2. Daud tidur dengan Batsyeba, yang hamil (12.24-25) 
A2. Yoab meminta Daud untuk mengepung dan menangkap Raba (12.26-31)

Perhatikan. Ini sebenarnya kisahnya Daud dan Uria orang Het, walaupun seringkali diberi judul “Daud dan Batsyeba”. Nama Batsyeba sendiri hanya disebut 2 kali (2 Samuel 11:3 dan 12:24). Matius menulis, “Daud memperanakkan Salomo dari istri Uria”, tidak menyebut nama Batsyeba (Matius 1:6). Penulis Kitab 2 Samuel mengarahkan pembaca pada konteks “perasaan malu dan kehormatan” sebagai perspektif kolektif yang penting saat itu. Hal yang seringkali dituliskan dalam Alkitab. Bukankah rasa malu, kehilangan muka adalah hal serius yang kita hadapi juga, yang sekarang kita pahami sebagai “dosa”?

Perhatikan, siapa Daud? Dia pribadi yang dipilih oleh Tuhan sendiri, dan layak menjadi idola. Dia memiliki kemampuan yang beragam yang sangat luas; seorang gembala, penyanyi, pembuat puisi, pahlawan perang, seorang raja, seorang hakim, pemimpin dan penyembah. Tetapi Alkitab menceritakan Daud melakukan hal yang sangat memalukan, mengingkari apa yang seharusnya dilakukan orang dengan hatinya Tuhan. Bahkan kita tahu hal ini dari kesaksian perasan pribadinya sendiri, yang ditulis dalam mazmur-mazmurnya (emosi yang jujur, sukacita dan sedih). Bacalah Mazmur 51.

Bacalah 2 Samuel 11:1. Penulis kitab Samuel menyampaikan hal yang memalukan dalam konteks budaya saat itu. Raja Daud tidak melakukan kewajibannya memimpin perang.

Bacalah 2 Samuel 11:2-4. Tersirat Daud melakukan hal yang memalukan. Apakah Daud tidak tahu hukum yang tertulis di kitab Keluaran 20:14, 178? Apakah Daud tidak tahu bahwa Israel sebagai umat Allah, memiliki standard hidup yang berbeda dari bangsa-bangsa lain? Apakah Daud juga tidak tahu bahwa para pelayan istana melihat dan mendengar semua yang terjadi (kota saat itu sangat padat)? Tetapi Daud bertindak seperti raja-raja disekitarnya. Dia dengan otoritasnya mengambil istri dari pahlawan perangnya sendiri (2 Samuel 23:39). Apakah Saudara juga sedih dan kecewa melihat hal ini?

Bacalah 2 Samuel 11:5-8. Paling tidak ada waktu 9 bulan sebelum Batsyeba berkata “Aku mengadung”. Apakah Daud berani menerima konsekuensi atas tindakannya, sebagaimana orang yang memiliki hati Allah? Sekali lagi dia melakukan tindakan-tindakan yang memalukan. Dia memanipulasi keadaan, menyuap Uria dan tidak tahu situasi medan perang. Daud tidak mau kehilangan kehormatannya, menyelamatkan mukanya dengan tidak bertanggung jawab.

Bacalah 2 Samuel 11:9-25. Bandingkan dengan Daud, bagaimana banyak saksi di istana melihat Uria dengan kehormatan perilakunya? Dengan tangannya sendiri, Uria membawa surat hukuman mati bagi dirinya. Beberapa tahun sebelumnya, Saul mau membunuh Daud; tetapi sekarang dia yang menjadi pelaku pembunuhan berencana. Bukan saja membunuh Uria, tetapi juga beberapa orang lainnya (ayat 24).

Bacalah 2 Samuel 11:26-27. Daud sekali lagi memalukan, menganggap masalah sudah selesai; seperti apa yang dilakukan raja-raja dunia di sekitarnya. “Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN” (ayat 27).

Bacalah 2 Samuel 12. Perhatikan struktur di atas, bagaimana pasal 11 dan pasal 12 ditulis. Bagaimana tindakan memalukan Daud terungkap dari perspektif Tuhan? Daud bertobat, ”Aku sudah berdosa kepada TUHAN” (ayat 13), bukan hanya kepada Uria dan istrinya, orang-orang yang ikut mati terbunuh, dan bangsa Israel. ”Jika Tuhan dipermalukan oleh tindakan-tindakanku, maka aku hanya punya satu pilihan yaitu mengakui dosa tersebut dan bertobat”. Bacalah Mazmur 51. 

Daud menanggung konsekuensi dosa dan rasa malu itu tetap tinggal. Tetapi anugerah Tuhan mengatasinya, ”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Tuhan Yesus Kristus mengampuni dan mengasihi Saudara. 🙏(erd180221)

Wednesday, 17 February 2021


 
[Yosua 22:9-34]
Rabu, 17 Februari 2021

”Kebaikan tanpa kebenaran, berbahaya”
Bacaan: Yosua 22:9-34

 Seseorang bisa sangat marah kepada orang yang dikasihinya (pasangan, anak, saudara, sahabat), yang dianggap sudah bersalah karena tidak mentaati Firman Tuhan. Ternyata anggapan tersebut salah karena kesalahan informasi yang didengarnya. Orang yang dikasihinya tidak memberikan informasi dengan jelas. Ingin melakukan kebaikan tetapi tanpa kebenaran dan fatal akibatnya. Saudara mengalaminya? Bacalah kisah menarik di kitab Yosua 22:9-34.

Perhatikan ayat 9-12. Bani Ruben, bani Gad dan setengah suku Manasye akan kembali ke seberang sungai Yordan, ke tanah yang telah mereka pilih; di mana istri dan anak-anak mereka sudah menunggu setelah 7 tahun ditinggalkan. Sebelum menyeberangi sungai Yordan, mereka menyempatkan diri mendirikan “mezbah” yang besar bangunannya. Terdengarlah oleh 9 suku Israel yang lainnya. Mereka marah dan bersiap maju memerangi bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu. Bayangkan, perang saudara yang bisa terjadi.

Perhatikan ayat 24; apakah tujuan pendirian “mezbah” tersebut sesuatu yang tidak baik? Mengapa menimbulkan kemarahan dan memicu perang saudara? Perhatikan ayat 16-20 (Ulangan 12:13-14, Ulangan 13; Imamat 17:3-9; Bilangan 25); apakah alasan kemarahan dan peringatan 9 suku Israel yang lain adalah sesuatu yang tidak baik?

Perhatikan ayat 24-25. Bagaimana sikap suku bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu? Bukankah sebenarnya anak-anak mereka sendiri yang bisa bermasalah dengan pengaruh buruk dari bangsa-bangsa di sekitar mereka? Tetapi mereka menyalahkan anak-anak dari 9 suku yang sekarang tinggal di Tanah Perjanjian, yang akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Bahkan mereka menuduh Tuhan yang menciptakan masalah sejak awal! “Bukankah TUHAN telah menentukan sungai Yordan sebagai batas antara kami dan kamu” (ayat 25). Sebenarnya, mereka sendirilah yang menjadikan sungai Yordan sebagai garis pemisah! Mereka memisahkan diri dari bangsanya sendiri dan dari tanah yang telah Tuhan berikan kepada mereka semua; memilih untuk tinggal di sebelah timur sungai Yordan yang kelihatan baik buat mereka.

Perhatikan ayat 26-27. Tidak ada kejelasan informasi disampaikan kepada Yosua dan Imam Besar tentang pembangunan “mezbah”. Yang dibangun bukanlah mezbah untuk mempersembahkan korban tetapi mezbah sebagai saksi. “Saksi” macam apa tumpukan batu besar yang mereka bangun tersebut? Mereka berbicara dengan saleh tentang anak-anak mereka, tetapi kekayaan merekalah yang benar-benar memotivasi keputusan mereka untuk tinggal di sebelah timur Sungai Yordan. "Mezbah" mereka bertentangan dengan mezbah yang didirikan Yosua untuk kemuliaan Allah. Ingat, di dekat “mezbah saksi” yang mereka bangun, ada dua belas batu yang dibawa orang-orang itu dari tengah Sungai Yordan (Yosua 4: 20-24). Itu mengingatkan orang bangsa Israel bahwa mereka telah menyeberangi sungai dan mengubur masa lalu mereka selamanya.

Perhatikan ayat 34. Mereka menamai mezbah Saksi, karena inilah saksi antara kita, bahwa TUHAN itulah Allah”. Tetapi jika Tuhan adalah Tuhan, mengapa mereka tidak menaati-Nya dan tinggal di tanah yang telah Tuhan tentukan untuk mereka? Dikelilingi oleh bangsa-bangsa kafir dan dipisahkan dari saudara dan saudari mereka di seberang sungai, mereka dengan cepat jatuh ke dalam penyembahan berhala dan akhirnya menjadi buangan oleh Asyur (1 Tawarikh 5: 25–26).

Perhatikan ayat 13-20. Untung 9 suku di tanah Kanaan melakukan tabayyun, sehingga terhindar dari kekacauan perang saudara. Mereka marah atas kesalahan saudaranya, tetapi mengasihi mereka dan memperingatkannya. Pengalaman mentaati kebenaran firman Tuhan telah menuntun perbuatan baik mereka. Mereka memberikan nasihat bijak: “Datanglah dan tinggallah bersama kami, karena kami memiliki Kemah Tuhan di tanah kami” (22:19, parafrase). Tidak ada mezbah buatan manusia yang dapat menggantikan kehadiran Tuhan di antara umat-Nya di bait-Nya. Sayang sekali, bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu tidak menerima nasihat ini dan mengklaim warisan mereka di dalam tanah yang telah Tuhan janjikan akan diberkati-Nya (Ulangan 11: 10–32).

Bagaimana dengan hidup Saudara? Adakah melihat ”Kebaikan tanpa kebenaran yang berbahaya” dalam diri orang-orang yang Saudara kasihi (pasangan, anak, saudara, sahabat), bahkan dalam diri Saudara sendiri? Sadarilah! Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd170221)

Tuesday, 16 February 2021

 [Yosua 22:9-10]
Selasa, 16 Februari 2021

”Bahaya hidup dengan melihat, bukan dengan iman”
Bacaan: Yosua 22:9-10; Bilangan 32:1-5, 32

Ingat kisah Lot, keponakan Abraham, yang memilih menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom? Lot memilih daerah ini karena kelihatan lebih baik, banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir. Padahal, orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN (Kejadian 13:10-13). Dan akhirnya, daerah pilihan Lot yang terlihat baik tersebut justru mendatangkan petaka, bahkan dimusnahkan Tuhan;  Isteri Lot mati menjadi tiang garam. Kedua putri Lot hidupnya berantakan, keturunan anak-anak mereka menjadi bangsa yang bermusuhan dengan bangsa Israel (Kejadian 19).Lot adalah orang yang berjalan dengan melihat dan bukan dengan iman. Ratusan tahun kemudian, hal ini terjadi lagi di bangsa Israel.

Perhatikan Yosua 22:9-10. Setelah bangsa Israel berhasil menduduki dan membagi tanah Kanaan; Bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang ikut dalam peperangan, bersiap kembali ke tanah yang mereka pilih sendiri di seberang Timur sungai Yordan. Tersirat, mereka galau menghadapi situasi ini. Mengapa mereka mendirikan mezbah yang besar bangunannya? Apa yang terjadi dengan mereka?

Bacalah Bilangan 32:1-5, 32. ”Adapun bani Ruben dan bani Gad ternaknya banyak, bahkan sangat banyak sekali. Ketika mereka melihat tanah Yaezes dan tanah Gilead, tampaklah tempat itu yang baik untuk peternakan” (ayat 1). Sebelum menyeberang sungai Yordan, bani Ruben dan bani Gad telah membuat keputusan berdasarkan keuntungan materi yang mereka lihat, bukan berdasarkan nilai-nilai spiritual. Tanah di sebelah Timur sungai Yordan sangat ideal untuk ternak mereka yang sangat banyak sekali. Mereka memutuskan untuk tinggal di daerah itu saja. ”…janganlah kami harus pindah ke seberang sungai Yordan”  (ayat 5). Tentu hal ini bisa berpengaruh buruk bagi yang lainnya untuk bersiap menyeberang sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian. Ingat, bagaimana 10 pengintai berpengaruh buruk bagi bangsa Israel yang enggan dan takut menghadapi Kanaan (Bilangan 13)?

Sementara anak-anak dan istri-istri, ternak dan hewan mereka tinggal di Gilead, mereka bersedia ikut menyeberangi sungai Yordan, membantu ikut berperang menduduki Kanaan, dan selanjutnya kembali lagi ke Gilead. Dan Musa menyetujuinya (Bilangan 32:33).

Kanaan sudah dikalahkan dan diduduki. Ketika orang-orang Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye berjalan ke Timur dan melewati tempat-tempat yang mengingatkan kembali akan hal-hal besar yang telah Tuhan lakukan, hati mereka mulai galau. Bahagia karena mereka akan pulang, tidak mudah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudara-saudara mereka dan meninggalkan kedekatan imamat dan tabut perjanjian. Mereka meninggalkan tanah yang Tuhan janjikan akan diberkati. Ya.., mereka akan pulang ke tanah yang telah mereka pilih sendiri, tetapi entah mengapa mereka mulai merasa terasing dari bangsa Israel.

Bagaimana mereka memutuskan untuk memecahkan masalah yang mereka buat sendiri? Dengan membangun mezbah besar dari batu di tepi Sungai Yordan, di pinggiran Kanaan, sebagai pengingat kepada semua orang bahwa dua setengah suku itu juga milik bangsa Israel. Seandainya suku-suku ini tinggal di tanah Kanaan tempat mereka berasal, tidak ada yang akan mempertanyakan kewarganegaraan mereka.

Saudara ingat bahwa Mesir mewakili dunia, dan Kanaan adalah warisan orang percaya di dalam Kristus? Dua setengah suku itu telah mengalami pertempuran dan berkat Kanaan — warisan mereka di dalam Kristus — tetapi lebih memilih untuk tinggal di perbatasan, di luar tempat berkat yang ditetapkan Allah. Tempat yang mereka pilih sendiri karena kelihatan baik_. 1 Tawarikh 5:25-26_ mencatat, kemudian hari mereka berubah setia terhadap Allah nenek moyang mereka dan mengikuti segala allah bangsa-bangsa negeri yang telah dimusnahkan Allah dari depan mereka. Mereka dikalahkan dan diangkut ke pembuangan. Bagaimana dengan Saudara? Ingat, ”Bahaya hidup dengan melihat, bukan dengan iman.” Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd 160221)

Saturday, 13 February 2021



[Yosua 22:1-8]
Sabtu, 13 Februari 2021.

"Harta warisan: Iman dan kesetiaan kepada Allah" 
Bacaan: Yosua 22:1-8

Warisan harta duniawi bisa menjadi petaka jika tidak disertai dengan warisan yang lebih penting: warisan iman dan kesetiaan kepada Allah. Seberapa banyak warisan rohani yang sudah Saudara persiapkan? Belajarlah dari kitab Yosua 22:1-8.

Perhatikan ayat 1-4. Perjuangan bangsa Israel menaklukkan bangsa-bangsa di tanah perjanjian sudah memasuki bagian akhir. Para prajurit dari suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye pasti sangat gembira ketika penaklukan atas Kanaan berakhir. Selama lebih dari tujuh tahun mereka telah jauh dari keluarga mereka di seberang sungai Yordan, dan sekarang para prajurit yang menang bebas untuk pulang. 

Perhatiakan ayat 6-8. Bayangkan sukacita yang akan mereka alami, kegembiraan yang akan mereka temukan, dan banyaknya harta yang akan mereka bagikan di kemah masing-masing! "Pulanglah ke kemahmu dengan kekayaan yang banyak dan dengan sangat banyak ternak, dengan perak, emas, tembaga, besi dan dengan pakaian yang sangat banyak. Bagilah dengan saudara-saudaramu jarahan yang dari musuhmu itu" (ayat 8).

Mengapa mereka begitu setia dan bertempur sampai akhir? Tentunya bukan karena harta semata, "…tetapi kamu setia memelihara perintah TUHAN, Allahmu, kepadamu" (ayat 3). Karena mereka pertama-tama setia kepada Tuhan, Allah mereka. Itu adalah misi-Nya yang mereka jalankan dan nama-Nya yang mereka upayakan untuk dimuliakan. Rasul Paulus menulis untuk jemaat Kolose: “Dan apa pun yang kamu lakukan, lakukan dengan sungguh-sungguh, seperti kepada Tuhan dan bukan kepada manusia, mengetahui bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima pahala warisan; karena kamu melayani Kristus Tuhan” (Kolose 3: 23–24, NKJV).

Bacalah ayat 5. Apa pesan Yosua kepada mereka ketika kembali pulang ke kemah masing-masing? Yosua lebih memperhatikan perjalanan hidup beriman rakyatnya daripada apa pun. Mereka telah mengalami kemenangan di Kanaan ketika mereka dan Yosua mengasihi Tuhan dan menaati Firman-Nya (1: 7–8). Sesungguhnya perhatian Yosua bukan pada bagaimana memelihara harta warisan yang sangat banyak (ternak, perak, emas, tembaga, besi dan pakaian yang sangat banyak), tetapi kesetiaan melakukan segala perintah dan hukum Tuhan yang diwariskan dari jaman Musa kepada mereka.

Memiliki harta kekayaan memang penting, dan mewariskannya juga baik. Tetapi yang lebih penting adalah memiliki warisan "Harta warisan: Iman dan kesetiaan kepada Allah". Hidup yang tetap melekat dan lebih bergantung kepada-Nya, bukan pada berkat-berkat-Nya. Bagaimana dengan warisan iman Saudara? Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd130221)

Friday, 12 February 2021



[Yosua 14:6-15]
Jumat, 12 Februari 2021

"Fondasi Iman dan Keberanian Iman yang Benar"
Bacaan: Yosua 14:6-15

Hari ini dirayakan sebagai Tahun Baru Imlek 2572 (2021) dengan "Shio Kerbau" yang melambangkan keberuntungan melalui kerja keras dan ketabahan. Bagaimana dengan 11 Shio yang lainnya? Bagaimana dengan shio Saudara sendiri? Apakah Saudara percaya bahwa "Tahun Kerbau" ini mendatangkan Hoki (keberuntungan) bagi Saudara, atau sebaliknya? Sebenarnya, apa yang menjadi fondasi dan keberanian iman Saudara menjalani hari-hari ke depan?

Yosua 14 menjelaskan tentang iman yang ideal. Kaleb memiliki komitmen iman yang benar dan Allah menghargainya. Setelah 45 tahun masa pergumulan akhirnya Kaleb memperoleh apa yang dijanjikan Allah sebelumnya, "Lalu Yosua (teman sesama pengintai) memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya,… karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati" (ayat 13-14). Kemudian hari, Hebron milik pusaka Kaleb ini menjadi ibukotanya Daud ketika dia menjadi raja atas Yehuda. Atas dasar apa komitmen iman Kaleb? Dan… apa yang menjadi fondasi harapan hidup Saudara sendiri, dibandingkan dengan Shio keberuntungan Saudara?

Perhatikan ayat 6, 9. 10, 12. Fondasi iman adalah Firman Allah dan janji-Nya. Apa yang telah difirmankan dan dijanjikan Allah, khususnya kepada Kaleb sendiri? Kaleb mengklaim apa yang diucapkan Allah dengan jelas 45 tahun silam, "Engkau tahu firman yang diucapkan TUHAN kepada Musa… Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa" (Yosua 14:6,10; Bilangan 14:30). Kaleb mempunyai perspektif iman yang benar. Dia melihat dan mengingat apa yang Allah sudah kerjakan di masa lalu, dan percaya pada apa yang Allah lakukan di masa depan. Saat menghadapi tantangan kehidupan, ingat janji Firman-Nya dan apa yang Allah kerjakan.

Obyek iman merupakan bagian yang penting dari iman. Jangan beriman pada iman itu sendiri atau pada perasaan. Kebaikan dan Firman Tuhan apa saja yang Saudara ingat yang menjadi fondasi harapan Saudara? Dibandingkan Shio keberuntungan Saudara di "Tahun Kerbau" saat ini?

Perhatikan ayat 12. Keberanian iman yang benar. Sekarang, Kaleb meminta daerah kota-kota besar dan berkubu yang ada orang Enak (raksasa) yang menakutkan banyak orang. Sebelumnya, Yosua dan Kaleb hampir saja mati dilempari batu oleh 10 Pengintai dan orang-orang Israel. Mereka ketakutan dan menolak terus maju mengikuti Yosua dan Kaleb yang berani karena iman.

"Mungkin TUHAN menyertai aku…" Mengapa memakai kata mungkin bukan pastilah?  Apakah Kaleb kurang beriman pada waktu berharap janji Allah seperti yang difirmankan-Nya? Kaleb berani beriman, dengan berpegang pada apa yang Allah janjikan dan katakan tentang diri-Nya. "Dia Mahakuasa". Tetapi Kaleb tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Bukan tidak beriman, tetapi Kaleb bertindak dengan rendah hati.

Apakah kehendak Saudara pribadi selalu sesuai dengan kehendak-Nya? Ada yang berdoa dengan yakin "pasti sembuh" tetapi lain kenyataannya. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:8-9). 

Kaleb memiliki iman yang teguh, yang telah teruji melalui ketaatannya kepada Allah. Fondasi imannya ada pada Allah dan janji-Nya, bukan pada perasaannya sendiri. Dia memiliki keberanian untuk terus bertindak dalam iman yang benar, dan kerendahan hati untuk menerima setiap keputusan Tuhan. 

Bagaimana Saudara menghadapi hari mendatang? Apakah seperti Kaleb dengan "Fondasi Iman dan Keberanian Iman yang Benar", dibandingkan dengan shio Saudara dan hoki yang dijanjikannya? Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd12221)

Thursday, 11 February 2021

[Yosua 14:1-11]
Kamis, 11 Februari 2021

"Allah menghargai komitmen iman Saudara"
Bacaan: Yosua 14:1-11

Saudara…masih ingatkah kapan Saudara pertama kali menyatakan komitmen iman untuk sungguh-sungguh hidup beriman kepada Allah? Bukan sekedar pernyataan iman di mulut Saudara dalam upacara-upacara ibadah, tetapi pernyataan dari hati Saudara sendiri saat pertobatan Saudara. Apakah Saudara sungguh-sungguh setia dengan komitmen tersebut? Allah tetap setia dan menghargai komitmen iman Saudara.

Perhatikan ayat 1-5. Akhirnya umat Allah bisa menaklukkan tanah Kanaan; Allah setia menepati janji-Nya. Ingat…. lebih dari empat ratus lima puluh tahun telah berlalu sejak Allah memanggil Abraham keluar dari negerinya, dari sanak saudaranya dan dari rumah bapaknya di Ur Kasdim untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukkan Allah, dan memandangnya sebagai rumah masa depan umat-Nya. 

Ingat... janji Allah ratusan tahun sebelumnya yang diberikan kepada Abraham (Kejadian 12:1-3), dan diulangi selama beberapa generasi, telah telah tiba pada akhirnya.  Betapa panjang sabar dan setianya Allah menolong umat-Nya; dari ratusan tahun perbudakan di Mesir, keluar dan mengembara di padang gurun, menyeberang sungai Yordan, jatuhnya Yerikho dan berbagai kemenenangan berikutnya. Kanaan yang begitu lama menjadi "Tanah Perjanjian" akhirnya mereka diduduki.

Perhatikan ayat 6-11. Ingatkah Saudara tentang siapa Kaleb (Bilangan 13)? Kaleb dan Yosua hampir saja mati dirajam batu  karena mempunyai pandangan iman yang berbeda dari 10 Pengintai lainnya dan seluruh Israel (Bilangan 14:10). Kaleb berani menantang arus, memegang teguh imannya, bahkan melawan mayoritas umat Allah sendiri yang melakukan hal yang tidak benar. Perhatikan, saat itu umur Kaleb 40 tahun dan sekarang usianya 85 tahun; jadi sudah 45 tahun Kaleb memegang komitmen imannya dan janji Allah.

Saudara tahu arti nama Kaleb (bandingkan dengan nama Yosua)? "Anjing", yang menggambarkan binatang yang mengais-ngais sampah. Sebutan dunia kuno yang tidak baik untuk nama seseorang. Tetapi orang ini memiliki komitmen iman yang benar. Komitmen iman yang berani menantang arus demi kebenaran. Dan Allah menghargainya. Bagaimana dengan komitmen iman Saudara? Tuhan Yesus Kristus memberkati. 🙏(erd110221)

Wednesday, 10 February 2021

 [Yosua 11:1-15]
Rabu, 10 Februari 2021

"Tantangan hidup terus berlanjut, jangan takut"
Bacaan: Yosua 11:1-14

Hidup terus berlanjut, tantangan hidup silih berganti menyertainya. Tak terduga, terjadi pandemi Covid-19 melanda dunia; jutaan nyawa jadi korbannya. Tak terbayangkan sebelumnya, terjadi krisis dalam segala aspek hidup manusia. Apakah Saudara menghadapi tantangan hidup yang terlihat semakian berat? Saudara merasa tidak sanggup lagi menghadapinya? Perhatikan, bagaimana perjalanan hidup bangsa Israel setelah keluar dari perbudakan Mesir dan sebelum masuk Tanah Perjanjian? Ada tantangan dan peperangan yang harus mereka hadapi, yang semakin berat sebelum akhirnya berhasil menduduki Tanah Perjanjian.

Perhatikan Yosua 11:1-5. Ingat, sebelumnya Yosua dan bangsa Israel menghadapi Yerikho dengan mengitari tembok kota yang akhirnya runtuh. Tetapi kalah dari Ai, kota yang lebih kecil; dan akhirnya menang setelah bangsa Israel bertobat dari dosanya. Setelah menang dari satu kota, selanjutnya mereka harus menghadapi lawan yang lebih berat lagi, 5 kota di bagian Selatan Kanaan yang bersatu; dan mereka menang lagi karena Allah menyertai mereka. Tetapi sekarang, mereka harus menghadapi lawan yang lebih berat lagi, persatuan raja-raja di Utara Kanaan yang jauh lebih banyak dari mereka. _"Kemudian keluarlah raja-raja ini bersama-sama semua tentaranya, amat banyak rakyat, seperti pasir di tepi laut banyaknya, beserta sangat banyak kuda dan kereta."_ (ayat 4). Mereka belum pernah menghadapi pasukan dengan penunggang kuda dan kereta kudanya.

Perhatikan ayat 6-8. Lalu apa yang dikatakan Allah kepada Yosua, "Janganlah takut menghadapi mereka.." Bangsa Israel harus terus maju mengalahkan musuh yang jumlahnya lebih banyak itu, dan harus menjaga waktu yang telah ditetapkan Allah (ayat 7). Perjalanan satu hari yang berat dan menakutkan, walaupun sebelumnya Allah telah menolong mereka. Dan Yosua mentaatinya; Allah menyerahkan semua musuh kepada mereka (ayat 8, 19).

Perhatikan ayat 9. Mengapa kuda-kuda harus dilumpuhkan dan kereta-kereta perang harus dibakar? Bukankah semuanya itu bisa menjadi jarahan perang yang sangat bermanfaat bagi hidup selanjutnya? Tetapi Allah tidak menghendakinya. Mereka harus selalu ingat bahwa Allah yang membuat mereka menang dan mereka tidak bergantung pada diri sendiri dengan kekuatan militernya. Dan Yosua tunduk dan taat pada Allah. Yosua menyangkal diri dengan yakin pada Allah dibandingkan hal-hal yang duniawi, "tidak ada sesuatu yang diabaikan Yosua dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa" (ayat 15).

Tantangan hidup kelihatan semakin berat, tetapi kehidupan harus terus dilanjutkan. Perhatikan, Kanaan tidak begitu saja diberikan Allah kepada mereka. Mereka harus melewati berbagai tantangan dan peperangan. Peperangan yang telah diatur Allah, mulai dari 1 kota – 5 kota yang lebih besar, dan kemudian lebih banyak lagi seperti pasir di tepi laut banyaknya. Allah menyertai mereka dengan tantangan dan disiplin yang semakin keras, untuk percaya kepada-Nya lebih besar lagi, dan menikmati kemenangan-Nya yang lebih tinggi juga.

Perhatikan. Allah menyertai Yosua, seperti seorang ibu yang memberikan dorongan kepada anaknya "Janganlah takut menghadapi mereka..." Janji bahwa Allah yang akan berperang, menolong Yosua terus maju dalam ketaatannya. Allah peduli mengarahkan Yosua untuk mengandalkan kekuatan-Nya dan bergantung pada-Nya. Allah memperhatikan dengan mengatur tantangan-tantangan yang dihadapi Yosua, dan menyelesaikannya. Allah peduli memelihara iman umat-Nya secara langsung.

Jadi, apakah tantangan hidup yang silih berganti dan terlihat terlalu berat membuat Saudara takut dan menyerah? Bagaiama seharusnya Saudara menghadapinya seperti Yosua menghadapi tantangan hidupnya. "Tantangan hidup terus berlanjut, jangan takut" Allah menyertai dan mengasihi Saudara. Bacalah 1 Korintus 10:13. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd100221)

 

Tuesday, 9 February 2021

[Yosua 10:1-15]
Selasa, 9 Februari 2021

"Integritas: mengutamakan Allah, percaya janji-Nya, strategi yang tepat, dan doa" 
Bacaan: Yosua 10:1-15

Apakah Saudara menghadapi berbagai masalah dampak dari pandemi Covid-19 yang telah terjadi berbulan-bulan lamanya? Apakah Saudara direpotkan oleh orang-orang di sekitar Saudara yang terkena dampak pandemi Covid-19 tersebut? Bagaimana respon Saudara? Dalam situasi seperti ini, integritas Saudara sangat diperlukan. Integritas dalam hal mementingkan nama Allah dari segala-galanya, mempercayai janji-Nya, membuat strategi yang tepat dan berseru pada-Nya dalam doa. Bacalah Yosua 10:1-28, kisah bagaimana Yosua menghadapi musuh-musuhnya dan menolong orang-orang Gibeon yang menghadapi gempuran dari 5 raja di sekitarnya.

Perhatikan ayat 1-6. Sebelumnya, bangsa Isreal menumpas Yerikho dan Ai serta menundukkan kota Gibeon. Gibeon adalah kota besar dan semua penduduknya adalah pejuang yang perkasa. Nanum demikian, mereka telah menipu Yosua dan bangsa Israel. Hasilnya, bangsa Israel membuat ikatan perjanjian persahabatan dengan mereka. Yang seharusnya ditumpas, sekarang diam di tengah-tengah bangsa Israel. Dan sekarang, karena dianggap berkhianat, 5 kota di sekitanya bersatu siap menggempur Gibeon. Pastilah semua orang Gibeon bisa mati terbunuh, jika tidak mendapat pertolongan. Dan mereka minta pertolongan kepada Yosua dan bangsa Israel yang sebelumnya telah mereka tipu. Apakah Yosua bersedia menolong mereka? 

Perhatikan ayat 7 dan 9. Renungkan. Seandainya membiarkan Gibeon digempur oleh 5 kota yang telah bersatu, pastilah mereka habis terbunuh. Pikirkan, sebenarnya bagi bangsa Israel, lebih baik ada orang Gibeon ataukah tidak? Gibeon yang seharusnya ditumpas dan telah menipu mereka, akhirnya bisa ditumpas bukan oleh bangsa Israel sendiri? Tetapi Yosua (arti namanya: Yehovah itu keselamatan) dan bangsa Israel menolong mereka.

Perhatikan bagaimana mereka menolong orang Gibeon (ayat 7, 9); apakah mereka menolong dengan sungguh-sungguh? Yosua mengerahkan semua pahlawan yang gagah perkasa dan semalam-malaman bergerak maju dan berperang keesokan harinya. Mereka menolong orang Gibeon seperti menolong saudaranya sendiri.

Sekarang perhatikan ayat 8, 10-15. Apa yang dikerjakan Allah? Tersirat bahwa Allah senang dengan apa yang dilakukan Yosua menolong orang Gibeon. Allah meneguhkan hati mereka (ayat 8). Setelah semalam-malaman menuju medan peperangan, Allah tidak membiarkan mereka berperang sendiri (ayat 10,11), "sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN" (ayat 14). Allah memberikan mujizat, bahkan mujizat besar yang belum pernah terjadi (ayat 11-14). Ini adalah mujizat terakhir yang dicatat dalam kitab Yosua. Yosua dan bangsa Israel menang kembali (ayat 15). 

Yosua yang berintegritas, mementingkan nama Allah dari segala-galanya dan Allah memberikannya kemenangan. Perhatikan tiga hal penting: memercayai janji ilahi (ayat 8), menggunakan strategi yang tepat (ayat 9), dan berseru kepada Tuhan dalam doa (ayat 10–15).

Renungkan. Tanpa mereka semua ketahui sebelumnya, Allah memakai peristiwa tersebut untuk mencapai tujuan-Nya sendiri. Allah telah membantu Yosua menaklukkan lima kota sekaligus pada satu waktu! Seperti sebelumnya, dalam anugera-Nya, Allah menggunakan kesalahan Yosua dengan orang Gibeon untuk melindungi Gibeon dan mempercepat penaklukan Kanaan. Yosua mengumpulkan kembali semua orang Israel dan berkata, "Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu..." (ayat 25).  Kata-kata yang Allah ucapkan kepada Yosua ketika ia memulai kariernya (1: 6–9). Yosua adalah tipologi Yesus Kristus yang telah mengalahkan semua musuh-Nya dan suatu hari akan kembali dan menghancurkan mereka selamanya (Roma 16:20).

Apakah Saudara memiliki "Integritas: mengutamakan Allah, percaya janji-Nya, strategi yang tepat, dan berseru pada-Nya dalam doa?" Tuhan Yesus Kristus menyertai dan memberkati Saudara. 🙏(erd090221)

Sunday, 7 February 2021

[Yosua 9:1-27]
Minggu, 7 Februari 2021

"Jangan terburu membuat keputusan tanpa minta persetujuan-Nya"
Bacaan: Yosua 9:1-27

Apakah Saudara telah membuat keputusan yang salah dan fatal akibatnya bagi hidup Saudara (studi, pekejaan, usaha/bisnis, keluarga/pasangan hidup, pelayanan, dsb)? Belajarlah dari kisah Yosua dan bangsa Israel yang tertipu karena telah membuat keputusan yang salah (Kitab Yosua 9:1-27). Iman terancam gagal pada saat mereka gagal menghubungkan keputusan mereka dengan kehendak Allah.   

Perhatikan ayat 1-2. Pasal sebelumnya, bangsa Israel telah menang atas Yerikho dan Ai. Mereka telah menyimak kembali hukum-hukum Allah. Semua yang dinyatakan oleh Allah melalui Musa, telah ditulis kembali di atas batu dan dibacakan kepada seluruh rakyat. Peristiwa selanjutnya, raja-raja Kanaan berkumpul dan bersatu untuk menentang umat Allah. Bangsa Israel harus siap menghadapi tantangan berikutnya, tetapi gagal kembali. Bukan gagal dalam peperangan tetapi gagal mentaati Allah; ­tertipu dan salah mengambil keputusan tanpa meminta keputusan Allah.

Perhatikan ayat 3-13. Apa yang dilakukan orang-orang Gibeon? Bagaimana orang Gibeon yang cerdik telah menipu Yosua dan bangsa Israel? Gibeon terletak hanya 25 Km dari Israel di Gilgal dan ada dalam daftar Yosua untuk dihancurkan. Tetapi mereka berkata ”dari negeri yang jauh” (ayat 6,9). Mereka berbohong tentang makanan dan pakaian mereka (ayat 12). Menyebut “hambamu” (ayat 8, 9, 11) padahal musuh Israel. Bandingkan ayat 3 dan 9; orang-orang ini cukup bijak untuk tidak menyebutkan kemenangan Israel di Yerikho dan Ai, karena berita itu tidak dapat mencapai "negara jauh" mereka secepat itu. Kitab Ulangan 7:1-11 dan 20:10-20 menjelaskan bahwa Israel bisa menawarkan perdamaian ke kota-kota yang berada di luar Kanaan. Entah bagaimana orang Gibeon mengetahui tentang hukum ini dan memutuskan untuk menggunakannya untuk perlindungan mereka sendiri

Perhatikan ayat 14-15. Mengapa akhirnya Yosua dan orang Israel tertipu? Mereka pikir sudah bisa memutuskan berdasarkan pengetahuan Firman Tuhan dan memeriksa “fakta-fakta” (yang semu/tipuan) yang terlihat. Itu kelihatan sangat logis dan meyakinkan, tetapi semuanya salah. Mereka tidak bertanya kepada Allah dan meminta keputusan-Nya.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah merasa sudah cukup dengan tahu Firman Allah dan bersedia mentaatinya? Atau pun gak usah tahu Firman Allah, asal mau rela melayani Allah maka Dia yang harus meluruskan semua jalan; sehingga Saudara tidak perlu berpikir untuk melakukannya dengan cara yang benar? Perhatikan, orang Israel pikir dirinya sudah rela, mau taat dan sudah tahu Firman Tuhan, tetapi ternyata masih tertipu juga.

Sebenarnya, Allah telah menyediakan sumber bagi bangsa Isreal untuk menghadapi kejadian terebut. Yosua sebenarnya dapat mencari kehendak Allah denga bertanya kepada Imam Besar (lihat Bilangan 27:18-21), namun dia tidak melakukannya. Meskipun pada mulanya dia telah curiga (Yosua 9:7), namun akhirnya dia tertipu. Pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya bukanlah segalanya.

Perhatikan ayat 16-27. Setelah mereka mengadakan perjanjian barulah mereka sadar sudah tertipu. Terjadilah perselisiha antara umat dan Pemimpin (ayat 18-19). Umat berpikir untuk membunuh orang Gibeon yang sudah menipu mereka, tetapi Pemimpin tidak setuju. Meskipun kesalahan yang dilakukan Israel hanya berdasarkan tipuan belaka, namun mereka telah melibatkan Allah, nama-Nya dan reputasi-Nya dalam kesalahan tersebut. Jika Israel melanggar perjanjian yang telah mereka buat  sendiri, maka pelanggaran tersebut sama saja dengan menajiskan nama Tuhan, Allah Israel di antara seluruh bangsa Kanaan. Pelanggaran ini akan mendatangkan murka Allah, seperti peristiwa yang terjadi ratusan tahun berikutnya ketika Saul membunuh orang-orang Gibeon. Tuhan memberikan kelaparan selama 3 tahun dan 7 keturunan Saul mati digantung (Kitab 2 Samuel 21).

Terakhir, perhatikan ayat 27. Untung sekali Yosua tidak membunuh orang-orang Gibeon pada waktu itu. Ini menjadi anugerah Allah bagi Gibeon bisa hidup di tengah umat Allah. Menjadi apa orang Gibeon sekarang? Bayangkan, hidup baru orang Gibeon disekitar urusan mezbah TUHAN bisa menjadikan mereka akhirnya bertobat. Tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa keturunan Gibeon menciptakan masalah bagi Israel. Dalam peristiwa ini, Yosua dan orang Israel bersalah; tetapi kelemahan manusia dipakai Allah untuk menggenapi rancana kasih-Nya.

Seperti Yosua dan bangsa Israel, Saudara saat ini tinggal di wilayah musuh dan harus senantiasa berhati-hati. Karena musuh tahu bagaimana menggunakan Firman Allah untuk tujuan mereka sendiri, umat Allah haruslah tetap waspada. Banyak orang cenderung mengijinkan keadaan di sekitar mereka mendahului penilaian  mereka terhadap Firman Allah untuk memahami kehendak Allah dalam hidup mereka. Bagaimana dengan Saudara? "Jangan terburu membuat keputusan tanpa minta persetujuan-Nya". Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd070221)

Saturday, 6 February 2021

 [Yosua 8:30-35]
Sabtu, 6 Februari 2021

Bacaan: Yosua 8:30-35

Renungkan. Di akhir minggu ini, bagaimana persekutuan pribadi Saudara dengan Allah? Kebenaran-kebenaran Firman Allah apa saja yang sudah Saudara pelajari? Adakah komitmen-komitmen untuk mentaati Firman-Nya dalam hidup selanjutnya?

Perhatikan Yosua 8:30-35. Pergumulan, kekalahan, pertobatan, pemulihan Tuhan dan kemenangan yang diperoleh kembali oleh Yosua dan bangsa Israel, bukanlah akhir cerita. Hal penting apa yang kemudian dilakukan oleh Yosua dan bangsa Israel? Komitmen baru tetap taat pada perintah Tuhan.

Beberapa saat setelah kemenangan di Ai, Yosua memimpin orang-orang 48 Km ke utara ke Sikhem, yang terletak di lembah antara Gunung Ebal dan Gunung Gerizim. Di sini bangsa itu mematuhi apa yang Musa telah perintahkan untuk mereka lakukan dalam pidato perpisahannya (Ulangan 27: 1–8). Yosua menghentikan kegiatan militer untuk memberi Israel kesempatan membuat komitmen baru kepada otoritas Yehuwa seperti yang dinyatakan dalam hukum-Nya.

Perhatikan ayat 30-31. Bagaimana Yosua membangun mezbah? Sejak Abraham membangun sebuah mezbah di Sikhem (Kej. 12: 6–7), dan Yakub pernah tinggal di sana untuk waktu yang singkat (pasal 33–34), daerah itu memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan Israel. Jauh sebelum mereka masuk Tanah Perjanjian, Musa telah memerintahkan mereka secara terperinci untuk membangun mezbah bagi Allah di gunung Ebal (Ulangan 27:4-7). Dan Yosua mentaatinya.

Mezbah Yosua dibangun di Gunung Ebal, “gunung kutukan,” karena hanya korban darah yang dapat menyelamatkan orang berdosa dari kutukan hukum (Gal. 3: 10-14). Dalam membangun mezbah, Yosua sangat berhati-hati dalam menaati Kitab Keluaran 20:25 dan tidak menggunakan alat apapun pada batu yang terangkat di lapangan. Tuhan meminta sebuah mezbah batu yang sederhana, bukan yang dirancang dan didekorasi oleh tangan manusia, “supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1 Korintus 1:29). Dengan pengorbanan ini, bangsa Israel meyakinkan Tuhan atas komitmen mereka kepada-Nya dan persekutuan mereka dengan-Nya.

Perhatikan ayat 32-33. Yosua menulis salinan hukum Musa. Di Timur Dekat pada masa itu, merupakan kebiasaan bagi raja untuk merayakan kebesaran mereka dengan menulis catatan tentang eksploitasi militer mereka di atas batu besar yang dilapisi dengan plester. Tapi rahasia kemenangan Israel bukanlah pemimpin atau pasukan mereka; itu adalah ketaatan mereka pada hukum Allah (Yos. 1: 7–8). Di tahun-tahun berikutnya, setiap kali Israel berpaling dari hukum Tuhan, mereka mendapat masalah dan harus didisiplinkan. "Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?tanya Musa. (Ulangan 4: 8).

Ini sekarang menjadi monumen umum keempat dari batu yang telah didirikan. Yang pertama adalah di Gilgal (Yosua 4:20), memperingati perjalanan Israel menyeberangi Sungai Yordan. Yang kedua di Lembah Akhor, sebuah monumen dosa Akhan dan penghakiman Tuhan (7:26). Yang ketiga di pintu masuk ke Ai, pengingat kesetiaan Tuhan untuk membantu umat-Nya (8:29). Batu-batu di Gunung Ebal ini mengingatkan Israel bahwa keberhasilan mereka hanya terletak pada ketaatan mereka pada hukum Allah (1: 7–8).

Perhatikan ayat 34-35. Yosua membaca segala perkataan hukum Taurat. (ayat 34–35). Yosua sekarang menegaskan kembali hukum di tanah perjanjian. Karena daerah antara Gunung Ebal dan Gunung Gerizim adalah amfiteater alami, semua orang dapat mendengar kata-kata hukum dengan jelas dan menanggapinya dengan cerdas. Kepada siapa saja Yosua membacakan Hukum Taurat pada saat itu? Jika mereka ingin ambil bagian dalam penaklukan Israel, mereka harus tunduk pada hukum Allah Israel.

Sekarang Saudara memiliki Firman Allah yang tertulis di dalam hati Saudara oleh Roh Kudus Allah (Roma 8: 1-4; 2 Korintus 3). Paulus menjelaskan bahwa meskipun hukum dapat menghukum orang berdosa dan membawa mereka kepada Kristus (Galatia 3: 19-25), hukum tidak pernah dapat mengubah orang berdosa dan membuat mereka seperti Kristus. Hanya Roh Allah yang bisa melakukan itu.

Jadi, apakah Saudara memiliki waktu yang tetap, menyimak kembali Firman Allah, menyembah dan memuji Dia? Mengerti kehendak Allah dan mentaatinya serta menikmati pempinan-Nya dalam hidup Saudara.  "Milikilah waktu dengan Allah untuk tetap memiliki pandangan hidup yang benar" Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd060221)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...