Wednesday, 7 July 2021



[Mazmur 13]
Rabu, 7 Juli 2021.

(Renungan Mazmur 13)

Ratapan kesedihan dalam penderitaan, pergumulan yang berlanjut seperti tidak ada ujungnya, perasaan bahwa Tuhan melupakan dan mengabaikan; itukah yang Saudara alami saat ini? Saat pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman nyawa ataupun pergumulan hidup lain yang menyertainya?  Bacalah dan renungkan Mazmur 13, mazmur ratapan.

Kitab Mazmur adalah bagian Alkitab yang banyak berisi pikiran-pikiran manusia ketika berbicara kepada Tuhan. Bukan saja penyembahan kepada Tuhan, tetapi juga ungkapan pada masa kesulitan dan kesedihan. Seperti Mazmur 13, Daud berbicara kepada Tuhan mengenai kesulitan hidupnya dengan tulus dan tidak berpura-pura. Daud mengalami banyak kesulitan dan pergumulan hidup, bahkan nyawanya terancam juga, dan dia datang kepada Tuhan. Perhatikan, walaupun dalam bentuk lagu, mazmur ini sebenarnya merupakan doa yang dinyanyikan dengan kuat secara langsung kepada Tuhan. Ada lima bagian dalam mazmur ratapan ini dan ada pergerakan yang penting di dalamnya. Mulai dengan keluhan emosional dan pergumulan, tetapi berakhir dengan pujian kepada Tuhan. Bukan ratapan kosong. Jadi, Tuhan mengijinkan Saudara membawa ratapan Saudara kepada-Nya. Perhatikan lima hal penting dalam ratapan ini.

Pertama, ayat 1-2. Mengeluh kepada Tuhan dengan mengatakan “Ya..TUHAN”. Hal ini penting; dalam pergumulannya, Daud percaya bahwa pergumulannya berarti bagi Tuhan. Daud berbicara secara langsung kepada Tuhan dengan asumsi Dia mendengarkan. Setiap orang yang menerima Kristus diberikan kuasa menjadi anak-anak Tuhan, mempunyai Seseorang dimana mereka bisa mencurahkan hati dan mempercayakan pergumulan mereka. Tuhan Yesus Kristus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil Matius 11:28). Mereka diundang untuk berani menghampiri hadirat Tuhan (Ibrani 4:16; 10:19). Inilah yang dilakukan Daud dalam pergumulannya; datang langsung kepada Tuhan dan percaya disambut dalam hadirat-Nya. Jadi, pemazmur mulai dengan menujukan lagu ratapannya kepada Tuhan.

Kedua, ayat 2-3. “Berapa lama lagi..., Tuhan?”. Banyak orang tidak senang mendengar keluhan orang lain, tetapi Daud percaya bahwa Tuhan memahami isi hatinya. Kondisi masalah Daud tidak tertulis jelas, tetapi tersirat yang menjadi kekhawatiran terbesarnya adalah kekhawatiran-kekhawatiran itu sendiri. “Berapa lama lagi?” dikatakan sampai empat kali, sepertinya pergumulan akan terus berlangsung dalam hidupnya. Seakan-akan Tuhan melupakan dia, Tuhan menyembunyikan wajah-Nya, tidak peduli pada kesedihannya, dan musuhnya ditinggikan. Inilah hal berat yang dialaminya hingga akhirnya mengeluh. Satu tantangan besar dalam kehidupan adalah tidak mengerti sepenuhnya apa yang dilakukan Tuhan sepanjang waktu. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan” (Kitab Yesaya 55:8). Walaupun mengerti apa yang sedang dialaminya, tetapi Daud tidak mengetahuai apa yang Tuhan sedang kerjakan dengan hal tersebut.

Ketiga, ayat 4-5. “Pandanglah...jawablah,” pemazmur tidak hanya meminta Tuhan melihat persoalannya, tetapi juga untuk terlibat dalam pergumulannya dan menjawab kebutuhannya. “Buatlah mataku bercahaya,”  ini berarti membiarkan orang lain untuk memilih jalannya. Daud meminta kebijaksanaan bagaimana harus merespon pergumulan yang dihadapinya dengan baik. Tuhan adalah Tuhan yang penuh dengan kebijaksanaan dan Dia ingin agar setiap orang menjalani kehidupan dengan bijaksana (bacalah Yakobus 1:5). Ketika menghadapi tantangan, yang terbaik adalah datang kepada Tuhan dan meminta kebijaksanaan, karena Dia pasti memberikannya seperti janji-Nya sendiri. Kebijaksanaan Tuhan diberikan melalui Alkitab, pimpinan Roh Kudus, dan bisa juga datang melalui orang-orang yang bijaksana. Menariknya, ketika Daud meminta Tuhan memberikan kebijaksanaan, hal ini menjadi titik peralihan dari mazmurnya.

Keempat, ayat 6a. “Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya.”  Ini membuka pintu pemahaman yang baru, ketika Daud beralih dari kebimbangan kepada kepercayaan. Keadaan Daud sebenarnya belum berubah, tetapi ketika dia merenungkan kebaikan Tuhan di masa lalunya, dia bisa melihat masa depannya. Kebijaksanaan yang diterima Daud menghasilkan perspektif, melihat dan merenungkan kasih Tuhan untuk bertindak. Pada waktu muda, ketika Daud dengan sukarela melawan Goliat yang sudah menakutkan semua orang, Daud berefleksi kepada kasih Tuhan pada masa lampau. Tuhan memampukan Daud mengalahkan singa dan beruang yang mengancam dombanya, maka sekarang dia percaya melawan Goliat, orang Filistin yang tidak bersunat, yang telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup (1 Samuel 17:34-37). Dan itulah yang sekarang dilakukannya. Kelihatannya Tuhan tidak menyelamatkan Daud pada saat ini, tetapi Daud tahu pasti bahwa Tuhan akan menyelamatkan. Tuhan setia pada masa lampau dan tetap setia, dan karenanya akan menyelamatkan Daud sekarang. Dan Daud menyembah Tuhan karena kesetiaan-Nya itu. Daud beralih dari mempertanyakan Tuhan kepada percaya dan berserah kepada Tuhan. Inilah komponen penting dalam mazmurnya ini, dari ratapan kepada melihat kasih Tuhan dengan hati yang bersukacita.

Terakhir, ayat 6. Apakah kondisi yang dialami Daud nampak sudah berubah?  Tetapi, mulai dengan keluhan dan berakhir dengan pujian. Daud sadar bahwa Tuhan hadir di masa sulitnya walaupun dia tidak tahu apa yang dilakukan Tuhan untuk menyelesaikan masalahnya. “Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku”. 

Kiranya mazmur ini meneguhkan Saudara saat ini. Datanglah kepada-Nya yang sedia mendengarkan ratapan Sauadara dan menolong Saudara. Ketika Saudara berani dengan jujur datang bergumul dengan Tuhan, iman Saudara akan diperkuat. Yakin bukan karena siapa diri Saudara tetapi karena siapa Tuhan yang Saudara sembah. Ketika Saudara menghadapi pergumulan, ketika Saudara menyatakan diri pada kebijaksanaan Tuhan, Saudara diingatkan akan kebaikan dan kesetiaan Tuhan. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd070721) 

Thursday, 1 July 2021



[Kejadian 29:16-35]
Kamis, 1 Juli 2021

 “Tuhan sanggup mendatangkan yang terbaik 
dari penderitaan dan kepedihan yang Saudara alami”.
(Studi Kitab Kejadian 29:16-35)

Apakah Saudara mengalami masa-masa sulit, tidak dikasihi, tertolak, diabaikan, dipermainkan, dilukai, direndahkan, menderita? Saudara mengatakan ”Apakah Tuhan tidak memperdulikan aku yang menderita dengan hati yang hancur ini?” Bacalah Kejadian 29:16-35, kisah Lea.

Perhatikan ayat 16-21. ”Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya” (ayat 17). Tersirat kontras dan ada persaingan antara Lea dan Rahel. Yakub memilih mencintai Rahel. Untuk mendapatkannya, Yakub bersedia bekerja 7 tahun pada Laban (ayah Lea dan Rahel). Bagi Lea, masa yang menegangkan dan bisa memalukan bagi dirinya selama 7 tahun itu.

Perhatikan ayat 22-27. Bayangkan, bagaimana perasaan Lea? Malam itu, Laban yang licik menipu Yakub (penipu ditipu) dan Lea (yang tidak berseri matanya) menjadi sarananya, menjadi istri Yakub. Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" (ayat 25). Pagi itu, Lea melihat 2 pria penting dalam hidupnya (ayah dan suaminya) bertengkar di hadapannya. Bagaimana Lea diperlakukan oleh Laban ayahnya sendiri dan  oleh suaminya? Lea menjadi istri yang tidak dikehendaki dan tidak dicintai.

Perhatikan ayat 28-30. Akhirnya, Rahel menjadi istri Yakub juga. Istri yang elok sikapnya dan cantik parasnya, serta dicintai suaminya. "Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi" (ayat 30). Bagaimana dengan Lea? Bagaimana kehidupan Lea ke depannya, bersama suami yang tidak menginginkan dirinya, bersama istri kedua yang lebih dicintai suami, dan bersama budak-budak perempuan di rumahnya? Apalagi dalam dunia kuno saat itu, wanita dipandang rendah dan tidak mempunyai pilihan!

Perhatikan ayat 31-35. Tuhan tidak diam. Tuhan tahu apa yang terjadi pada Lea. Tuhan sangat terlibat dalam semua situasi yang dialami Lea. "Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya" (ayat 31). Lea melahirkan anak laki-laki bagi Yakub. Dalam dunia kuno, seorang wanita yang bernilai adalah wanita yang melahirkan anak laki-laki bagi suaminya. Dan Tuhan menggunakan budaya ini untuk menyatakan kasih-Nya atas Lea untuk menemukan harga dirinya. Tetapi apakah itu cukup untuk Lea mendapat cinta suaminya?

Lea berusaha mendapatkan kasih dan perhatian dari suaminya, sampai kelahiran anaknya yang ke-4. Perhatikan nama yang diberikan untuk setiap anak dan apa yang menjadi alasannya! Ruben: "terlihat" dan kata Lea "sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku" (ayat 32). Simeon: "mendengar" (ayat 33). Lewi: "harapan untuk keterikatan". Lea berkata "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku" (ayat 34). Tersirat, tidak pula Lea dicintai oleh Yakub suaminya. Status sebagai istri yang pertama dan lahirnya anak laki-lakinya tidak menolong apa-apa. Dan lahirlah anak ke-4, Yehuda: "terpujilah Tuhan". Perhatikan, sekarang Lea tidak lagi fokus mencari perhatian manusia, "Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN" (ayat 35). Kini, Lea mendapat harga diri dalam Tuhan daripada mencari perhatian dari Yakub suaminya. Tetapi kepedihan berlanjut ke kepedihan berikutnya. Rahel punya anak juga, yaitu Yusuf (Kejadian 30:24). Anak yang paling disayang dalam keluarga ini, karena lahir dari istri tersayang. Ingat, nantinya Yusuf sangat vital perannya bagi kesejahteraan keluarga besar Yakub; saat Yusuf menjadi Pejabat di Mesir (Kejadian 41-50). Bagaimana dengan anak Lea sendiri?

Tuhan sanggup mendatangkan yang terbaik dari penderitaan dan kepedihan yang dialami Lea. Justru Lea dan anaknya (Yehuda: “terpujilah  Tuhan”) masuk dalam kisah Yesus Kristus. Lea tidak menyadarinya bahwa dari keturunannya lahir Mesias, Juruselamat. Yehuda akan melahirkan keturunan yang menjadi leluhur Yesus Kristus. (baca Injil Matius 1:1-3). Dan yang menarik, pada akhirnya Yakub pun sadar pada akhir hidupnya (Kejadian 49:8-12, 32). Dekat makam siapa Yakub ingin dikuburkan? Dekat Lea, yang tidak dikasihi sepanjang hidupnya tetapi sangat dikasihi oleh Tuhannya.

Seberat apapun pergumulan hidup Saudara saat ini, saat pandemi Covid-19 ini, Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan sanggup mendatangkan yang terbaik bagi Saudara. Tuhan mengasihi Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (010721)

Wednesday, 30 June 2021



[Matius 28:5-7, 18-20]
Rabu, 30 Juni 2021

 “Mulailah kembali bersama Yesus! Memulai kembali bersama Kitab Suci! Memulai kembali dengan kelaparan rohani!”
(Renungkan Matius 28:5-7, 18-20)

Wah...rasanya cepat sekali ya, sudah setengah jalan melewati tahun 2021 dan tahun kedua pandemi Covid-19. Bagaimana dengan resolusi, rencana kehidupan dan komitmen untuk hidup bagi Tuhan, yang Saudara sudah niatkan pada akhir tahun lalu dan memasuki tahun baru 2021 ini? Masih ingatkah? Besok, Saudara mulai memasuki setengah jalan berikutnya di tahun 2021 ini. Renungkanlah Matius 28:5-7, apa yang dikatakan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya.

Perhatikan ayat 5-6. Setelah penyaliban dan kematian Yesus, hari yang baru dimulai. Hal yang sebenarnya tidak mereka pikirkan dan harapkan sebelumnya. Yesus bangkit dari kematian dan menyampaikan kepada murid-murid-Nya, mulai dengan perempuan-perempuan yang menengok kubur Yesus di pagi itu.

Perhatikan ayat 7. Malaikat Tuhan yang wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya bagaikan salju, berkata kepada perempuan-perempuan itu,

“Katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia mendahuli kamu ke Galilea. Temuai Dia di Galilea.” Yesus telah dibangkitkan dari kematian. Dia ingin bertemu murid-murid-Nya untuk memberi semangat mereka, untuk menyaksikan kepada mereka kemuliaan dan kuasa Allah, dari hidup yang dibangkitkan, dari kebenaran, dari keselamatan dalam Injil.

Dia ingin bertemu murid-murid-Nya untuk memuridkan mereka sebagai para pemimpin gereja mula-mula, sebagai para pemimpin rasuli. Apa yang Dia katakan? Temuai Aku di Galilea.”

Renungkan. Mengapa Galilea? Mengapa tidak menemui Yesus di Yerusalem? Mereka semuanya sudah ada di Yerusalem! Bukankah Yesus bisa saja muncul kepada mereka di Yerusalem dan berkata, “Marilah, kita bicara. Marilah kita mantabkan kemuridan dan kepemimpinan.” Mengapa menemui Yesus di Galilea?

Galilea berada sekitar 120 Km jauhnya. Diperlukan sekitar 6 atau 7 hari untuk mencapainya, dan dimana mereka berada di Yerusalem ke Galilea. Mengapa Yesus meminta mereka untuk berjalan jauh yang memerlukan waktu hampir 1 minggu untuk mencapainya? Mengapa tidak melakukannya di Yerusalem, pusat agama dunia? Mungkin ada diantara mereka yang bertanya, bisakah Dia yang mati di kayu salib, yang kakinya ditusuk dengan paku, bisa sampai ke Galilea? Apakah benar Dia akan ada di Galilea? Perjalanan yang tidak mudah. Tetapi akhirnya mereka menaatinya.

Apa yang begitu spesial tentang Galilea? Jawabannya? Karena Galilea adalah tempat pertama mereka mendengar undangan untuk pertama kalinya, “Ikutlah Aku”. “Aku akan menjadikanmu penjala manusia”. Galilea adalah tempat kemuridan. Galilea adalah tempat dimana mereka pertama kali menerima panggilan mereka. Galilea adalah cinta pertama mereka. Galilea adalah dimana Yesus berkata kepada mereka, “Jadilah murid-Ku.” Yesus sendang mengatakan kepada mereka, “Pergilah ke Galilea karena di sana, kau kembali kepada cinta pertamamu, kau akan memulai semuanya kembali!”

Saudara, meninggalkan setengah perjalanan di tahun 2021, dan melanjutkan perjalanan hidup  di hari-hari berikutnya, mulailah kembali bersama Yesus! Memulai kembali bersama Kitab Suci! Memulai kembali dengan kelaparan rohani! Memulai semuanya kembali dan berkata, “Tuhan, aku akan menemui-Mu di Galilea. Aku akan kembali kepada cinta pertamaku karena itulah segala sesuatunya tentang menjadi murid-Mu!”

Mengutamakan Firman Allah yang mengajarkan kebenaran sehingga di dalam hati Saudara ada api yang terus menyala, ada penyembahan yang mengantar Saudara untuk kembali kepada cinta pertama Saudara kepada-Nya tanpa melupakannya atau melarikan diri! Menjadi murid-Nya yang memuridkan orang lain, bahkan dalam pergumulan Pandemi Covid-19 saya. Seperti anugerah yang diterima perempuan-perempuan itu, beritakanlah Kabar Baik. Menikmati kenyataan kuasa-Nya atas segala kuasa di sorga dan di bumi, dan pemeliharaan-Nya bahwa “Dia menyertai Saudara senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Injil Matius 28:18-20, ayat terakhir Injil ini). Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd300621)  

Tuesday, 29 June 2021



[1 Samuel 1]
Selasa, 29 Juni 2021

 

“Doanya dipenuhi emosi dukacita dan sukacita, serta kesediaannya

untuk menyerahkan anak yang begitu dirindukannya kepada Tuhan”.

(Studi Kitab 1 Samuel 1 – Ketangguhan Emosi)

 

Di dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, kitab 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokrasi. Kitab 1 Samuel sendiri meliputi hampir 100 tahun sejarah Israel – dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (1105-1010 sebelum Masehi) – dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. Menariknya, kitab ini diawali dengan kisah istri yang mandul, yang tersakiti oleh istri kedua dari suaminya, menerima ejekan, menangis, dan terjadi dari tahun ke tahun. Perempuan itu bernama Hana (“kesayangan, belas kasihan”), punya ketangguhan emosi, yang suka berdoa, yang melahirkan Samuel. Bacalah kitab 1 Samuel 1:1-28, tentang ketangguhan emosi.

Perhatikan ayat 1-8. Hana memperlihatkan cara bertahan yang berfokus pada emosi yang benar. Karena ia mandul, ia diejek Penina, istri kedua dari suaminya, yang memiliki anak laki-laki dan perempuan. Ketika Penina mengejeknya, Hana menangis, sehingga suaminya menghiburnya.

Perhatikan ayat 9-11. Selain menangis tentang kemandulannya, Hana juga berdoa dengan sungguh-sungguh, menyampaikan kepada Tuhan segala perasaan dan keinginannya.

Dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya" (ayat 10-11). 

 

Perhatikan ayat 11-18. Pada waktu mengunjungi rumah Tuhan, Hana terus berdoa dengan sungguh-sungguh begitu lama tanpa suara, sampai imam Eli menyangka ia sedang mabuk dan menegurnya. Hana memberitahukan kepadanya bahwa ia tidak mabuk, namun “mencurahkan isi hati(nya) kepada Tuhan” dan berdoa “karena besarnya cemas dan sakit hati” (ayat 15-16). Imam Eli memberkatinya, dan hati Hana dikuatkan kembali.

 

Perhatikan ayat 19-28. Tuhan menjawab doa Hana dan ia melahirkan seorang anak laki-laki bernama Samuel (“didengar Allah”). Hana dapat bersukacita atas kelahiran anaknya, meski ia tahu bahwa setelah menyapihnya, ia akan menyerahkan anaknya untuk dibesarkan di Bait Allah, sebagai anak yang dipersembahkan kepada Allah. Ia mengungkapkan emosinya lagi saat ia menyerahkan Samuel kepada imam Eli, namun kali ini dengan emosi sukacita. Ia berdoa:

 

Hatiku bersukaria karena Tuhan ... Tidak ada yang kudus seperti Tuhan ...

Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan,

tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. ...

      Ia merendahkan, dan meninggikan juga.

(1 Samuel 2:1-2, 5, 7)

 

    Atau, seperti dikatakan dalam terjemahan Alkitab versi The Massage:

 

Sukacitaku meluap-luap dengan kabar dari Allah!

      Seakan aku terbang melayang di udara ...

      Menari-nari karena keselamatan dari Tuhan.

(1 Samuel 2:1, terjemahan bebas versi The Message)

 

Hana terus mengungkapkan pujian, rasa syukur dan kepuasan hatinya. Di Alkitab ia disebut hanya dalam dua pasal saja, tetapi kita tahu bahwa ia seorang perempuan yang kuat sebab ia sanggup untuk menepati janjinya untuk menyerahkan anaknya melayani Tuhan di Bait Allah yang berarti bertemu dia hanya setahun sekali saat ia memberinya pakaian yang dijahitnya sendiri. Setelah itu ia membesarkan lima anak lagi. Hal utama yang membuat Hana diingat ialah doanya yang dipenuhi emosi dukacita dan sukacita, serta kesediaanya untuk menyerahkan anak yang begitu dirindukannya kepada Tuhan.

 

Bagaimana Saudara meneladani ketangguhan emosi Hana? Dalam situasi dan kondisi apapun dalam hidup Saudara, dalam pandemi Covid-19 saat ini? Berserah kepada Tuhan, bersandar kepada-Nya dan bersukacita di dalam-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. [erd290621]

Monday, 28 June 2021



[Ester 10:1-3] 
Senin, 28 Juni 2021

 Gunakanlah semua talenta dan karunia dari Allah untuk mempromosikan kemuliaan-Nya dan berbuat untuk kebaikan bagi semua orang. 
(Studi Kitab Ester 10:1-3)

Kitab Ester ditutup dengan pasal 10, hanya 3 ayat saja. Penulis kitab menegaskan kembali tema dari kitab ini, “realita kepedulian Allah yang memelihara.”  Menunjukkan bagaimana orang Yahudi saat itu dilindungi dan diselamatkan dari ancaman pemusnahan oleh campur tangan Allah melalui Ester dan Mordekhai. Sekalipun nama Allah tidak disebutkan secara khusus dalam keseluruhan kitab, bukti pemeliharaan-Nya jelas sepanjang kitab Ester. Memberikan catatan dan latar belakang sejarah Hari Raya Purim orang Yahudi (Ester 3:6-7; 9:26-28), dan dengan demikian mempertahankan ingatan akan kelepasan yang luar biasa orang Yahudi saat di Persia untuk generasi-generasi yang akan datang, hingga saat ini (bandingkan hari raya Paskah dan pelepasan luar biasa Israel dari Mesir). Bacalah kitab Ester 10:1-3.

Perhatikan Ester 1:1 dan Ester 1:10. Pada awal kitab tertulis, “Pada zaman Ahasyweros - dialah Ahasyweros yang merajai seratus dua puluh tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia” (1:1), dan pada akhir kitab tertulis, “Maka raja Ahasyweros mengenakan upeti atas negeri dan daerah-daerah pesisir juga” (10:1). Ingat kisah sebelumnya, bahkan raja Ahasyweros sempat mendapat ancaman pembunuhan (2:19-23). Dalam pemerintahan kerajaan, telah tampil Haman dengan cincin meterai raja di tangannya dan menggunakannya untuk melaksanakan niat jahat, dan raja menyetujuinya (3:13-15). 75.800 orang di seluruh daerah kerajaan Persia, mati terbunuh karena perang yang seharusnya tidak perlu terjadi (9:12,15,16).

Tetapi akhirnya, kejayaan raja Ahasyweros dan Persia bangkit kembali dan tertulis di dalam kitab sejarah raja-raja Media dan Persia. Tetapi keadaannya sudah berubah, karena sekarang umat Allah di negeri pembuangan pun juga mengalami hari-hari yang lebih baik. Mordekhai, orang Yahudi itu ada di disamping raja Ahasyweros. Mengingatkan pada kisah Yusuf di Mesir, di samping raja Firaun; karena perannya mendatangkan keselamatan bagi Mesir dari bahaya kelaparan dan menjadi berkat bagi keluarga/bangsanya juga (Kejadian 47:13-27). Realita kepedulian Allah yang memelihara umat-Nya dinyatakan.

Perhatikan Ester 10:2. Kebesaran orang yang diperkenan Allah. Saudara melihat kontrasnya? Raja Ahasyweros yang mengenakan upeti, dan Mordekhai yang mengikhtiarkan yang baik bagi bangsanya. Penulis kitab menekankan kekuasaan dan kekayaan yang besar dari raja Ahasyweros (ayat 1) untuk menunjukkan kemurahan Allah yang luar biasa di dalam mengangkat bangsa Yahudi yang dibenci ke kedudukan terhormat di kerajaan yang seagung itu. Semakin besar kejayaan raja Ahasyweros, semakin jaya pula Mordekhai.

Meskipun pembuangan di Persia adalah hukuman bagi ketidaktaatan Israel terhadap hukum Allah, kitab Ester menunjukkan bahwa Allah menggunakan orang-orang Yahudi di pembuangan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Meskipun Israel secara keseluruhan tidak mematuhi niat Allah bagi mereka untuk menjadi "kerajaan para imam dan bangsa yang kudus", tujuan Allah terpenuhi; setidaknya melalui kehidupan beberapa individu. Ester dan Mordekhai adalah beberapa instrumen Allah yang dipilih "untuk saat seperti ini."

Perhatikan Ester 10:3, ayat terakhir kitab Ester. Pernyataan ayat ini mengacu pada seluruh bangsa Israel, bukan hanya pada keturunan Mordekhai saja. Berguna untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya. Mordekhai tidak mengingkari bangsanya sebagai orang Yahudi, dan tidak diragukan lagi berpegang pada kepercayaan kepada Allah yang benar. Dia tidak mencari kekayaan sendiri, tetapi kesejahteraan rakyatnya. Dia tidak hanya berbuat baik, tetapi melakukannya dengan cara yang rendah hati dan ramah dalam perilakunya, dihormati dan disukai banyak orang. Bukankah itu yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan diteladani oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya?

Saudara... dalam pergumulan pandemi Covid-19 yang berat saat ini, percayalah bahwa Allah berdaulat dan peduli memelihara umat-Nya, realita yang sudah ditunjukkan-Nya sepanjang sejarah umat manusia. Seperti Ester dan Mordekhai, menyediakan diri untuk menjadi alat-Nya (apa pun perannya), menjadi sedikit orang yang berguna dan berkat bukan saja bagi keluarga sendiri tetapi juga bagi orang lain dan seluruh bangsa. Saudara hidup oleh iman, keselamatan yang pasti dalam Yesus Kristus Tuhan Saudara. Saat pandemi Covid-19 saat ini, gunakanlah semua talenta dan karunia dari Allah untuk mempromosikan kemuliaan-Nya dan berbuat untuk kebaikan bagi semua orang dengan kasih-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. (erd280621)

Friday, 25 June 2021



[Ester 9:20-32]
Jumat, 25 Juni 2021

 

Masih ingatkah hari dimana Allah menyelamatkan Saudara
dari hukuman kematian kekal? Ingat dan rayakanlah dengan
bersyukur dan tetap hidup taat kepada-Nya.
(Studi Kitab Ester 9:20-32)

Tiba di akhir kisah di kitab Ester, peristiwa yang terus diingat oleh setiap generasi. Setiap tanggal 14-15 bulan Adar, bulan ke-12 pada penanggalan Ibrani (pertengahan Februari - pertengahan Maret), sebulan sebelum Paskah, orang Yahudi mengadakan perayaan Purim yang penuh kegembiraan. Mereka pergi ke sinagog terlibat dalam doa dan mendengar Kitab Ester dibacakan, dan kapan pun nama Haman disebutkan, mereka menanggapi, "Semoga dia terkutuk!" atau "Semoga namanya binasa!" Anak-anak membawa mainan khusus dan menggunakannya untuk membuat suara setiap kali mereka mendengar nama Haman dibaca. Kisah tentang kemenangan orang Israel melawan orang Amalek (Keluaran 17: 8-16) juga dibacakan. Kemudian mereka bersama mengadakan perjamuan penuh kegembiraan, antar-mengantar makanan dan bersedekah kepada orang-orang miskin (Ester 9:19,22). Bagaimana perayaan ini bisa terjadi? Bacalah Kitab Ester 9:20-32.

Perhatikan ayat 20-21, 26. Mordekhai mengirimkan surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, 127 daerah mulai dari India sampai Etiopia, mewajibkan mereka merayakan hari raya Purim setiap tahunnya. Perayaan itu disebut "Purim" untuk mengingat bahwa Haman memakai "pur" atau undi untuk menentukan hari pembantaian semua orang Yahudi di daerah itu (Ester 3:7), tetapi akhirnya Allah membalikkan keadaan dan menyelamatkan mereka.

Perhatikan ayat 22-26a. Mengapa begitu penting perayaan ini sehingga mereka harus merayakannya? “Karena pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira” (ayat 22). Ingat peristiwa setahun sebelumnya, Haman membuat surat perintah untuk membinasakan semua orang Yahudi di daerah Persia (Ester 3:13-15). Surat perintah dengan meterai raja Ahasyweros yang tidak bisa dibatalkan. Tetapi, dalam kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya, niat jahat para musuh ditimpakan balik pada mereka (Ester 9: 24-25). 800 musuh terbunuh di Susan dan 75.000 musuh terbunuh di daerah lainnya, termasuk 10 anak laki-laki Haman (Ester 9:6,15-16). Allah menggenapi rencana penyelamatan umat-Nya dan melaksanakan penghukuman bagi bangsa Amalek, musuh Allah (Keluaran 16:8-17).

Perhatikan ayat 26b-32. Ingat. Mordekhai, orang Yahudi yang hidup di pembuangan, terancam hukuman mati di tiang gantungan; tetapi akhirnya selamat dan menjadi orang penting di Persia dengan cincin meterai raja di tangannya. Ester, gadis asing, yatim piatu; tetapi akhirnya menjadi Ratu di Persia dan menjadi alat Allah untuk keselamatan umat-Nya. Di akhir kisahnya, mereka berdua menulis surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, di 127 daerah mulai dari India sampai Etiopia (lihat Ester 1:1; 9:30), memerintahkan supaya tetap mengingat dan merayakan hari raya Purim dengan penuh sukacita. Inilah bagian akhir kitab Ester, kisah penting yang tercatat dalam sejarah.

Ingatkah Saudara, nama Allah/Tuhan sama sekali tidak tercantum dalam kitab Ester, namun demikian umat-Nya dapat melihat dan mengalami karya-Nya. Allah memiliki rencana indah bagi kehidupan umat-Nya, suatu rencana yang cocok dengan rencana penebusan-Nya yang besar. Pendirian yang teguh dari Mordekhai dan Ester, menjadi teladan bagi mereka. Hari Raya Purim juga menegaskan bahwa Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan dan menolak umat-Nya. Mereka memang dihukum Allah secara dahsyat sehingga ada di pembuangan. Tetapi, penghukuman itu adalah bagian dari belas kasih Allah agar mereka bertobat. Bukankah hal ini berulangkali terjadi dalam hidup umat-Nya, belas kasih Allah menyelamatkan dan memelihara mereka. Bukan karena mereka ini lebih baik daripada bangsa-bangsa lain. Semua itu semata-mata karena kasih dan kesetiaan Allah.

Bukankah itu juga yang terjadi dalam hidup Saudara? Seseorang yang  sudah menerima hukuman kematian kekal, “Sebab upah dosa ialah maut.” “Tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, dan setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Roma 6:23, Yohanes 1:12). Masih ingatkah hari dimana Allah menyelamatkan Saudara dari hukuman kematian kekal itu? Ingat dan rayakanlah dengan bersyukur dan tetap hidup taat kepada-Nya. Beritakanlah kepada setipa generasi. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd250621)

Tuesday, 22 June 2021



[Mazmur 119]
Selasa, 22 Juni 2021

 

Dalam keputus-asaan, temukanlah keutamaan dari
Firman Allah yang menjadi kepuasan dan penghiburannya.
 (Mazmur 119:50,67,71,75,92,176)

"Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" jawab Yesus kepada iblis yang mencobai diri-Nya (Matius 4:4). Kepusatan dan keutamaan Firman Allah tidak bisa dikompromikan. Mengapa kutamaan dari Firman Allah itu begitu penting bagi Saudara? Bacalah Mazmur 119, salah satu mazmur agung tentang Firman Allah.

Mazmur 119 adalah mazmur terpanjang, 176 ayat. Ditulis dalam 22 bagian, dan setiap bagiannya diawali dengan huruf Ibrani secara berurutan mulai dari Aleph sampai Tav. Mazmur ini memang menggambarkan tentang Firman Allah dan kesukaan pemazmur akan Firman. Tetapi ingat, ada konteks emosional yang menarik dan penting, kanvas dimana kesukaan akan Firman itu dilukiskan. Bukan hanya kepuasan dari pemazmur, tetapi yang lebih signifikan lagi adalah “keputus-asaan” dari pemazmur. Dalam keputus-asaannya mencari Allah, pemazmur menemukan keutamaan dari Firman Allah untuk menjadi kepuasan dan penghiburannya. Perhatikan beberapa contoh ayat penderitaan/keputus-asaan berikut ini (ayat 50, 67, 71, 75, 92).

“Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku” (ayat 50). "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu” (ayat 67).

“Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (ayat 71). "Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan” (ayat 75). “Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku” (ayat 92). 

Dalam kondisi sekeliling yang membuat susah, pemazmur mengakui Allah telah mengijinkan itu terjadi dalam hidupnya, untuk menumbuhkan pemazmur dan kemudian untuk membebaskan pemazmur sehingga penyembahannya dapat disauhkan dalam diri Allah. Kondisi sekeliling yang sedang dihadapi membuatnya bersedih. Tetapi juga penghiburan dan kuasa serta keutamaan dari Firman Allah dalam hidupnya. Jadi, pemazmur membicarakan bahwa satu-satunya penghiburan dalam kesengsaraannya berasal dari Firman Allah

Keutamaan dari Firman Allah itu begitu penting karena perspektif Allah, ini adalah satu-satunya alat ukur yang berarti. Ini menentukan segala hal lain! Allah berkenan dan tidak berkenan dalam urusan manusia didasari oleh Firman Allah! Dan kemudian dari perspektif manusia, walaupun Saudara melewati berbagai tantangan dalam hidup, masalah dan pergumulan, bahkan keputus-asaan, tetapi ketika keutamaan Frman Allah menjadi sauhnya, Saudara menemukan pertolongan dan kepuasan Saudara dalam Firman Allah.

Sangat menarik bagaimana Mazmur ini diawali dengan "Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN"  (ayat 1), dan diakhiri dengan “Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan” (ayat 176). Pemazmur hendak mengatakan bahwa hatinya rentan untuk bekeliaran. Ketika matanya tertuju kepada kondisi di sekelilingnya, hatinya menjada tawar. Begitu mudahnya untuk tersesat!"Tolonglah aku untuk menjaga perintah-perintah-Mu, karena aku tidak mau melupakan firman-Mu."

Yesus berkata, "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yohanes 16:33). Iman Saudara dalam Kristus Yesus telah mengalahkan dunia.  Dan ini bukanlah sebuah pemikiran yang berharap, tetapi "iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17). Iman tidak bisa dibangun terpisah dari Firman Allah. Bila Saudara mencari perkenan Allah, Saudara memerlukan Firman Allah.

Jadi, ketika Saudara merasa susah dalam hidup dan menghadapi tantangan keputus-asaan, Saudara memerlukan Firman Allah. Saudara menemukan pengharapan, penghiburan, kuasa dan kebenaran dalam Firman Allah. Firman Allah memberi tahu Saudara bahwa ada Allah yang bertahta di sorga sedang mengendalikan segala sesuatu, peduli dan setia menepati janji-Nya. Di dalam Fiman-Nya, Saudara menemukan Allah! Makanya, kepusatan dan keutamaan Firman Allah tidak bisa dikompromikan dalam seluruh hidup Saudara. Kembalilah kepada Firman-Nya, menjadi kepuasan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd220621)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...