Wednesday, 29 June 2022


 

Rabu, 29 Juni 2022

"Jauh sebelum Saudara hidup di bumi ini, Allah sudah menunjukkan kasih-Nya pada Saudara di salib Kristus. Dialah yang berinisiatif membangun relasi kasih dengan Saudara"

Allah menciptakan Saudara untuk memiliki relasi kasih yang intim dengan Dia. Hidup yang dijalani dengan berjalan dengan Allah itu menggairahkan dan juga memuaskan. Allah tidak ingin Saudara kehilangan yang sudah Dia maksudkan untuk Saudara sejak kekekalan. Dosa menyebabkan manusia mengikuti keinginan-keinginannya sendiri yang egois, tetapi menurutinya akan membuat mereka menolak yang terbaik dari Allah untuk hidup mereka. Oleh karena itu, Allah mengambil inisiatif untuk menarik Saudara mendekat kepada-Nya.

"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu". (Kitab Ulangan 6:4-5)

"Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka" (Kitab Ulangan 30:19-20).

"Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia menganugerahkan Sang Anak yang tunggal itu, supaya setiap orang yang percaya kepada Sang Anak tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal" (Injil Yahya 3:16).

Sabda Isa, "Orang yang berpegang pada perintah-perintah-Ku serta mematuhinya, dialah yang mengasihi aku. Orang yang mengasihi aku akan dikasihi oleh Bapa-Ku. Selain itu, Aku pun akan mengasihi serta akan menyatakan diri-Ku kepadanya" (Injil Yahya 14:21).

"Siapakah yang dapat menceriakan kita dari kasih Al Masih? Dapatkah kesusahan, kesengsaraan, aniaya, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, atau pedang menceraikan kita dari kasih-Nya? Tidak! Sebaliknya, dalam semua itu kita menang telak oleh Dia yang mengasihi kita... [Tidak ada apa pun yang] akan dapat menceraikan kita dari kasih Allah dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi" (Surat Roma 8:35, 37, 39).

"Dengan hal inilah kita mengenal kasih, yaitu bahwa Al-masih telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Maka kita pun patut menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (Surat 1 Yahya 3:16).

"Dengan cara demikianlah kasih Allah itu dinyatakan kepada kita, yaitu bahwa Allah telah mengirim Sang Anak satu-satunya ke dalam dunia, supaya melalui Dia kita memperoleh hidup. Kasih itu demikian: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, melainkan Dialah yang telah mengasihi kita dan mengutus Sang Anak yang datang daripada-Nya menjadi kurban perdamaian bagi dosa-dosa kita... Kita mengasihi sebab Allah terlebih dahulu mengasihi kita" (Surat 1 Yahya 4:9-10, 19].

Tetapi relasi kasih ini tidak terjadi sepihak. Ketika Saudara menerima kasih dan pengampunan-Nya, Dia ingin Saudara juga mengenal dan menyembah Dia. Di atas segalanya, Dia ingin Saudara juga mengasihi Dia. Kasih Saudara kepada Allah dan ketaatan Saudara pada perintah-Nya berjalan seiring, seperti dua sisi pada uang koin. Sabda Isa, "Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan mematuhi perintah-perintah-Ku" (Injil Yahya 14:15). Saat Saudara menaati Isa Al-Masih (Yesus Kristus), Saudara sedang menunjukkan bahwa Saudara memercayai Dia. Ketaatan adalah ungkapan keluar kasih Saudara kepada Allah. Isa memberikan teladan melalui hidup-Nya. Ia berkata, "Meskipun begitu, supaya dunia ini tahu bahwa Aku mengasihi Sang Bapa, maka Aku melaksanakan apa yang telah diperintahkan Sang Bapa kepada-Ku" (Injil Yahya 14:31).

Apakah Saudara menyadari bahwa Allah tidak hanya memberi Saudara hidup – tetapi Dialah hidup Saudara? Dia memberi Saudara banyak hal dan kenyamanan bukan supaya Saudara memiliki kehidupan yang "baik". Dia membawa Saudara ke dalam relasi dengan-Nya supaya dari relasi itu Saudara memiliki kepenuhan hidup. Bukan Saudara yang memulai relasi kasih dengan Allah; Dialah yang berinisiatif membagun relasi kasih dengan Saudara. Jauh sebelum Saudara hidup di bumi ini, Allah sudah menunjukkan kasih-Nya pada Saudara di salib Kristus, Al-Masih. Dia ingin Saudara mengasihi Dia dengan segenap hati. Isa Al-Masih mengasihi Saudara. (erd29062022)

Sunday, 26 June 2022




(Hakim-hakim 14:1-20)

Apakah Saudara pernah membuat pilihan-pilihan dan kemudian menanggung konsekuensinya sekarang? Sadarlah bahwa sebenarnya Saudara sangat membutuhkan anugerah Allah sebagai solusinya. Bahwa ketika Saudara telah memilih banyak jalan yang salah, lebih melimpah anugerah-Nya kepada Saudara dan bertobatlah. Belajarlah dari kisah hidup Simson; bacalah kitab Hakim-hakim 14:1-20.

Ingatlah bahwa sebelumnya, pasal 13 berakhir dengan Allah memberkati Simson, "Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia" (Hakim-hakim 13:24). Simson (artinya "bagaikan matahari") sudah dipilih secara khusus oleh Allah; bahkan dipilih sejak dalam kandungan ibunya dan dikhususkan oleh Allah menjadi nazir-Nya. Pembaca Alkitab berharap bahwa tindakan Simson yang pertama dicatat dalam Alkitab adalah tindakannya yang taat dan mencerminkan Allah. Tetapi, pasal 14 dimulai justru dengan ketidaktaatan Simson kepada Allah. Perhatikan ayat 1-2, 7-8.

Tindakan pertama Simson yang dicatat dalam Alkitab adalah memilih berdasarkan kesenangan pribadinya dan bukan ketaatannya kepada Allah. "Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku... Setelah beberapa waktu kembalilah Simson ke sana untuk kawin dengan perempuan itu". Simson suka dengan perempuan itu dan bergegas kawin dengannya. Perhatikan, tidak hanya melakukan tindakan bodoh, Simson melakukan pelanggaran langsung terhadap hukum Allah. Sejak ratusan tahun sebelumnya ketika Allah membebaskan umat pilihan-Nya dari Mesir, ada perjanjian setia antara Allah dan umat secara nasional. Janji setia ini diekspresikan dengan larangan untuk menikah dan terikat perjanjian dengan bangsa-bangsa lain serta menyembah allah mereka (Keluaran 34:14-16; Ulangan 7:3). Ingat apa yang dialami umat saat itu, mereka berada dalam masa 40 tahun dimana bangsa Filistin menjadi alat Allah menghukum dan mendisiplin mereka. Simson dipanggil Allah untuk menyelamatkan umat dari penindasan Filistin tetapi dia justru memutuskan mengambil istri dari bangsa yang menindas tersebut. Seperti umat sudah jatuh ke dalam pernyembahan berhala, maka Simson juga jatuh dalam penyembahan berhala yang berbeda yaitu penyembahan berhala dalam kesenangan seksual. Pilihan Simson pada akhirnya membawa kehancuran dan masalah bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga masalah pada orang lain.

Tragis, bukan saja sudah melanggar hukum Allah, Simson juga membuat ayahnya menjadi kaki tangan ketidaktaatannya. Dalam dunia kuno saat itu, perkawinan memang seharusnya diatur oleh orangtua. Ingat kisah sebelumnya, ayah Simson yang bernama Manoah (artinya "istirahat") mempersembahkan korban kepada Allah dan beribadah kepada Allah (Hakim-hakim 13:17-20). Tetapi sekarang, anaknya sendiri menuntunnya dan memaksanya kepada ketidaktaatan kepada Allah. Perhatikan, pilihan Simson membawa konsekuensi langsung yang berpengaruh pada orang lain.

Simson telah mengambil keputusan bukan berdasar hikmat maupun ketaatan kepada Allah, tetapi membuat keputusan pribadi karena kesukaanya. Menariknya, Simson adalah gambaran sempurna dari orang-orang Israel yang tidak taat kepada Allah. "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Pasal 21:25, ayat terakhir kitab Hakim-hakim). Perkataan Simson kepada ayahnya "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai" secara harafiah berarti "karena dia benar menurut pandanganku; apa yang telah Allah katakan itu tidak relevan; apa yang sudah diperintahkan oleh hukum tidak relevan; misi dan tugas Simson tidak relevan; apa yang penting bagi Simson adalah apa yang benar menurut pandangannya sendiri".

Ingatlah, pasal 13 berakhir dengan berkat Allah dan pasal 14 diawali dengan pilihan yang salah dari Simson. Ini adalah salah satu tema Alkitab; kontras antara kedaulatan Allah dan kebebasan manusia. Allah memerintah di sorga maupun di bumi dan memberikan tuntunan hikmat-Nya, tetapi Dia memberikan kebebasan kepada Saudara membuat pilihan-pilihan. Simson menggambarkan kebebasan itu dengan cara yang terburuk dan menanggung konsekuensinya. Dia membuat pilihan-pilihan dan kemudian pilihan-pilihan itu membuat dia berada dalam pola hidup yang bermasalah. Karena itulah mengapa anugerah Allah begitu penting bagi Saudara. Satu-satunya solusi untuk kebebasan Saudara adalah anugerah-Nya yang lebih melimpah daripada kesalahan Saudara. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd25062022)

Thursday, 23 June 2022



[Hakim-hakim 13:8-25]
Kamis, 23 Juni 2022

"Yang lebih penting adalah apa yang Allah lihat dalam hatiku, bukan apa yang aku bisa kerjakan dan hasilkan"
(Kitab Hakim-hakim 13:8-25)

Kitab Hakim-hakim (tahun 1.100 sebelum Masehi) adalah sejarah perjalanan hidup bangsa Israel yang paling gelap karena pemberontakan kepada Allah. Bangsa yang percaya kepada Allah tetapi dapat terjatuh ke dalam dosa yang paling dalam. Allah menghukum mereka dengan menyerahkannya kepada bangsa Filistin selama 40 tahun. Tetapi, dalam kegelapan bangsa yang memberontak Allah tersebut, masih ada keluarga yang mendedikasikan hidupnya untuk Allah, percaya pada doa dan Allah bekerja melalui mereka. Bacalah kitab Hakim-hakim 13:8-25.

Ayat 8-10. Sebelumnya diceritakan bahwa ada seorang bernama Manoah (artinya: istirahat) dan istrinya yang mandul. Istri yang mandul bagi masyarakat saat itu dianggap sebagai kutukan yang sangat memalukan; menambah penderitaan pribadinya bersama bangsanya yang dihukum Allah. Tetapi Malaikat TUHAN menghampiri istri yang mandul itu dan mengatakan bahwa ia akan melahirkan anak laki-laki. Anak itu akan menjadi nazir Allah dan menjadi alat Allah menyelamatkan orang Israel dari Filistin. Apa yang dilakukan istri Manoah atas berita itu? Ia datang kepada suaminya dan menceritakan apa yang sudah dialaminya. Bagaimana respon Manoah? Mereka tidak ragu-ragu tetapi percaya bahwa memang anak laki-laki itu akan lahir. Mereka adalah suami-istri yang saling menguatkan dalam kesalehan dan ketaatan mereka kepada Allah. Respon mereka yang pertama adalah berdoa dan menyediakan diri untuk diajar Allah, apa yang Allah lakukan di dalam diri mereka sendiri. Bagaimana dalam prosesnya Allah melihat hati dan motivasi mereka yang benar dan bukan hanya berorientasi pada hasil. Manoah berseru memohon kepada Allah dan Dia mendengarkannya.

Ayat 11-18. Allah hadir dalam pergumulan umat yang berseru kepada-Nya. Ketika Manoah bertanya"Engkaukah orang yang telah berbicara kepada perempuan ini?", jawabnya: "Benar!" (ayat 11). Kata "benar" dalam terjemahan lain tertulis "Akulah dia"/"I am", kata yang dikhususkan untuk Allah sendiri. "Akulah dia"/"I am" juga dikatakan Allah ketika menjumpai Nabi Musa (Kitab Keluaran 3:6). Penafsir Alkitab mengatakan bahwa ini menunjuk pada kehadiran Kristus (Al-Masih) sebelum inkarnasi-Nya. Yesus Kristus berkata kepada orang-orang Yahudi, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebelum Ibrahim ada, Aku ada" (Injil Yohanes 8:58). Anak yang dilahirkan istri Manoah mendapat panggilan khusus sebagai alat Allah, tetapi juga sudah dipanggil sejak dalam kandungan. Panggilan khusus kepada anak ini juga berpengaruh kepada ibunya yang harus mengikuti ketentuan dari Allah sejak kehamilannya. Malaikat Tuhan berkata, "Mengapa engkau juga menanyakan nama-Ku? Bukankah nama itu ajaib?"  (ayat 18). Kata "ajaib" menunjuk pada sesuatu yang melampaui pikiran. Kehadiran Allah dari dunia yang berbeda ke dalam dunianya Manoah adalah kenyataan yang melampuai akal budi manusia. 

Ayat 19-23. Kehadiran Allah yang melampaui akal budi membawa Manoah dan istrinya pada ketaatan menyembah Allah dan iman yang benar. Manoah mempersembahkan korban kepada Allah, dan mereka melihat keajaiban Allah. Mereka sujud dengan muka sampai ke tanah. Hari itu menjadi hari yang paling bersejarah dari desa mereka di tengah bangsa yang mengalami penghukuman Allah. Mereka menerima utusan sorga dan melihat keajaiban tangan Allah yang melampaui akal. Ketika Manoah ketakutan dan berkata "Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah" , istrinya memiliki cara pandang yang berbeda; dengan iman melihat pemeliharaan Allah dan melangkah ke masa depan. Manoah dan istrinya menjadi pasangan yang saleh, taat dan saling menguatkan. Pekerjaan Allah di masa lalu dalam hidup mereka adalah janji pemeliharaan dan berkah-Nya di masa depan bagi mereka.

Ayat 24-25. Allah yang setia menepati janji-Nya. Bayi laki-laki itu lahir dan bernama Simson, yang berarti "matahari/bersinar/menyenangkan". Dia membawa cahaya sukacita kepada Manoah ("istirahat") dan istrinya, yang mengira mereka tidak akan pernah memiliki keluarga. Simson menjadi besar dan Allah memberkati dia, mulai membawa cahaya ke Israel selama hari-hari gelap orang Filistin yang menindas. Tetapi sayang, kontras dengan orangtuanya, Simson menjauhi Allah. Simson harus mengalami penghukuman yang keras dan dibawa kembali oleh Allah pada panggilan hidupnya.

Manoah dan istrinya berjuang menjadi orangtua yang saleh: taat dan rela berkorban, rendah hati dan bersedia diajar, mempersembahkan diri kepada Allah. "Yang lebih penting adalah apa yang Allah lihat dalam hatiku, bagaimana aku berelasi dengan-Nya". Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd23062022)

Thursday, 2 June 2022



[Hakim-hakim 13:1-8]
Kamis, 2 Juni 2022

"Menjadi orangtua yang memiliki prioritas rohani dalam hidupnya dan menyediakan diri taat pada kehendak Allah di tengah bangsa yang memberontak kepada-Nya"
(Kitab Hakim-hakim 13:1-8)

Kitab Hakim-hakim (tahun 1.100 sebelum Masehi) adalah kitab yang menceritakan sejarah perjalanan hidup bangsa Israel yang paling gelap karena memberontak kepada Allah. Bangsa yang percaya kepada Allah tetapi dapat terjatuh ke dalam dosa yang paling dalam. Allah menghukum mereka, mereka berseru kepada Allah, dan Allah mengirimkan seorang hakim (pemimpin sebelum masa raja-raja), lalu bereslah kehidupan kerohanian bangsa itu. Tetapi ketika hakim tadi meninggal dunia, bangsa Israel kembali lagi berbuat apa yang jahat di mata Allah. Pola ini terus menerus berulang. Sekarang, bukan hanya kerusakan bangsa Israel, tetapi justru kerusakan dari hakim itu sendiri yaitu Simson (Hakim-hakim 13-16). Bagaimana Allah tetap mengasihi bangsa yang sudah terpuruk rohaninya ini?

Kisah hidup Simson sebagai orang yang kuat secara supranatural sudah dikenal banyak orang. Tetapi, seberapa banyak Saudara tahu tentang bapak dan ibunya Simson, orangtua yang hidup pada masa Israel yang suram saat itu, sekitar 1.100 tahun sebelum Masehi? Bacalah kitab Hakim-hakim 13:1-8.

Ayat 1. Saat itu, Allah menghukum bangsa Israel dengan menyerahkannya kepada bangsa Filistin 40 tahun lamanya; mengisyaratkan penghukuman dan pendisiplinan Allah yang keras. "Orang Filistin” adalah bangsa yang kuat dengan teknologi zaman besinya (1 Samuel 13:19-22) dan memiliki kereta yang memperkokoh kekuasannya (1 Samuel 13:19-22). Allah berdaulat atas bangsa Filistin yang kuat dan menjadikannya alat untuk menghukum dan mendisiplin umat-Nya. Bagaimana Allah tetap berkasih karunia kepada umat-Nya?

Ayat 2-5. "Pada waktu itu ada seorang dari Zora, dari keturunan orang Dan, namanya Manoah; isterinya mandul, tidak beranak" (ayat 2). Manoah tinggal di dekat daerah yang sudah dikuasai bangsa Filistin, sehingga sangat merasakan dampak penghukuman Allah melalui bangsa Filistin ini setiap hari, selama 40 tahun. Tentang istrinya, hanya dijelaskan bahwa dia mandul; yang waktu itu dianggap sebagai kutukan yang sangat memalukan. Tetapi, Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya (tanda kehadiran Allah sendiri). Allah memakai seorang perempuan mandul yang tidak dikenal sebelumnya. Ia akan melahirkan satu-satunya hakim Allah yang dipanggil sebelum dikandung dan anak yang manjadi nazir seumur hidup yang pertama. Arti nama Manoah adalah "istirahat" dan kehadiran Allah memberikan pengharapan "istirahat" atas hukuman dan pendisiplinan Allah yang telah mereka alami hari demi hari, selama 40 tahun. Allah menolong bahkan ketika bangsa yang sudah memberontak itu tidak berseru minta tolong.

Ayat 6-8. Allah memilih dan mempersiapkan Manoah dan istrinya untuk peran khusus. Suami-istri yang taat dan rela berkorban. Istri Manoah siap melakukan perintah Allah. Ketika anak pertama lahir, sebagai seorang ibu, ia menghadapi berbagai hal yang baru sepanjang hidupnya. Tetapi, ia bersedia mengorbankan berbagai kenyamanan hidup dirinya sendiri; memiliki prioritas rohani dalam hidupnya dan menyediakan diri taat pada kehendak Allah. Ia datang kepada suaminya dan menceritakan apa yang terjadi. Suaminya tidak banyak bertanya dan memberikan saran, tetapi memberikan respon dengan berdoa kepada Allah, "... apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir itu" (ayat 8). Mereka menjadi orangtua yang siap diajar secara rohani dan bersatu dalam prioritas rohani serta menyediakan diri untuk taat pada kehendak Allah.

Selain Manoah dan istrinya, ada kisah Zakharia (seorang imam) dan Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Allah dengan tidak bercacat. Tetapi Zakharia tidak percaya pada berita Allah bahwa Elisabet (sudah lanjut usia dan mandul) akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan dipanggil melayani Allah. Allah menghukum Zakharia dan menjadikannya bisu (Injil Lukas 1:5-25). Tidak ada catatan adanya pembicaraan Zakharia dan istrinya tentang berita Allah tersebut. Tetapi perhatikan Manoah dan istrinya; mereka adalah suami-istri yang saling berbicara dan bersatu dalam prioritas rohani serta menyediakan diri untuk taat pada kehendak Allah.

Apakah Saudara adalah pribadi/suami-istri/orangtua yang memiliki prioritas rohani dalam hidup, ketaatan kepada Allah dan hati yang rela berkorban? Allah memanggil Saudara menjadi saluran kasih-Nya bagi dunia. Tuhan Yesus Kristus memberkati. (erd02062022)

Selasa, 31 Desember 2024 "Tahun Baru: Hidup Baru Dengan Ketaatan Kepada-Nya" (Renungan Natal menyambut Tahun Baru 2025) Banyak...